BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sejalan dengan jenis penelitian ini, yaitu penelitian hukum normatif, maka di dalam sub bab hasil penelitian ini, akan disajikan sejumlah data sekunder yang berupa ketentuan hukum atau norma-norma yang mengatur kegiatan perseroan terbatas terhadap prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance). Penelitian normatif terhadap ketentuan norma-norma yang mengatur prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik dalam Undang- undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tidak hanya mengamati perundang-undangan ini dari sudut penyusunannya secara teknis, namun yang ditelaah adalah pengertian dasar sistem hukum yang terdapat peraturan disesuaikan dengan meningkatnya tuntutan masyarakat akan layanan cepat, kepastian hukum, serta tuntutan akan pengembangan dunia usaha sesuai prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance), sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang telah diakomodasi berbagai ketentuan mengenai Perseroan, baik berupa penambahan ketentuan baru, perbaikan penyempurnaan, maupun mempertahankan ketentuan lama yang dinilai masih relevan.
Secara garis besar data hasil penelitian norma-norma yang mengatur prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas dijelaskan sebagai berikut:
1. Norma yang Mengatur Prinsip Keadilan
Pemegang saham minoritas mendapatkan perlakuan tidak adil, karena:
a. Kurangnya ketentuan dalam perundang-undangan yang melindungi hak- hak pemegang saham minoritas. Pada kenyataannya, sekalipun ketentuan ada, tetapi dirasakan masih belum cukup bagi pemegang saham minoritas dirugikan kepentingannya oleh pemegang saham mayoritas beriktikad buruk. Selain itu, adanya kewenangan diberikan UUPT kepada organ RUPS untuk menetapkan kebijakan perseroan, secara tegas tidak mengatur adanya kewajiban partisipasi aktif bagi pemegang saham minoritas untuk mengajukan pendapatnya;
b. Sikap dan perilaku pemegang saham mayoritas, Direksi atau komisaris yang memiliki karakter moral hazard;
c. Posisi lemah pemegang saham minoritas karena kurangnya modal, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan untuk mengelola PT, sehingga pemegang saham minoritas tersebut tidak mampu untuk menghadapi sikap dan perilaku dari pemegang saham mayoritas yang memiliki iktikad tidak baik.
Peranan stakeholders berlandaskan pada prinsip the role of stakeholders bahwa Corporate Governance harus mengakui hak-hak stakeholders yang ditetapkan hukum dan mendorong kerjasama efektif antara perusahaan dan sta kebolders menciptakan kemakmuran, pekerjaan, kelangsungan perusahaan secara finansial sehat:
a) kerangka kerja Corporate Governance harus memastikan bahwa hak- hak stakeholder yang dilindungi hukum dihargai;
b) apabila kepentingan the sta keholder dilindungi hukum, maka sta keholder harus berkesempatan untuk memperoleh ganti rugi pelanggaran efektif dan hak-hak mereka;
c) kerangka kerja Corporate Governance memperoleh mekanisme penguatan kinerja untuk sta keholder;
d) apabila sta keholder berpartisipasi dalam proses C or por a te Governance, maka mereka harus mempunyai akses terhadap informasi yang relevan.
2. Norma yang Mengatur Prinsip Tranparansi
Prinsip pengelolaan usaha yang baik pengaturan tanggung jawab dari setiap organ yang ada di dalam Perseroan Terbatas akan memengaruhi desain kewenangan dan tanggung jawab yang ditetapkan di dalam Anggaran Dasar.
Tanpa adanya direksi dan komisaris, suatu PT tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai sebuah institusi atau badan yang melakukan aktivitas usaha untuk mencari keuntungan ekonomis, maka dilakukan pengawasan oleh dewan komisaris dan dibatasi oleh RUPS sebagai pemilik perseroan melalui ketentuan yang diatur dalam UUPT 2007, Undang-undang Pasar Modal untuk perusahaan terbuka, dan Anggaran Dasar dari perseroan yang bersangkutan. Anggota dewan komisaris merangkap sebagai dewan direksi dan kedua organ inilah yang disebut sebagai Board of Directors. Perusahaan di Indonesia menggunakan sistem Eropa Kontinental disebut two board system terdapat pemisahan tegas antara keanggotaan dewan komisaris sebagai pengawas, dan dewan direksi sebagai eksekutif dalam perusahaan. Dalam UUPT 2007 menganut model yang membedakan tugas dan kewenangan direksi dengan komisaris, maka peraturan perseroan terbatas memiliki ruang lingkup kedudukan dan tanggung jawab komisaris, direksi, dan para pemegang saham. Peranan dan tanggung jawab Komite Audit akan dituangkan dalam Charter Komite Audit yang secara umum dikelompokkan menjadi tiga bagian besar, yaitu financial reporting, corporate governance, dan risk and control management. Dewan Komisaris yang aktif, canggih, ahli, beragam dan terpenting independen menjalankan fungsinya secara efektif dan dibantu Komite Audit terbaik untuk ditempatkan dalam memastikan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corpora te governance) berjalan baik sehingga bentuk kecurangan (fraud) atau keterpurukan bisnis dapat dihindari.
3. Norma yang Mengatur Prinsip Tanggung Jawab
a) Tanggung Jawab Dalam Merger dan Akuisisi Perusahaan
Tanggung jawab terbatas pemegang saham Perseroan Terbatas, keterbatasan tanggung jawab itu juga berlaku terhadap anggota direksi meskipun tidak secara tegas dinyatakan dalam pasal-pasal Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bahwa pendiri berkedudukan sebagai pemegang saham pada perseroan yang didirikannya tidak dapat dibebani tanggung jawab secara pribadi atas perikatan dibuat atas nama perseroan dan tidak dibebani tanggung jawab melebihi nilai saham telah diambilnya terhadap kerugian diderita perseroan, sehingga adanya pemisahan kekayaan antara pendiri, pemegang saham, perseroan.
Tanggung jawab terbatas pemegang saham (juga pengurus/Direksi dan komisris) dapat menjadi tidak terbatas, dalam hal-hal tertentu, misalnya jika pemegang saham yang tidak menyetujui rencana merger, direksi harus memenuhi haknya, yaitu hak untuk menjual sahamnya kepada perusahaan dan perusahaan tersebut wajib membeli kembali sahamnya dengan harga yang wajar. Walaupun ada pihak pemegang saham yang tak menyepakati rencana merger, bukan berarti pemegang saham itu boleh menggagalkan rencana merger. Haknya hanya sebatas melepas sahamnya dengan harga yang pantas. Dia tidak dapat menggagalkan direksi melebur perusahaan.
b) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Peraturan tanggung jawab sosial dan lingkungan diwajibkan kepada perusahaan yang berbasis sumber daya alam (SDA) supaya tidak menjadi bumerang, pemerintah perlu juga memberikan insentif pajak dan menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif pasca keluarnya aturan wajib tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR).
Prinsip corporate social responsibility (CSR) sudah selaras dengan ketentuan perundangan yang berlaku yaitu: Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang diatur dalam Pasal 15 yang menyebutkan bahwa setiap penanam modal berkewajiban: (a) menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; (b) melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
4. Norma yang Mengatur Prinsip Akuntabilitas
Pendiri berkedudukan sebagai pemegang saham pada perseroan yang didirikannya tidak dapat dibebani tanggung jawab secara pribadi atas perikatan dibuat atas nama perseroan dan tidak dibebani tanggung jawab melebihi nilai saham telah diambilnya terhadap kerugian diderita oleh perseroan, sehingga adanya pemisahan kekayaan antara pendiri, pemegang saham, dan perseroan.