• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Terkait kaitan diatas ada harapan proses belajar mengajar keperawatan dapat disusun dan dikembangkan secara terarah yang dapat menumbuhkan ketrampilan profesional yaitu kontekstual, ketrampilan teknik, serta ketrampilan interpersonal (Nursalam, 2003), melalui pengalaman belajar klinik (PBK) adalah suatu proses transformasi mahasiswa untuk menjadi seorang perawat profesional, yang memberi kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat profesional dalam melaksanakan praktik keperawatan profesional di tatanan nyata pelayanan kesehatan klinik untuk: melaksanakan asuhan keperawatan yang benar, menerapkan pendekatan proses keperawatan, menampilkan sikap/ tingkah laku profesional serta menerapkan ketrampilan profesional (Nursalam, 2003).

C. Kerangka Berfikir

Kemampuan belajar bagaimana belajar, kemampuan metakognitif terdiri dari kemampuan pengetahuan metakognisi itu sendiri serta kontrol proses atau sebagai regulasi metakognisi yang didalamnya akan membantu dalam proses pemecahan masalah asuhan keperawatan.

Selain itu apabila didukung oleh lingkungan belajar seperti lingkungan di klinik/ rumah sakit yang disusun dan dikembangkan secara terarah yang dapat menumbuhkan ketrampilan profesional yaitu kontekstual, ketrampilan teknik, serta ketrampilan interpersonal sehingga menjadikan lingkungan belajar menjadi lebih ideal, dengan demikian akan terwujud suatu kemampuan pemecahan masalah dalam pelaksanaan asuhan keperawatan seperti yang terlihat pada Gambar 2.1 Kerangka berfikir di bawah ini.

commit to user Kemampuan Pemecahan Masalah Askep 1. Declarative knowledge 2. Prosedural knowledge 3. Conditional know Kemampuan metakognitif Regulasi metakognisi 1..Planning 2.Information 3.Comprehension 4.Debugging 5.Evaluatioin Lingkungan belajar Lingkungan belajar praktik RS

Lingkungan belajar ideal 1. Jadwal praktek tepat waktu

2. Suasana nyaman saat praktik

3. Kesempatan mengembang-

Kan keterampilan perorangan 4. Nyaman untuk belajar sosial 5. Suasana nyaman selama bimbingan

6. Berkonsenterasi baik selama

Praktik Lingkungan belajar belum 7. Kenyamanan ruangan akan ideal

mengurangi stres

8. Suasana ruangan memotivasi pembelajar

9. Bisa bertanya selama praktik

Keterangan :

: diteliti : tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka berfikir

commit to user D. Hipotesis

Hipotesa yang dapat disampaikan terkait pemikiran diatas adalah

Ada hubungan antara kemampuan metakognisi dan lingkungan belajar rumah sakit dengan kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan pada mahasiswa keperawatan.

commit to user

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik yang menggunakan rancangan cross sectional study (studi potong lintang).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa keperawatan di Akademi keperawatan Lumajang pada bulan Nopember-April 2011 dengan lokasi di Lingkungan Rumah sakit Dr. Haryoto Lumajang yang tersebar di empat ruangan yaitu R. IGD, R. Interne, R. Bedah, R. Maternitas.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah keseluruhan mahasiswa yang ada di lokasi penelitian. Sedangkan populasi sumber adalah mahasiswa Akademi Keperawatan Lumajang yang sedang melaksanakan praktik klinik keperawatan di RS. Dr. Haryoto Lumajang. Jumlah mahasiswa yang menjadi populasi penelitian adalah 100 orang, sedang

jumlah sampel pada penelitian menggunakan simple random sampling sebanyak 45

responden.

Desain sampel menggunakan probabilitas dengan simple random sampling. Adapun kriteria restriksi dalam penelitian ini sebagai berikut:

commit to user 1. Kriteria Inklusi:

a. Mahasiswa TK III. b. berada di lokasi penelitian.

c. bersedia menjadi subyek penelitian.

Jumlah sampel tersebut dibagi pada empat lokasi ruangan dimana terdapat mahasiswa prakatik klinik keperawatan dengan jumlah antara 11-12 responden.

D. Kerangka Penelitian

Gambar 3.1. Kerangka penelitian Populasi Sasaran: seluruh mahasiswa keperawatan

Populasi Sumber: mahasiswa Akper Lumajang Yang sedang praktik klinik keperawatan

Simple random sampling Sampel 45 mahasiswa pada empat lokasi ruang yang

terpilih

Dilakukan pengukuran variabel dengan instrumen kuesioner dengan skala likert

Analisis data menggunakan model regresi linier ganda

commit to user

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Kemampuan metakognitif

Lingkungan belajar rumah sakit

2. Variabel terikat : Kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan

F. Definisi Operasional Variabel

1. Kemampuan metakognitif

Kemampuan metakognitif yang terdiri tiga komponen metakognitif yang diukur, yaitu (1) strategi umum, (2) strategi pemecahan masalah, dan (3) strategi pendukung. diukur dengan menggunakan kuesioner Metacognitive Awareness Of Reading Strategies Inventory

(MARSI) yang telah dialih bahasakan dan dimodifikasi oleh Poncorini (2006). Jumlah butir soal secara keseluruhan sebanyak 30 butir, kemudian dilakukan uji reliabilitas korelasi item-total dengan hasil ada 11 butir pertanyaan dengan nilai < 0.2 yang harus dibuang yaitu butir pernyataan nomer 6,7,8,14, 16, 17, 21, 23, 24, 29 dan 30, nilai alpha cronbach > 0.6 sehingga hanya 19 butir yang bisa dipakai dalam penelitian ini dengan dengan strategi umum sebanyak 8 butir, strategi pemecahan masalah sebanyak 4 butir dan strategi pendukung 7 butir.

Alat pengukuran dengan kuesioner. Skala pengukuran: katagorikal. 2. Lingkungan belajar

Lingkungan belajar adalah kondisi serta situasi lingkungan pembelajaran yang diukur dengan kuesioner metode pengukuran kesiapan lingkungan pendidikan Dundee (DREEM)

commit to user

(Roff et al., 1997) terdiri atas 50 pernyataan yang terdiri lima subkelas yaitu persepsi proses pembelajaran ada 12 butir pernyataan, persepsi organisasi pembelajaran ada 11 butir pernyataan, persepsi akademik ada 8 butir pernyataan, persepsi lingkungan pembelajaran ada 12 butir pernyataan serta persepsi lingkungan sosial ada 7 butir pernyataan. Sedangkan penelitian ini menggunakan persepsi lingkungan pembelajaran dengan 12 butir pernyataan, memakai skala likert dan setiap pernyataan dinilai: 4 untuk Sangat Setuju (SS), 3 untuk Setuju (S), 2 untuk ragu-ragu (R), 1 untuk Tidak Setuju (TS) dan 0 untuk Sangat Tidak Setuju (STS). Berdasarkan hasil uji reliabilitas korelasi item-total ada 3 butir perntanyaan dengan nilai < 0.2 yaitu butir nomer 1,3 dan 8 dan, nilai alpha cronbach > 0.6 sehingga hanya ada 9 butir pernyataan yang dipakai dalam penelitian ini.

Alat pengukuran dengan kuesioner. Skala pengukuran: katagorikal.

3. Kemampuan pemecahan masalah melalui asuhan keperawatan

Kemampuan pemecahan masalah meliputi bagaimana kemampuan pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana tindakan perawatan, implementasi tindakan keperawatan serta kemampuan evaluasi hasil tindakan keperawatan.

Alat pengukuran menggunakan data hasil nilai asuhan keperawatan (ASKEP) mahasiswa praktik klinik keperawatan.

Skala pengukuran: kontinu.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner terdiri dari beberapa kelompok pertanyaan yang meliputi:

commit to user Data yang diambil berupa nama, umur, jenis kelamin.

2. Instrumen metakognitif, lingkungan belajar, disusun dalam bentuk kuesioner.

3. Kemampuan pemecahan masalah diperoleh dari data rekapitulasi nilai asuhan keperawatan.

H. Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer diperoleh melalui kuesioner yang berisikan pernyataan dan pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Data ini langsung diperoleh dari hasil penelitian dengan melalui kuesioner dengan skala likert yaitu untuk mengukur kemampuan metakognitif dengan menggunakan kuesioner Metacognitive Awareness Of Reading Strategies Inventory (MARSI) yang telah dialih bahasakan dan dimodifikasi oleh Poncorini (2006) dan data untuk mengukur lingkungan belajar yang diadopsi dari metode pengukuran kesiapan lingkungan pendidikan Dundee (DREEM) (Roff et al.,1997) terdiri atas 9 pernyataan.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan diperoleh dari data rekapitulasi nilai mahasiswa selama pelaksanaan asuhan keperawatan.

I. Tes Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian ini uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS yaitu Alpha Cronbach untuk menguji item-item kuesioner yang disebut konsistensi internal.

commit to user J. Analisis Data

Data kontinu karakteristik sampel dideskripsikan dalam mean, SD, minimum, maksimum. Data kategorikal karakteristik sampel dideskripsikan dalam frekuensi dan persen. Hubungan antara kemampuan metakognitif, lingkungan belajar dengan kemampuan pemecahan masalah dianalisis dengan model regresi linier ganda:

Y = a + b1X1 + b2X2

Y = kemampuan pemecahan masalah

X1 = Kemampuan metakognitif

X2 = Lingkungan belajar

b1 = koefisien regresi untuk metakognitif yaitu hubungan kemampuan metakognitif dengan kemampuan pemecahan masalah

b2 = koefisien regresi untuk lingkungan belajar yaitu hubungan lingkungan belajar dengan kemampuan pemecahan masalah a = konstanta

commit to user

27 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini akan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal bulan Nopember – April 2011 pada mahasiswa Akademi Keperawatan Lumajang yang sedang praktik klinik keperawatan dengan jumlah responden 45 mahasiswa menggunakan teknik randomisasi sampel.

1. Gambaran Karakteristik Demografi Subyek Penelitian Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Penelitian

Variabel Mean SD Minimum Maksimum Kemampuan 61.9 8.5 42 78 Metakognitif Lingkungan 26.0 3.5 18 35 Belajar RS Kemampuan 72.2 4.2 62.6 80.0 Pemecahan masalah

Dari table 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan metakognitif, lingkungan belajar RS berturut-turut 61.9; 26.0 Sedangkan rata-rata kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan adalah 72.2

commit to user Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik

Usia n Prosentase (%) 19 1 2.2 20-21 36 80.0 22-23 8 17.8 N = 45 100.0 Jenis kelamin Laki 19 42.2 Perempuan 26 57.8 N = 45 100.0

Dari table 4.2. dapat diketahui prosentase usia 19, 20-21, 22-23 berturut-turut 2.2 Persen, 80.0 persen dan 17.8 persen, sedangkan jenis kelamin laki-laki 42.2 persen dan perempuan sebesar 57.8 persen.

Tabel 4.3. Distribusi Pemecahan Masalah Berdasarkan Nilai Asuhan Keperawatan

No. Variabel n Mean SD Minimum Maksimum

1. Pengkajian 45 71.6 4.6 52.0 79.0 2. Diagnosa keperawatan 45 72.1 4.3 60.0 79.0 3. Rencana 45 72.6 4.0 63.0 80.0 4. Implementasi 45 72.2 4.8 62.0 82.0 5. Evaluasi 45 72.7 4.5 63.0 81.0 6. Pemecahan Masalah 45 72.2 4.2 62.6 80.0

commit to user

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa rata-rata tahapan pemecahan masalah ASKEP mulai pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi berturut-turut 71.6; 72.1; 72.6; 72.2; 72.7 Sedangkan rata-rata kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan adalah 72.2

Garis regresi dengan rentang positif pada hubungan kemampuan metakognitif dan kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan digambarkan dengan diagram sebar dan regresi seperti pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Hubungan antara kemampuan metakognisi dan pemecahan masalah

commit to user

Sedangkan garis regresi dengan rentang positif pada hubungan lingkungan belajar RS dan kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan digambarkan dengan diagram sebar dan garis regresi seperti Gambar 4.2.

2.

3. Hubungan antara kemampuan metakognitif dan kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan pada mahasiswa keperawatan dijelaskan dalam hasil analisis regresi pada table 4.3.

Analisis yang digunakan untuk menghubungkan variabel satu dengan variabel lainnya adalah analisis regresi linier ganda dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS (versi 17.0). Data yang akan dianalisis selengkapnya pada lampiran 10 sedangkan hasil analisis dapat dilihat pada lampiran 11.

Di bawah ini merupakan tabel hasil analisis regresi linier ganda tentang hubungan kemampuan metakognitif dan lingkungan belajar rumah sakit dengan kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan pada mahasiswa keperawatan Lumajang yang dapat dilihat pada table 4.4. dibawah ini.

Gambar 4.2 Hubungan antara lingkungan belajar RS dan pemecahan masalah

commit to user

Tabel 4.4. Hasil analisis regresi linier ganda tentang hubungan kemampuan metakognitif dan lingkungan belajar RS dengan kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan

Variabel Confidence Interval (CI) Independen Koefisien Nilai p Batas Batas regresi (b) bawah atas Kemampuan metakognitif 0.3 <0.001 0.2 0.4 Lingkungan belajar 0.4 0.002 0.2 0.7 Konstanta 45.1 <0.001 38.6 51.5 N observasi = 45 Adjusted R Square = 62.2 % P = < 0.001

Interpretasi atas hasil analisis linier ganda diatas adalah bahwa kemampuan metakognitif memiliki hubungan positif dengan kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan pada mahasiswa keperawatan. Kenaikan 1 skor kemampuan metakognitif mahasiwa akan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan sebesar 0.3 skor dengan rentang antara 0.2 sampai 0.4 (b = 0.3, CI 95 % 0.2 sampai 0.4)

Selain itu bahwa lingkungan belajar memiliki hubungan positif dengan kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan pada mahasiswa keperawatan. Kenaikan 1 skor lingkungan belajar RS akan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan sebesar 0.4 skor dengan rentang skor antara 0.2 sampai 0.7 (b = 0.4, CI 95 % 0.2 sampai 0.7)

Konstanta regresi sebesar 45,1 menyatakan bahwa jika variabel kemampuan metakognitif dan lingkungan belajar RS yang sebelumnya dianggap nol, maka rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan adalah 45,1

commit to user

Sedangkan ditinjau dari nilai Adjusted R square pada persamaan regresi yang bernilai 62.2 %. Artinya kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan diperoleh dari variabel kemampuan metakognitif dan lingkungan belajar RS, sedangkan sisanya yaitu 37.8 % dipengaruhi oleh variabel faktor lain.

Dokumen terkait