• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai imbalan jasa dan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang diperoleh melalui pengumpulan data sejak tanggal 2 Desember sampai 8 Desember 2009, pada perawat pelaksana di ruang rawat inap Internis, Kamar bedah, Perinatologi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

Sesuai dengan perencanaan pada proposal penelitian, hasil penelitian ini akan dipaparkan berurutan sesuai dengan tujuan penelitian dimulai dari data tentang karakteristik responden penelitian, data imbalan jasa perawat, data kinerja perawat pelaksana dan pengaruh antara imbalan jasa dengan kinerja yang dihasilkan perawat pelaksana.

1.1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini respon terdiri 60 orang perawat pelaksana. Karakteristik Responden yang dipaparkan mencakup jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, lama kerja, dan unit bekerja. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.1. berikut ini.

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden di Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Jenis kelamin - Laki - Perempuan Usia - 20-35 - 36-45 Tingkat Pendidikan - SPK - D3 - S1 Lama Kerja - 1-15 - 16-26 Unit Kerja - Internis - Kamar Bedah - Perinatologi 1 59 52 8 1 56 3 54 6 20 21 19 1,7 98,3 86,7 13,3 1,7 93,3 5,0 90 10 33,3 35,0 31,7

Berdasarkan Tabel 1.1. di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki 1 orang (1,7%), dan dijumpai lebih banyak perempuan yaitu sebanyak 59 orang (98,3%). Dan berdasarkan pendidikan dapat dilihat bahwa respon yang paling banyak adalah D III yaitu sebanyak 56 orang (93,3%), dan yang sedikit adalah SPK yaitu 1 orang (1,7%). Berdasarkan lama bekerja sebagai perawat, dapat dilihat lebih banyak yang bekerja <15 tahun yaitu 54 orang (90%),dan yang sedikit yaitu >16 tahun yaitu 6 orang (10%). Berdasarkan usia responden diketahui bahwa responden yang berumur 20-35

tahun yaitu 52 orang (86,7%), responden yang berumur 36-45 tahun yaitu 8 orang (13,3%). Dan berdasarkan Unit kerja dapat dilihat bahwa respon yang paling banyak adalah ruang inap kamar bedah 21 orang (35,0%), dan ruang inap internis adalah 20 orang (33,3%). sedangkan ruang inap perinatologi adalah 19 orang (31,7%).

b. Imbalan Jasa

Imbalan jasa yang diterima oleh perawat pelaksanaan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dapat dilihat pada Tabel 1.2. berikut ini.

Tabel 1.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Imbalan Jasa yang Diterima Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Imbalan Jasa Frekuensi Persentase

Cukup Rendah 42 18 70 30 Jumlah 60 100

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas dapat dilihat jumlah responden yang menyatakan jumlah imbalan jasa yang mereka terima cukup, yaitu 42 orang (70%), dan yang mengatakan imbalan jasa masih rendah yaitu 18 orang (30%).

c. Kinerja Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan

Kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dapat dilihat pada Tabel 1.3. berikut ini.

Tabel 1.3. Distribusi Frekuensi Tentang Kinerja Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Kinerja Perawat Frekuensi Persentase

Baik Kurang Baik 38 22 63 37 Jumlah 60 100

Dari Tabel 1.3 di atas dapat dilihat bahwa perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap, yaitu bagian Internis, Kamar bedah Perinatologi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan sebagian besar memiliki kinerja yang baik yaitu 38 orang (63%), selebihnya memiliki kinerja yang kurang baik yaitu 22 orang (37%).

1.2. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan analisis data dengan menggunakan uji bivariat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.4. berikut ini.

Tabel 1.4. Pengaruh Imbalan Jasa Terhadap Kinerja Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Imbalan Jasa

Kinerja Perawat

Jumlah

(%) X2hitung p Kurang Baik Baik

f % f % Rendah Cukup 12 10 66,7 23,8 6 32 33,3 73,2 18(100) 42(100) 9,966 0,003 Jumlah 22 36,7 38 63,3 60(100)

Berdasarkan Tabel 1.4. di atas menunjukkan dari 18 responden yang menyatakan bahwa imbalan rendah sebagian besar kinerjanya juga kurang baik yaitu 12 orang (66,7%). Dari 42 responden yang menyatakan bahwa imbalan jasa cukup sebagian besar kinerjanya dalam kategori baik yaitu 32 orang (73,2%).

Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai significance pada uji Fisher

Exact (Uji pada tabel 2 x 2) yaitu p= 0,003 <0,05, atau nilai X2hitung (9,966) >X2tabel (3,481), hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna

imbalan jasa dengan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

2. Pembahasa

2.1. Imbalan Jasa yang Diterima Perawat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa imbalan jasa yang diterima perawat ditemukan secara umum bahwa perawat pelaksana merasakan imbalan jasa yang diterimanya sudah lumayan cukup (70%), sedangkan 30% perawat menyatakan rendah. Imbalan jasa yang diperoleh perawat meliputi gaji pokok, tunjangan hari

raya keagamaan, tunjangan profesi, biaya pemeliharaan kesehatan, bonus, dan pujian-pujian berupa penghargaan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh perawat.

Menurut Siregar (1997), masalah besar kecilnya imbalan jasa yang diterima pekerja merupakan masalah yang sering diperdebatkan antara pekerja dan instansi. Pekerja pada umumnya menginginkan imbalan jasa yang setinggi-tingginya dengan kerja yang seringan-ringannya, sedangkan instansi menginginkan pekerja bekerja segiat-giatnya dengan gaji yang sedikit agar keuntungan instansi lebih besar.

Ada banyak faktor yang secara langsung atau tidak langsung menentukan tinggi rendahnya imbalan jasa antara lain: Kondisi pasar tenaga kerja, tarif imbalan jasa yang sedang berlaku, besar kecilnya biaya hidup, kemampuan instansi untuk membayar, kekuasaan perundingan serikat pekerja dengan perusahaan dan nilai relatif jabatan (Moekijat, 1992).

Harder (1992) dalam Ruky, (2001) mengemukakan bahwa imbalan jasa merupakan jenis penghargaan yang paling penting dalam instansi, oleh karena itu pihak manajemen instansi harus betul-betul mempertimbangkan masalah imbalan karyawannya. Apabila karyawan menerima imbalan rendah maka tidak ada kemauan untuk bekerja keras, hal ini disebabkan karena imbalan terutama gaji / upah termasuk dalam alat untuk memenuhi kebutuhan dasar. Sejalan dengan teori Herzberg tentang faktor dissatisfier atau ketidakpuasan, bahwa imbalan jasa yang tidak sesuai akan membuat pekerja merasa kecewa dan akan banyak menimbulkan masalah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bagi sebagian besar perawat (70%) menyatakan gaji yang diterima setiap bulan dalam kategori cukup dan telah sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan dalam melakukan asuhan keperawatan. Ditambah dengan tujangan-tunjangan yang diterima diluar gaji pokok gaji merupakan salah satu alat yang dapat menjadi motivasi perawat dalam melaksanakan pekerjaan dengan baik. Dengan mendapatkan gaji yang cukup (layak) maka perawat akan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan apa yang diperolehnya tersebut. Dalam penelitian ini juga masih ditemukan 30% perawat yang menyatakan bahwa gaji yang diperolehnya masih rendah, hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh gaji pokok yang diterima belum sesuai dengan biaya hidupnya sehari-hari, tunjangan-tunjangan yang diberikan pada perawat lain tidak diterimanya disebabkan karena melakukan pelanggaran-pelanggaran yang telah ditentukan di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan.

Menurut Suroso (2003), masih ada pegawai yang menganggap bahwa gajinya rendah disebabkan oleh banyak faktor seperti pola hidup dan persepsi pegawai itu sendiri tentang uang (gaji), sehingga gaji yang diterima sangat relatif. Bagi sebagian orang yang boros atau setiap harinya mempunyai pengeluaran yang besar atau pegawai sebagai tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah dan mempunyai anggota keluarga yang besar maka gaji yang diterimanya tersebut dianggap masih rendah karena tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2.2. Kinerja Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan

Berdasarkan hasil analisis observasi kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa sebagian besar kinerja perawat dalam kategori baik (63%), karena masih menjalankan pelayanan yang memuaskan kepada pasien dengan penuh keikhlasan, karena pelayanan yang baik akan mampu meningkatkan Image citra Rumah Sakit. Seperti yang di kemukakan oleh Kasmir (2003) pelayanan yang baik memiliki ciri antara perwat yang bertanggung jawab,mampu berkomunikasi, mampu memahami kebutuhan pasien dan mampu melakukan tindakan keparawatan sesuai dengan SOP yang sudah ada. serta melakukan pencatatan dokumentasi (menuliskan apa yang telah dilakukan dan melakukan apa yang telah dituliskan) pencatatan inilah yang sangat penting dalam pendokumentasian.tetapi berdasarkan analisis observasi masih ada juga perawat pelaksana yang kurang memperhatiakn dalam setiap melakukan tindakan keparwatan tidak sesuai dengan SOP yang ada ,kuarang bertanggung jawab dalam setiap pekerjaan,dan tidak melakukan pencatatan untuk pendokumentasian dengan apa yang telah dilakukan,maka masih ditemukan 37% jumlah perawat yang bekerja dalam kategori kurang baik.disamping itu dalam melakukan tindakan keperawatan sangat dibutuhkan komunikasi keperawatn professional karena itu merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperwatan untuk mencapai hasil yang optimal. Menurut Nursalam (2002)

Menurut Gibson (1987) yang dikutip dan Ilyas (2001) ada tiga faktor (variabel) yang mempengaruhi kinerja seseorang yaitu faktor individu, faktor

psikologi dan faktor organisasi. Faktor individu terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Faktor psikologi terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel ini dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis. Faktor organisasi berefek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu terdiri dan sumberdaya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawat pelaksana yang mempunyai kinerja baik jika dikaitkan dengan karakteristik responden bahwa pada umumnya perawat berpendidikan D-III Keperawatan. Hal ini disebabkan dengan pendidikan yang cukup, maka perawat pelaksana akan mempunyai pengalaman dan keterampilan yang baik dan sesuai dengan tuntutan asuhan keperawatan .dan peneliti tidak membahas tentang jenis kelamin karena itu hanya sebagai data distribusi tentang jumlah frekuensi laki-laki yang sedikit dapat di katakana 1 % karena pada saat menyerahkan kuesioner yang dinas pada saat itu hanya satu orang saja laki-laki. Dan di ruangan yang lain tidan ada yang dinas tapi ,peneliti ingin mengetahui kenerja perawat dalam memberikan pelayanan yang baik. yaitu memberikan Asuhan Keparawatan. Yang baik.

Hal ini kemungkinan juga adanya kemauan yang tinggi dari perawat terhadap pekerjaannya sesuai dengan misi rumah sakit elisabeth Medan yaitu daya kasih kristus yang menyembuhkan dan tetap rneneruskan pelayanan penyembuhan Yesus Kristus dengan memberikan pelayanan kesehatan yang seutuhnya kepada seluruh lapisan masyarakat (Alkitab).

2.3. Pengaruh Imbalan Jasa Dengan Kinerja Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji statistik Chi-square diperoleh nilai significance pada uji Fisher Exact (Uji pada tabel 2 x 2) yaitu p= 0,003 <0,05, atau nilai X2hitung (9,966) > X2tabel (3,481), hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna imbalan jasa dengan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Responden yang menyatakan bahwa imbalan rendah sebagian besar kinerjanya dalam kategori kurang baik karena tidak bekerja dengan sungguh-sungguh mungkin karena kemalasan,atau kuranmg menyadari sebagai apa profesimya. dan tidak bertanggung jawab, dan melakukan tindakan keperawatan tidak sesuai dengan SOP yang sudah ada. sedangkan responden yang menyatakan bahwa imbalan jasa cukup sebagian besar kinerjanya dalam kategori baik, dan ini adalah karena perawat pelaksana mampu bekarja dengan sungguh-sumgguh dan bertanggung jawab. Karena perawat pelaksana melakukan tindakan sesuai denga SOP yang telah ada serta melakukan pencatatan atau pendokumentasian yang baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihotang (2006) bahwa rendahnya kinerja perawat untuk melaksanakan pekerjaan akibat honor yang didapat sedikit, terlihat dari perawat selalu terpikir untuk mendapatkan pekerjaan diluar rumah sakit dalam mencukupi kebutuhan.

Menurut Ruky (2001), imbalan jasa adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja, dan ada faktor lain juga dapat

mempengaruhi kinerja adalah karakteristik lingkungan yang kondusif (ada kecocokan dalam bekerja, sikap perilaku atasan) dan karakteristik lingkungan organisasi perawat dalam bekerja dapat juga memecahkan masalah dan kebijakan pimpinan (Muhammad, 2003).

Walaupun imbalan jasa yang perawat terima dikatakan sudah cukup tapi masih terdapat perawat yang kinerjanya masih dapat dikatakan kurang baik sebanyak 22 orang. walaupun dengan jumlah yang tidak begitu besar dan dapat di katakana hanya 37%, tapi itu dapat berdapkan kurang baik terhadap pelayanan keperawatan. dan itu bisa karena bekerja kurang sungguh-sungguh dan kurang menyadari profesinya, serta kurang menjalankan tindakan keperawatan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh instansi, tidak melakukan pendokumentasian tentang apa yang dikerjakan oleh perawat pelaksana itu. khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Tapi jika perawat menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa bekerja bukan hanya semata-mata mencari imbalan jasa tetapi untuk mencari kepuasan dalam memberikan asuhan keperawatan artinya untuk mencari kepuasan kerja, maka dengan imbalan jasa yang diterima, kinerja perawatpun akan makin baik (meningkat). Karena dilihat dari sudut pandang pengabdian pada Agama karena Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, memiliki misi keagamaan yang sangat dalam yaitu, daya kasih Kristus yang menyembuhkan serta meneruskan pelayanan Kasih Kristus yang menyembuhkan dengan tetap memberikan pelayanan yang baik dan inilah yang mungkin salah satu menjadi faktor utama yang mempengaruhi perawat pelaksana dalam melakukan kinerja yang baik. Dalam penelitian ini sesuai dengan pelyanan keperawatan sedang mengalami proses perubahan yang semua merupakan kegiatan yang

professional menurut Kurniadi,A. (2004) karakteristik keperawatan sebagai suatu professi memilik pengetahuan, keterampilan dalam memberikan pelayanan, bertanggung jawab terhadap perawatan yang diberikan dengan baik.

Menurut Ruky (2001) pada teori dua faktor dari Herzberg bahwa gaji/upah dalam bentuk gaji pokok dapat mencegah timbulnya ketidakpuasan, tetapi ia tidak dapat menyebabkan timbulnya motivasi. Akan tetapi, walaupun pembayaran berdasarkan prestasi yang diberikan sebagai imbalan-imbalan khusus untuk pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik, dapat menyebabkan timbulnya motivasi untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya dan hasil kerjanya akan meningkat.

BAB 6

Dokumen terkait