• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 85 responden di Kelurahan Sugihwaras yang dianalisis secara regresi dan diuji statistik pula untuk membuktikan hipotesis yang diajukan peneliti. Variabel yang diteliti adalah kondisi sosial dan kondisi ekonomi keluarga sebagai variabel bebas dan tingkat pendidikan anak sebagai variabel terikatnya. Lebih rinci hasil penelitian terhadap ketiga variabel akan dipaparkan di bawah ini.

Ketika responden mengisi angket, responden tersebut didampingi oleh peneliti supaya ketika responden ingin bertanya dan ada yang kurang jelas terhadap pernyataan-pernyataan yang ada dalam angket yang telah disediakan, responden dapat bertanya kepada peneliti dan sebaliknya peneliti dapat tanya jawab dengan responden. Proses penelitian berlangsung selama 13 hari dengan menggunakan bantuan 3 orang ketika terjun kelapangan. Satu harinya mendapat 5-6 responden, kecuali hari jumat mendapatkan 8 responden karena pada hari jumat banyak masyarakat yang tidak pergi melaut. Responden dalam mengisi angket membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 25 menit.

1. Analisis Deskriptif Persentase Variabel Penelitian

Analisis deskriptif persentase bertujuan untuk memperjelas gambaran terhadap variabel-variabel penelitian, yaitu kondisi sosial, kondisi ekonomi dan tingkat pendidikan anak.

a. Variabel Kondisi Sosial

Pada variabel deskriptif kondisi sosial, penilaian dilakukan dengan 2 indikator, diantaranya adalah pendidikan dan umur orang tua. Berikut adalah tabel deskriptif kondisi sosial berdasarkan pada hasil penelitian mengenai kondisi sosial orang tua.

Tabel 4.4 Distribusi Variabel Kondisi Sosial

Kriteria Frekuensi Persentasi (%)

Sangat Tinggi 0 0 Tinggi 4 5 Sedang 50 59 Rendah 31 36 Jumlah 85 100 Rata-rata 48.8 Kriteria S

Sumber: Data Penelitian, diolah 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 85 responden diperoleh keterangan tentang kondisi sosial sebagai berikut : 0 keluarga (0%) memiliki kondisi sosial dengan kriteria sangat tinggi, 4 keluarga (5%) memiliki kondisi sosial dengan kriteria tinggi, 50 keluarga (59%) memiliki kondisi sosial dengan kriteria sedang, 31 keluarga (36%) memiliki kondisi sosial dengan kriteria rendah. Secara klasikal persentasi kondisi sosial sebesar 48,8% dan termasuk dalam kriteria sedang. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang tentang kondisi sosial.

Gambar 4.3 Diagram Batang Deskriptif Persentase Kondisi Sosial Keluarga

Untuk lebih detailnya mengenai variabel kondisi sosial dapat dilihat dari deskripsi tiap-tiap indikator tingkat kondisi sosial berikut ini: 1) Pendidikan Orang Tua

Gambaran tentang pendidikan orang tua berdasarkan hasil penelitian sebagai berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Latar Belakang Pendidikan Orang Tua Kriteria Frekuensi Persentasi (%)

Sangat Tinggi 1 1

Tinggi 12 14

Sedang 29 34

Rendah 43 51

Jumlah 85 100

Sumber : Data penelitian, diolah 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 85 responden diperoleh keterangan tentang tingkat pendidikan orang tua sebagai berikut : 1 keluarga (1%) memiliki latar belakang pendidikan orang tua Sangat Tinggi, 12 keluarga (14%) memiliki latar belakang pendidikan orang tua tinggi, 29 keluarga (34%) memiliki latar belakang pendidikan orang tua sedang, 43 keluarga (51%) memiliki

latar belakang pendidikan orang tua rendah. Secara klasikal persentasi pendidikan orang tua sebesar 48,5% dan termasuk dalam kriteria sedang. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang tentang pendidikan orang tua.

Gambar 4.4Diagram Batang Deskriptif Persentase Pendidikan Orang Tua

Latar belakang pendidikan orang tua terdiri dari pendidikan suami dan pendidikan istri yang dapat dilihat pada tabel distribusi pendidikan suami dan pendidikan istri dibawah ini:

Tabel 4.6 Distribusi Pendidikan Suami

Pendidikan Suami Frekuensi Persentasi

SMA 6 7%

SMP 15 18%

SD 25 29%

Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 39 46%

Jumlah 85 100%

Sumber : Data penelitian, diolah 2013

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa persentase tertinggi pendidikan suami 46% tidak sekolah atau tidak tamat SD, sedangkan persentase terendah sebanyak 7% yaitu sampai pada jenjang SMA.

Tabel 4.7 Distribusi Pendidikan Istri

Pendidikan Istri Frekuensi Persentasi

SMA 0 0%

SMP 20 24%

SD 29 34%

Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 36 42%

Jumlah 85 100%

Sumber : Data penelitian, diolah 2013

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa persentase tertinggi pendidikan istri 42% tidak sekolah atau tidak tamat SD, sedangkan persentase terendah sebanyak 0% yaitu sampai pada jenjang SMA.

2) Umur Orang Tua

Gambaran tentang umur orang tua berdasarkan hasil observasi sebagai berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Umur Orang Tua

Kriteria Frekuensi Persentase (%)

Sangat Tinggi 4 5

Tinggi 19 22

Sedang 28 33

Rendah 34 40

Jumlah 85 100

Sumber : Data penelitian, diolah 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 85 responden diperoleh keterangan tentang usia atau umur orang tua sebagai berikut : 4 keluarga (5%) memiliki orang tua berusia sangat tinggi, 19 keluarga (22%) memiliki orang tua berusia tinggi, 28 keluarga (33%) memiliki orang tua berusia sedang, 38 keluarga (40%) memiliki orang tua berusia rendah. Secara klasikal persentasi usia orang tua sebesar 49,1% dan

termasuk dalam kriteria sedang. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang tentang umur orang tua.

Gambar 4.5 Diagram Batang Deskriptif Persentasi Umur Orang Tua

Usia atau umur orang tua terdiri dari usia suami dan usia istri yang dapat dilihat pada tabel distribusi usia suami dan usia istri dibawah ini:

Tabel 4.9 Distribusi Usia Suami

Kriteria Frekuensi Persentasi

> 64 tahun 5 6%

55-64 tahun 21 25%

45-54 tahun 27 32%

< 45 tahun 32 38%

Jumlah 85 100%

Sumber : Data penelitian, diolah 2013

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa persentase tertinggi usia suami 38% berusia kurang dari 45 tahun, sedangkan persentase terendah sebanyak 6% yaitu berusia lebih dari 64 tahun. Tabel 4.10 Distribusi Usia istri

Kriteria Frekuensi Persentasi

> 64 tahun 4 5%

55-64 tahun 20 24%

45-54 tahun 28 33%

< 45 tahun 33 39%

Jumlah 85 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa persentase tertinggi pendidikan istri 39% berusia kurang dari 45 tahun, sedangkan persentase terendah sebanyak 5% yaitu berusia lebih dari 64 tahun. b. Variabel Kondisi Ekonomi

Pada variabel deskriptif variabel kondisi ekonomi keluarga, penilaian dilakukan dengan 2 indikator, diantaranya adalah Pendapatan bersih dan kekayaan yang dimiliki. Berikut adalah tabel deskriptif kondisi ekonomi.

Tabel 4.11 Distribusi Kondisi Ekonomi Keluarga

Kriteria Frekuensi Persentasi (%)

Sangat Tinggi 4 5 Tinggi 9 11 Sedang 26 31 Rendah 46 54 Jumlah 85 100 Rata-rata 43,6 Kriteria R

Sumber : Data penelitian, diolah 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 85 responden diperoleh keterangan tentang kondisi ekonomi keluarga sebagai berikut : 4 keluarga (5%) memiliki tingkat kondisi ekonomi keluarga dengan kriteria sangat tinggi, 9 keluarga (11%) memiliki tingkat kondisi ekonomi keluarga kriteria tinggi, 26 keluarga (31%) memiliki tingkat kondisi ekonomi keluarga dengan kriteria sedang, 46 keluarga (54%) memiliki tingkat kondisi ekonomi keluarga dengan kriteria rendah. Secara klasikal persentasi kondisi ekonomi keluarga sebesar 43,6% dan termasuk dalam kriteria rendah, lebih jelasnya pada gambar diagram di bawah ini:

Gambar 4.4 Diagram Batang Deskriptif Persentasi Kondisi Ekonomi Variabel kondisi ekonomi keluarga terdiri dari 2 indikator yang dapat dilihat dari tabel deskripsi tiap-tiap indikator kondisi ekonomi keluarga berikut ini:

1) Pendapatan Bersih Keluarga

Gambaran tentang pendapatan bersih keluarga berdasarkan hasil observasi sebagai berikut:

Tabel 4.12 Distribusi Pendapatan Bersih Keluarga

Kriteria Frekuensi Persentase (%)

> Rp. 750.000 4 5

Rp. 500.000 – Rp. 750.000 10 12 Rp. 250.000 – Rp. 499.000 25 29

< Rp. 250.000 46 54

Jumlah 85 100

Sumber : Data penelitian, diolah 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 85 responden diperoleh keterangan tentang tingkat pendapatan bersih keluarga sebagai berikut : 4 keluarga (5%) memiliki tingkat pendapatan bersih keluarga lebih dari Rp. 750.000 dalam 1 bulan, 10 keluarga (12%) memiliki tingkat pendapatan bersih keluarga antara Rp. 500.000-Rp.750.000 dalam 1 bulan, 25 keluarga (29%) memiliki tingkat

pendapatan bersih keluarga antara Rp. 250.000-Rp. 499.000 alam 1 bulan, 46 keluarga (54%) memiliki tingkat pendapatan bersih keluarga kurang dari Rp. 250.000 dalam 1 bulan. Secara klasikal persentasi pendapatan bersih keluarga sebesar 41,8% dan termasuk dalam kriteria rendah. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang tentang pendapatan bersih keluarga.

Gambar 4.7 Diagram Batang Deskriptif Persentasi Pendapatan Bersih 2) Kekayaan yang Dimiliki

Pada variabel deskriptif variabel kekayaan yang dimiliki keluarga, penilaian dilakukan dengan 5 indikator, diantaranya adalah status rumah yang dimiliki, jenis atau sifat rumah yang ditempati, jenis lantai dasar, tipe atau ukuran rumah dan tabungan. Berikut adalah tabel deskriptif kekayaan yang dimiliki.

Tabel 4.13 Distribusi Kekayaan yang Dimiliki

Kriteria Frekuensi Persentasi (%)

Sangat Tinggi 4 5

Tinggi 9 11

Sedang 31 36

Rendah 41 48

Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 85 keluarga diperoleh keterangan tentang tingkat kekayaan yang dimiliki sebagai berikut : 4 keluarga (5%) memiliki tingkat kekayaan dengan kriteria sangat tinggi, 9 keluarga (11%) memiliki tingkat kekayaan dengan kriteria tinggi, 31 keluarga (36%) memiliki tingkat kekayaan dengan kriteria sedang, 41 keluarga (48%) memiliki tingkat kekayaan dengan kriteria rendah. Secara klasikal persentasi kekayaan sebesar 43,6% dan termasuk dalam kriteria rendah. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang tentang kekayaan yang dimiliki.

Gambar 4.8 Diagram Batang Deskriptif Persentasi Kekayaan yang Dimiliki

Untuk lebih detailnya mengenai variabel kekayaan yang dimiliki dapat dilihat dari deskripsi tiap-tiap indikator kekayaan yang dimiliki berikut ini:

a) Status Rumah

Keluarga nelayan mayoritas memiliki rumah dengan status menyewa, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabe di bawah ini:

Tabel 4.14 Status Rumah

Status Rumah Frekuensi Persentasi (%)

Rumah sendiri 16 19

Menyewa 29 34

Menumpang orang lain 16 19

Menumpang saudara 24 28

Jumlah 85 100

Sumber: Hasil Analisis Penelitian 2013

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa persentase tertinggi status rumah yang dimiliki keluarga nelayan sebanyak 34% mereka menyewa rumah yang ditempati, sedangkan persentase terendah sebanyak 19% yaitu dengan status rumah sendiri dan menumpang pada orang lain.

b) Jenis Rumah yang Ditempati

Keluarga nelayan mayoritas memiliki rumah dengan jenis kayu atau papan, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.15 Jenis Rumah yang Ditempati

Jenis Rumah Frekuensi Persentasi (%)

Permanen 7 8

Semi Permanen 6 7

Kayu/Papan 58 68

Bambu 14 16

Jumlah 85 100

Sumber: Hasil Analisis Penelitian 2013

Berdasarkan tabel di atas, bahwa persentase tertinggi jenis rumah yang dimiliki keluarga nelayan sebanyak 68% yaitu dari kayu atau papan, persentase terendah sebanyak 7% yaitu dengan jenis rumah semi permanen.

c) Lantai Dasar Rumah

Keluarga nelayan mayoritas memiliki rumah dengan lantai dasar, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabe di bawah ini: Tabel 4.16 Lantai Dasar Rumah

Jenis Lantai Frekuensi Persentasi (%)

Keramik 6 7

Ubin 10 12

Plester 39 46

Tanah 30 35

Jumlah 85 100

Sumber: Hasil Analisis Penelitian 2013

Berdasarkan tabel di atas, bahwa persentase tertinggi dari jenis lantai dasar rumah yang dimiliki keluarga nelayan sebanyak 46% yaitu dari plester, persentase terendah sebanyak 7% yaitu dengan jenis keramik.

d) Tipe atau Ukuran Rumah

Keluarga nelayan mayoritas memiliki rumah dengan tipe atau ukuran, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabe di bawah ini. Tabel 4.17 Tipe atau Ukuran Rumah

Tipe /Ukuran Rumah m2 Frekuensi Persentasi (%)

> 149 1 1

100-149 10 12

50-99 28 33

> 50 46 54

Jumlah 85 100

Sumber: Hasil Analisis Penelitian 2013

Berdasarkan tabel di atas, bahwa persentase tertinggi dari tipe atau ukuran rumah yang dimiliki keluarga nelayan sebanyak 54% yaitu dengan tipe atau ukuran > 50 m2, persentase terendah sebanyak 1% yaitu dengan tipe atau ukuran > 149 m2.

e) Tabungan

Keluarga nelayan mayoritas menabung dalam satu bulan kurang dari 100.000 rupiah, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.18 Tabungan

Tabungan dalam 1 bulan Frekuensi Persentasi (%)

>300.000 1 1

200.000-300.000 10 12

100.000-199.000 11 13

> 100.000 63 74

Jumlah 85 100

Sumber: Hasil Analisis Penelitian 2013

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa persentase tertinggi untuk tabungan yang dimiliki sebanyak 74,% mereka menyisihkan uangnya untuk ditabung kurang dari Rp. 100.000 dalam satu bulan. Sedangkan persentase terendah adalah sebanyak 1% mereka menyisihkan uangnya untuk ditabung lebih dari Rp. 300.000 dalam satu bulan.

c. Variabel Tingkat Pendidikan Anak

Pada variabel deskriptif variabel tingkat pendidikan anak, penilaian dilakukan dengan tingkat pendidikan tertinggi yang telah ditempuh atau masih di tempuh oleh salah satu anak dari suatu keluarga. Berikut adalah tabel deskriptif tingkat pendidikan anak.

Tabel 4.19 Distribusi Tingkat Pendidikan Anak

Kriteria Frekuensi Persentase (%)

Perguruan Tinggi 2 2 SMA 12 14 SMP 29 34 SD 42 49 Jumlah 85 100 Rata-rata 42.4 Kriteria R

Sumber : Data penelitian, diolah 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 85 responden diperoleh keterangan tentang tingkat pendidikan anak sebagai berikut : 2 keluarga (2%) memiliki tingkat pendidikan anak sampai Perguruan Tinggi, 12 keluarga (14%) memiliki tingkat pendidikan anak sampai SMA, 29 keluarga (34%) memiliki tingkat pendidikan anak sampai SMP, 42 keluarga (49%) memiliki tingkat pendidikan anak hanya pada jenjang SD . Secara klasikal persentasi tingkat pendidikan anak sebesar 42,4% dan termasuk dalam kriteria rendah. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang tentang tingkat pendidikan anak.

Gambar 4.9 Diagram Batang Persentase Tingkat Pendidikan Anak

2. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Pendidikan Anak Kelurga Nelayan

a. Uji Persaratan Regresi 1) Normalitas Data

Untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel dependen dan independen mempunyai distribusi normal atau tidak, dapat dilakukan dengan uji normalitas. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Jika dilihat dari grafik di bawah ini, maka titik-titik kecil mendekati garis, bisa dikatakan bahwa data dari penelitian ini memiliki distribusi normal.

Pada grafik P-Plot terlihat data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis histograf menuju pola distribusi normal maka data dari penelitian ini memenuhi asumsi normalitas. 2) Uji Linieritas.

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonearitas di dalam model regresi adalah dengan melihat nilai toleransi dan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance > 10% dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi. Berikut hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16:

Tabel 4.20 Output Uji Multikolonieritas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .835 .784 1.065 .290

X1 .235 .105 .232 2.240 .028 .873 1.145

X2 .105 .031 .348 3.362 .001 .873 1.145

a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan tabel diatas terlihat setiap variabel bebas mempunyai nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Jadi dapat

disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi ini.

3) Uji Homogenitas (Uji Heterokedastisitas)

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menunjukkan penyebaran variabel bebas. Penyebaran yang acak menunjukkan model regresi yang baik. Dengan kata lain tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan mengamati grafik

scatterplot dengan pola titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah sumbu Y. Berikut hasil pengolahan menggunakan program SPSS 16:

Gambar 4.11 Grafik Scatterplot

Pada grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka nol pada

sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini.

b. Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan analisis dengan program SPSS 16 for Windows

diperoleh hasil regresi berganda seperti terangkum pada tabel berikut: Tabel 4.21 Output Uji Persamaan Regresi

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .835 .784 1.065 .290 X1 .235 .105 .232 2.240 .028 X2 .105 .031 .388 3.362 .001 a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan tabel di atas diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = 0,835 + 0,235X1 + 0,105X2. Dimana:

Y = variabel terikat (Tingkat pendidikan anak) X1 = variabel bebas (Kondisi sosial)

X2 = variabel bebas (Kondisi ekonomi)

Persamaan regresi tersebut mempunyai makna sebagai berikut: 1) Konstanta = 0,835

Jika variabel Kondisi sosial dan Kondisi ekonomi keluarga, dianggap sama dengan nol, maka variabel Tingkat pendidikan anak 0,835.

2) Koefisien X1 = 0,235

Jika variabel Kondisi sosial mengalami kenaikan sebesar satu poin, sementara Kondisi ekonomi, dianggap tetap, maka akan menyebabkan kenaikan Tingkat pendidikan anak sebesar 0,235.

3) Koefisien X2 = 0,105

Jika variabel Kondisi ekonomi mengalami kenaikan sebesar satu poin, sementara Kondisi sosial, dianggap tetap, maka akan menyebabkan kenaikan Tingkat pendidikan anak sebesar 0,105.

c. Pengujian Hipotesis

1) Pengujian hipotesis secara simultan (uji F).

Uji F dilakukan untuk melihat keberartian pengaruh kondisi sosial dan ekonomi secara simultan terhadap tingkat pendidikan anak atau sering disebut uji kelinieran persamaan regresi.

Hipotesis: 0 : 0

H (Kondisi sosial dan ekonomi secara simultan tidak berpengaruh terhadap tingkat pendidikan anak)

0 : 1

H (Kondisi sosial dan ekonomi secara simultan berpengaruh terhadap tingkat pendidikan anak)

Pengambilan keputusan:

Ho diterima jika F hitung≤ F tabel atau sig ≥ 5%. H1 diterima jika Fhitung > Ftabel dan sig < 5%.

Tabel 4.22 Output Uji F

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 43.179 2 21.589 12.412 .000a

Residual 142.633 82 1.739

Total 185.812 84

a. Predictors: (Constant), X2, X1

b. Dependent Variable: Y

Pada tabel Anova diperoleh nilai F = 12.412 > 3.106 (nilai F tabel F(0,05;2;85) = 3.106) dan sig = 0,000 < 5 % ini berarti variabel kondisi sosial dan ekonomi keluarga, secara simultan benar-benar berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat pendidikan anak. Maka dengan kata lain variabel kondisi sosial dan ekonomi keluarga, mampu menjelaskan besarnya variabel tingkat pendidikan anak. 2) Pengujian hipotesis secara parsial (uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara individu (parsial) kondisi sosial dan ekonomi mempengaruhi tingkat pendidikan anak secara signifikan atau tidak. Hasil output dari SPSS adalah sebagai berikut:

Tabel 4.23 Output Uji Hipotesis

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .835 .784 1.065 .290 X1 .235 .105 .232 2.240 .028 X2 .105 .031 .348 3.362 .001 a. Dependent Variable: Y

Hipotesis :

Ho : Kondisi sosial dan ekonomi tidak berpengaruh terhadap tingkat pendidikan anak..

Ha : Kondisi sosial dan ekonomi berpengaruh terhadap tingkat pendidikan anak..

Kriteria pengambilan keputusan :

Maka dengan tingkat kepercayaan = 95% atau ( ) = 0,05. Derajat kebebasan (df) = n-k-1 = 85-2-1 = 82, serta pengujian dua sisi diperoleh dari nilai t0,05=1.989.

Ho diterima apabila – ttabel≤ thitung≤ ttabelatau sig ≥ 5%

Ho ditolak apabila (thitung < – ttabel atau thitung > ttabel) dan sig < 5%. Hasil pengujian statistik dengan SPSS pada variabel X1 (Kondisi Sosial) diperoleh nilai thitung = 2.240 > 1.989= ttabel, dan sig = 0,028 < 5% jadi Ho ditolak. Ini berarti variabel Kondisi sosial secara statistik berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat pandidikan anak.

Pada variabel X2 (Kondisi ekonomi) diperoleh nilai thitung = 3.362 > 1.989= ttabel, dan sig = 0.001 < 5% jadi Ho ditolak. Ini berarti variabel Kondisi ekonomi secara statistik berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat pendidikan anak.

d. Koefisien Determinasi Parsial (r2)

Selain melakukan uji t maka perlu juga mencari besarnya koefisien determinasi parsialnya untuk masing-masing variabel bebas. Uji

determinasi parsial ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

Secara parsial kontribusi kondisi sosial dan kondisi ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.25 Output Uji Determinasi Parsial (r2)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients t Sig. Correlations B Std. Error Beta

Zero-order Partial Part

1 (Constant) .835 .784 1.065 .290

X1 .235 .105 .232 2.240 .028 .356 .240 .217

X2 .105 .031 .448 3.362 .001 .431 .348 .325

a. Dependent Variable: Y

Untuk mengetahui besarnya kontribusi yang diberikan kondisi sosial dan kondisi ekonomi secara terpisah (parsial) terhadap tingkat pendidikan anak adalah dengan mengkuadratkan nilai Correlations partial dalam tabel, kemudian diubah kedalam bentuk persentase.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui besarnya koefisien

Correlations partial sebesar 0,240 (X1) dan 0,348 (X2), maka dapat kita ketahui jika besarnya pengaruh kondisi sosial terhadap tingkat pendidikan anak adalah (0,240) 2 x 100 % = 5,8%, sedangkan besarnya pengaruh kondisi ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak adalah (0,348) 2 x 100% = 12,1%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kondisi ekonomi memberikan pengaruh lebih besar terhadap Tingkat pendidikan anak dibandingkan variabel kondisi sosial.

e. Koefisien Determinasi Ganda (R2)

Untuk melihat besarnya pengaruh kondisi sosial dan ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel model summary berikut ini:

Tabel 4.24 Model Summary Determinasi Ganda Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .482a .232 .214 1.31887

a. Predictors: (Constant), X2, X1

Pada tabel di atas diperoleh nilai R Square = 0,232 = 23,2% ini berarti Kondisi sosial dan ekonomi, secara bersama-sama mempengaruhi Tingkat pendidikan anak sebesar 23,2% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini.

C.Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis hasil penelitian tentang pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Tingkat Pendidikan Anak di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang, diperoleh keterangan secara simultan kedua variabel bebas tersebut berpengaruh signifikan terhadap Tingkat pendidikan anak.

1. Pengaruh Kondisi Sosial dan Kondisi Ekonomi terhadap Tingkat Pendidikan Anak.

a. Pengaruh Kondisi Sosial

Tinggi atau rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh anak, tentunya sangat dipengaruhi oleh orang tua, tentunya semakin tinggi

tingkat pendidikan orang tua, maka akan semakin tinggi pula persepsi mereka dalam pendidikan tentunya hal ini akan menimbulkan motivasi tersendiri untuk menyekolahkan anak menuju jenjang yang setinggi mungkin, berbeda dengan orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, mereka cenderung kurang memiliki persepsi akan pentingnya nilai pendidikan bagi anak mereka, berdasarkan pada hasil penelitian yang telah di analisis dengan analisis deskriptif persentase di atas dapat di ketahui bahwa latar belakang pendidikan orang tua pada keluarga nelayan rata-rata tidak sekolah atau tidak lulus pendidikan dasar lebih tepatnya Sekolah Dasar (SD) dengan persentase 46% untuk suami dan 42% untuk istri, sedangkan yang memiliki latar belakang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya 7% dari suami dan tidak ada istri yang mempunyai latar belakang pendidikan sampai Sekolah Menengah Atas. Dengan kondisi yang demikian maka dapat dikatakan wawasan atau kesadaran mereka tentang dunia pendidikan sangat kurang walaupun tidak menutup kemungkinan ada yang mempunyai wawasan atau kesadaran tinggi tentang pendidikan.

Sedangkan pada umur atau usia orang tua dapat menentukan bagaimana cara befikir sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman yang di perolehnya tentang bagaimana pendidikan anak mereka. Selain itu semakin tua umur orang tua semakin rendah pula beban tanggungan yang ditanggung sehingga akan memberikan ruang yang lebih untuk berfikir tentang pendidikan anaknya tidak hanya

memikirkan kondisi ekonomi keluarganya. Berdasarkan pada hasil analisis deskriptif persentase untuk umur atau usia orang tua, mayoritas berusia kurang dari 45 tahun dengan persentasi sebesar 38% (suami) dan 39% (istri), sedangkan yang berusia lebih dari 64 tahun hanya 6% (suami) dan 5% (istri), dengan kondisi demikian menyebabkan mereka masih terlalu sibuk memikirkan kondisi ekonomi keluarganya dan masih memiliki beban tanggungan yang tinggi, karena untuk orang tua yang berusia kurang dari 45 tahun memiliki anak yang tertua kurang lebih

Dokumen terkait