• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Kegiatan prasiklus dilaksanakan pada bulan April 2011. Guru melaksanakan

pembelajaran berbicara dengan model yang biasanya digunakan. Siswa akan berbicara

secara individu dan bergiliran. Kegiatan prasiklus ini melibatkan observer yaitu guru

di sekolah tersebut yang telah terbiasa dengan para siswa, sehingga kehadirannya tidak

menganggu proses pembelajaran di kelas.

Hasil pengamatan prasiklus menunjukkan bahwa siswa yang diberi kesempatan

untuk praktik berwawancara di depan kelas kebanyakan kurang menguasai materi.

Berdasarkan catatan lapangan yang dibuat observer, tidak terjalin interaksi yang baik antara

siswa yang praktik berbicara dengan siswa penyimaknya. Siswa yang tidak mendapatkan

giliran untuk praktik berbicara, sama sekali tidak terlibat dalam proses pembelajaran.

Beberapa siswa tampak tidak serius dan seenaknya sendiri mengikuti pelajaran.

Sementara itu, guru duduk di tempatnya. Guru fokus mengamati siswa yang praktik

berbicara ke depan, sehingga tidak mengontrol siswa yang ada di belakang. Akibatnya,

suasana kelas menjadi tidak kondusif. Dalam pengamatan, terekam bahwa guru memberi

tugas kepada siswa untuk menceritakan pengalaman pribadinya ketika bepergian

menggunakan alat transportasi. Beberapa siswa lancar berbicara, tetapi banyak yang masih

kurang lancar. Siswa enggan dan takut untuk mengungkapkan segala ide dan gagasan

secara lisan, siswa banyak yang merasa kurang percaya diri, malu, dan kesulitan. Hal ini

menakutkan. Tidak semua siswa mendapat giliran untuk praktik berbicara dalam satu kali

tatap muka sehingga banyak yang santai dan ramai sendiri.

Guru beberapa kali memberikan kesempatan kepada siswa yang ada di

belakang untuk memberikan tanggapan kepada teman yang telah praktik berbicara,

namun tawaran tersebut tidak mendapatkan respon yang baik dari para siswa. Ada

beberapa anak yang menanggapi namun lebih cenderung mengejek dan menjatuhkan

penampilan temannya yang telah praktik berbicara. Berikut ini adalah tabel hasil prasiklus.

Tabel 4.1 Hasil Prasiklus Kemampuan Berwawancara

No Kategori Rentang nilai Frekuensi Bobot nilai Persentase (%) Nilai rata-rata 1 Sangat Baik 85-100 0 0 0.00 1462:28=52.21 Kategori kurang 2 Baik 70-84 0 0 0.00 3 Cukup 60-69 4 252 17.23 4 Kurang 50-59 17 883 60.40 5 Sangat Kurang <50 7 327 22.37 Jumlah 28 1462 100

Tabel 4.1 menunjukkan nilai rata-rata siswa pada prasiklus sebesar 52.21 dan termasuk

kategori Kurang. Siswa yang mendapat nilai pada kategori Baik dan Sangat Baik sebanyak

0 siswa atau 0%. Siswa yang mendapat nilai pada kategori Cukup sebanyak 4 orang atau

17.23% dari semua siswa. Siswa yang mendapat nilai pada kategori Kurang sebanyak 17

orang atau 60.40 dari semua siswa dan siswa yang mendapat nilai pada kategori Sangat

Kurang sebanyak 7 orang atau 22.37% dari semua siswa. Nilai rata-rata didapat dari pilihan

kata, sikap berbicara, volume suara, kelancaran dan penguasaan topik. Nilai dari pra-siklus

Grafik 4.1 Hasil Prasiklus Kemampuan Berwawancara

Grafik 4.1 menunjukkan jumlah tertinggi ada pada kategori Kurang. Keadaan ini

mengindikasi bahwa 60.40% siswa dalam kemampuan berbicara berada pada kategori

Kurang, kategori Cukup sebanyak 17.23%, Sangat Kurang sebanyak 22.37%. Kategori

Sangat Baik dan Baik sebanyak 0 atau 0%.

b) Laporan Siklus I

a) Perencanaan

Setelah pelaksanaan prasiklus selesai dilakukan, peneliti berdialog untuk

melaksanakan siklus pertama. Perencanaan dalam penelitian ini di antaranya menyangkut

beberapa hal, yakni: 1) bentuk strategi yang digunakan yaitu cerita berpasangan, 2)

persiapan guru melaksanakan pembelajaran bercirikan cooperatif learning, 3) menyiapkan

materi dan pembagian kelompok siswa, 5) menyiapkan sarana/prasarana/instrumen yang

dibutuhkan, 6) persiapan pengukuran kemampuan berbicara siswa.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

b) Implementasi Tindakan dan Observasi

Implementasi tindakan pada siklus pertama dilakukan tiga kali tatap muka yaitu

pada tanggal 29 Maret 2011 pada jam 07.15-08.35 WIB, 6 April 2011 pada jam 07.15 –

08.35 WIB, dan tanggal 7 April 2011 pada jam 07.15 – 08.35 WIB. Pada siklus pertama ini, guru mulai menerapkan teknik paired storytelling (cerita berpasangan) dalam

pembelajaran praktik berwawancara. Guru mengubah pola pembelajaran praktik

berwawancara yang dulu digunakan.

Siswa tidak lagi praktik berbicara secara individu (sendiri-sendiri), tetapi mereka

akan praktik berbicara secara berpasangan (berwawancara). Selain itu, interaksi

antarsiswa akan mulai dibangun dalam tindakan pertama ini. Guru juga telah

mempersiapkan materi yang akan dibahas oleh masing-masing kelompok yakni berupa

masalah yang aktual, serta pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam berbicara.

Pelaksanaan siklus I ini berjalan dengan lancar. Setiap kelompok membahas masalah

yang diberikan oleh guru, walaupun dalam setiap kelompok ada superior dan inferior.

Siswa mulai banyak dan berani berwawancara. Suasana kelas sudah mulai terkendali dan

kondusif. Siswa mulai fokus terhadap materi yang dibahas meskipun siswa yang ada di

bagian belakang masih sangat ramai dan seenaknya sendiri. Interaksi antarkelompok

sudah mulai terjalin. Namun, etika berbicara dan stuktur kalimat yang digunakan belum

tepat. Siswa pun sudah mulai tertarik dan perhatian terhadap materi pelajaran. Berikut

c) Refleksi

Setelah pelaksanaan tindakan I dan pengamatan selesai dilakukan, langkah

berikutnya adalah refleksi siklus. Refleksi dilakukan oleh pengamat, guru pengajar,

dan guru kolaborator peneliti lainnya. Kegiatan refleksi ini dilakukan setiap akhir

pelaksanaan tindakan. Artinya, ada beberapa kali pertemuan untuk membahas hasil

pengamatan dan merefleksinya.

Berdasarkan hasil pengamatan, ada beberapa hal yang berhasil dan beberapa

kekurangan di siklus I. Hasil capaian keberhasilan siklus I adalah sebagai berikut.

1) Siswa mulai antusias membahas masalah yang disampaikan oleh kelompok lain.

# 6 April 2011 #

Guru dan observer masuk kelas pukul 07.00 WIB. Murid-murid bersorak menyambutnya. Beberapa siswa yang dekat observer menyapa pada observer. Setelah guru membuka pelajaran dan memulai pelajaran, Kegiatan praktik berbicara di mulai, melanjutkan pertemuan sebelumnya. Guru hanya mengulas sedikit di awal pelajaran. Kali ini pembelajaran berjalan sesuai rencana. Kelompok demi kelompok tampil di depan kelas. Interaksi dan tanya jawab berlangsung dengan baik walaupun beberapa masih menggunakan kata/kalimat yang kurang pas. Cara berbicara juga ada yang belum sesuai etika.

Kondisi kelas terkendali. Guru tidak lagi terpaku ditempatnya. la selalu mondar mandir keliling kelas dan menegur siswa yang ramai. Siswa bertanya dan menjawab dengan dibantu guru. Guru selalu mengulang pertanyaan dan jawaban dari siswa karena sesekali suara siswa sangat lirih sehingga penanya/ penjawab tidak mendengar. Superior dan inferior masih ada di setiap kelompok yang tampil.

Guru sudah mulai memberikan durasi waktu bagi kelompok yang maju. Sehingga masing-masing kelompok tampil di depan kurang lebih 15menit. Waktu dikelola oleh guru secara ketat. Waktu pelajaran telah habis, tetapi ada kelompok yang tengah tampil, sehingga agak diunduk waktu istirahatnya. Akhirnya, setelah selesai guru memberikan kata penutup sebentar dan mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam yang disambut secara serentak oleh para siswa.

Hal ini terbukti lebih dari 10 siswa terlibat dalam tanya jawab.

2) Siswa yang praktik berbicara tidak minder lagi dan mulai percaya diri. Hal ini

disebabkan mereka praktik berbicara secara berpasangan (berwawancara).

3) Guru sudah memberikan durasi waktu sehingga masing-masing kelompok

berbicara kurang lebih 15 menit. Hal ini dilakukan agar siswa dapat mengatur

waktu dengan baik.

4) Guru tidak lagi duduk terpaku ditempatnya. Guru senantiasa mengontrol

kondisi kelas dengan cara berkeliling dan memperingatkan siswa yang ramai

(bermain sendiri).

5) Guru juga mulai merasakan perbedaan antara mengajar dengan menggunakan

model yang dulu dengan model yang sekarang.

Adapun beberapa kekurangan yang ditemui dalam penelitian ini antara lain seperti

berikut ini.

1) Model belajar (salah satu teknik cooperatif learning) dengan cara berpasangan ini

terlalu mcnghabiskan banyak waktu. Hal ini terbukti dari pelaksanaan siklus I

yang mcncapai tiga kali tatap muka.

2) Setiap kelompok yang maju terdapat superior dan inferior, sehingga ada

dominasi pembicaraan. Kesempatan berbicara kurang merata dan siswa belum

memahami kalau penilaian bukan individual, melainkan kelompok.

3) Interaksi antar kelompok memang sudah terjalin, namun masih ada beberapa

siswa yang kurang fokus terhadap materi dan justru asyik dengan

pekerjaannya sendiri, terutama siswa yang menempati tempat duduk di

4) Guru belum memberikan materi secara terpadu, masih terfokus pada

kemampuan berbicara tanpa menyentuh unsur kebahasaan ataupun yang lain.

Berikut ini adalah tabel hasil siklus I.

Tabel 4.2 Hasil Siklus I Kemampuan Berwawancara dengan Pendekatan Cooperative Learning

No Kategori Rentang nilai Frekuensi Bobot nilai Persentase (%) Nilai rata-rata 1 Sangat baik 85-100 0 0 0.00 1683:28=60.11 kategori cukup 2 Baik 70-84 2 143 8.50 3 Cukup 60-69 16 983 58.40 4 Kurang 50-59 10 557 33.10 5 Sangat kurang <50 0 0 0.00 Jumlah 28 1683 100

Tabel 4.2 menunjukkan nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 60.11 dan termasuk

kategori Cukup. Siswa yang mendapat nilai pada kategori Sangat Baik sebanyak 0

siswa atau 0%. Siswa yang mendapat nilai kategori Baik sebanyak 2 orang atau 8.50%.

Siswa yang mendapat nilai pada kategori Cukup sebanyak 16 orang atau 58.40% dari

semua siswa. Siswa yang mendapat nilai pada kategori Kurang sebanyak 10 orang atau

33.10% dari semua siswa dan siswa yang mendapat nilai pada kategori Sangat Kurang

sebanyak 0 orang atau 0% dari semua siswa. Nilai rata-rata didapat dari pilihan kata,

sikap berbicara, volume suara, kelancaran dan penguasaan topik. Nilai dari siklus I

Grafik 4.2 Hasil Siklus I Kemampuan Berwawancara dengan Pendekatan Cooperative Learning

Grafik 4.2 menunjukkan jumlah tertinggi ada pada kategori Cukup. Keadaan ini

mengindikasi bahwa 58.40% siswa dalam berwawancara dengan pendekatan cooperative

learning berada pada kategori Cukup, kategori Baik sebanyak 8.50%, kategori Kurang

sebanyak 33.10%. Kategori Sangat Baik dan Sangat Kurang sebanyak 0 atau 0%.

2) Laporan Siklus II

a) Perencanaan

Perencanaan siklus II ini dilaksanakan bersamaan dengan refleksi siklus I.

Perencanaan siklus II ini bertujuan untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I.

Pada siklus II ini tindakan dirancang agak berbeda dengan siklus I. Perbedaannya, pada

siklus II ini siswa tidak lagi berpasangan, namun sudah dibentuk dalam

kelompok-kelompok. Teknik yang diterapkan adalah Group Investigation. Satu kelompok

beranggotakan 5 sampai 6 siswa. Masalah yang dibahas siswa pun tidak lagi berasal dari

0 10 20 30 40 50 60 70

sangat baik baik cukup kurang sangat

guru. Siswa dituntut untuk mampu menemukan masalah di lapangan. Jadi, mereka hams

melakukan wawancara. Selanjutnya siswa akan melaporkan hasil wawancara dan

mendiskusikan masalah yang dihadapi olch narasumber. Jarak pelaksanaan siklus I dan

siklus II cukup lama karena siswa harus melakukan wawancara terlebih dahulu. Hasil

wawancara disajikan di kelas secara berkelompok dan akan ditanggapi oleh

kelompok lainnya. Guru menyerukan akan memilih kelompok terbaik dan

memberikan hadiah.

b) Implementasi Tindakan dan Observasi 2

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 April 2011 jam 07.15 – 08.35 WIB. Tindakan yang diimplementasikan pada siklus 2 masih sama, yaitu pendekatan cooperatif

learning. Hanya saja pada siklus II ini tekniknya berbeda. Di siklus ini siswa diajak untuk

aktif mencari pengalaman dengan melakukan wawancara. Pelaksanaan siklus II berjalan

dengan cepat, hanya membutuhkan waktu satu kali tatap muka. Tempat duduk siswa tidak

diubah tetapi siswa diminta duduk berdekatan dengan teman kelompoknya. Siswa bagian

belakang berkurang ramainya dan guru semakin dapat mengontrol kondisi para siswa.

Berikut hasil rekaman observasi oleh para peneliti di siklus II.

c) Refleksi

Kegiatan refleksi dilaksanakan pada tanggal 27 April 2011 setelah pelaksanaan

siklus II. Beberapa capaian keberhasilan dalam siklus 2 dapat dilihat sebagai berikut.

1) Antusias siswa untuk menanggapi kelompok yang sedang presentasi

meningkat. Hal ini terbukti lebih dari 15 siswa memberikan respon dan

# 27-ApriI 2011# '

Observer datang 25 menit setelah jam pertama dimulai. Di kelas, siswa telah duduk secara berkelompok. Guru segera mempersilahkan observer untuk masuk. Setelah satu kelompok selesai presentasi dan menutup presentasinya. Forum tanya jawab segera dibuka oleh guru. Ada satu anak yang menyarankan suara diperkeras supaya seluruh siswa mendengar dan dapat bcrpartisipasi untuk bertanya/ memberi masukan. Saran itupun diterima dengan baik oleh kelompok yang ada di depan. Beberapa siswa bertanya dan selalu diawali dengan salam. Setelah menutup dengan salam, kelompok yang ada di depan mengakhiri presentasinya.

Kelompok demi kelompok maju untuk melaporkan dan mempresentasikan hasil wawancara mereka. Ketua kelompok lalu memperkenalkan anggota kelompoknya. Setiap kelompok tidak ada lagi superior-inferior. Setiap anggota kelompok mendapat giliran praktik berbicara di depan secara bergiliran. Pertanyaan/tanggapan dari kelompok lain dilakukan. dengan memperkenalkan diri dahulu dan mengucap salam. Tanggapan siswa tidak terbatas mengkritik/ menjatuhkan kelompok yang maju di depan. Ada anak yang mau memuji penampilan kelompok yang ada di depan, memberi masukan agar suara diperkeras, memberi masukan tentang mimik wajah, dan sikap berbicara ketika di depan, pandangan mata harus ke audiens, bahkan ada kelompok yang membantu memberi jawaban ketika kelompok di depan tidak mampu menjawab. Semua saran dan pertanyaan yang dilontarkan kelompok lain diterima dan ditanggapi dengan senang hati oleh kelompok yang ada didepan.

Setiap akhir presentasi selalu diakhiri dengan tepuk tangan. Ketua kelompok pun selalu mengakhiri permintaan maaf bila penampilan kelompoknya tidak memuaskan.. Ketika siswa diberi kesempatan untuk menanggapi, banyak sekali siswa yang ingin menanggapi. Pertanyaan lebih banyak muncul dari siswa-siswa yang tadi bicara. Bahkan ketika guru ingin mengakhiri pelajaran masih ada siswa yang meminta kesempatan untuk bertanya. Ada bcberapa siswa yang memang ramai sendiri di belakang. Mereka mengeluhkan penampilan kclompok yang maju yang suaranya lirih. Akhirnya guru mengakhiri pelajaran setelah semua siswa tampil.

terlibat dalam tanya jawab. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

siswa sangat tenarik dan fokus terhadap materi yang sedang dibahas.

2) Tanggapan siswa terhadap kelompok yang sedang presentasi, tidak sebatas

memberi pertanyaan dan mengkritik. Ada siswa yang berani memberikan

pujian terhadap penampilan kelompok yang lain.

3) Etika berbicara sudah diterapkan oleh siswa: Siswa mengucapkan salam,

menyebutkan nama, dan menggunakan pilihan kata serta kalimat yang tepat

saat berbicara. .

4) Kerjasama antarsiswa dalam setiap kelompok sudah terjalin. Hal ini terbukti setiap

siswa mendapat giliran untuk berbicara, sehingga tidak ada lagi superior dan

inferior. Siswa memahami nilai yang diperoleh atas kelompoknya.

5) Suasana kelas yang menyenangkan dan kondusif mulai tercipta meskipun masih

terdapat kendala pada siswa yang duduk di bagian belakang.

6) Selama proses pembelajaran, guru hanya berperan sebagai mediator. Siswa telah

mampu belajar sendiri.

Kekurangan siklus II ada beberapa hal seperti berikut ini.

1) Beberapa siswa masih berbicara lirih (kurang keras) sehingga tidak dapat

didengar oleh siswa yang duduk di bagian belakang. Hal ini seperti nya sulit

dibenahi, sehingga membutuhkan alat bantu speaker dan sejenisnya.

2) Guru belum memberikan ulasan atas kerja siswa secara maksimal dan bahasan

materi sangat terbatas.

3) Kelompok yang dibentuk secara sukarela ternyata belum merata, masih ada

lain yang bahkan pendiam semua.

4) Setting tempat duduk siswa kurang mendukung KBM.

5) Munculnya kebosanan pada siswa setelah beberapa kelompok menyajikan

hasil wawancaranya, kelas mulai ramai dan fokus perhatian berkurang.

Berikut ini adalah tabel hasil siklus II.

Tabel 4.3Hasil Siklus II Kemampuan Berwawancara dengan Pendekatan Cooperative Learning

No Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Nilai Persentase (%) Nilai rata-rata 1 Sangat Baik 85-100 0 0 0.00 1885:28=67.32 Kategori Cukup 2 Baik 70-84 7 505 26.80 3 Cukup 60-69 21 1380 73.20 4 Kurang 50-59 0 0 0.00 5 Sangat Kurang <50 0 0 0.00 Jumlah 28 1885 100

Tabel 4.3 menunjukkan nilai rata-rata siswa pada siklus II sebesar 67.32 dan termasuk

kategori Cukup. Siswa yang mendapat nilai pada kategori Sangat Baik sebanyak 0

siswa atau 0%. Siswa yang mendapat nilai kategori Baik sebanyak 7 orang atau

26.80%. Siswa yang mendapat nilai pada kategori Cukup sebanyak 21 orang atau

73.20% dari semua siswa. Siswa yang mendapat nilai pada kategori Kurang dan sangat

Kurang sebanyak 0 orang atau 0% dari semua siswa. Nila rata-rata kemampuan

berwawancara didapat dari aspek pilihan kata, sikap berbicara, volume suara,

Grafik 4.3 Hasil Siklus II Kemampuan Berwawancara dengan Pendekatan Cooperative Learning

Grafik 4.3 menunjukkan jumlah tertinggi ada pada kategori Cukup. Keadaan ini

mengindikasi bahwa 73.20% siswa dalam kemampuan berwawancara dengan

pendekatan cooperative learning berada pada kategori Cukup, kategori Baik sebanyak

26.80%, sedangkan kategori Sangat Baik, Baik dan Sangat Kurang sebanyak 0 atau

0%.

3) Laporan Siklus III

a) Perencanaan

Perencanaan siklus ini dilakukan dengan melihat berbagai kekurangan yang

ditemukan pada siklus II. Sementara itu, keberhasilan yang dicapai pada siklus II akan

dipertahankan. Siswa juga akan mempertahankan pembentukan kelompok yang

beranggotakan 5 sampai 6 siswa. Pada siklus II, siswa bebas memilih anggota

kelompok, sedangkan pada siklus III ini, anggota kelompok ditentukan oleh guru. Hal

0 10 20 30 40 50 60 70 80

ini bertujuan agar tidak terjadi kecemburuan sosial. Guru akan lebih mengarahkan

agar siswa aktif berinteraksi selama proses pembelajaran.

Berbeda dengan siklus I dan II, pada siklus III ini siswa diberi kesempatan

untuk membawa media (alat) yang mendukung pelaksanaan praktik berbicara. Selain

itu, untuk menghindari suara lirih siswa, guru telah mempersiapkan beberapa mikrofon

yang diharapkan dapat menutupi kekurangan siswa yang bersuara lirih. Pelaksanaan

siklus III akan. dilaksanakan dua kali tatap muka, mengingat persiapan siswa agar lebih

matang.

b) Implementasi Tindakan dan Observasi 3

Tindakan siklus 3 terlaksana pada hari Kamis tanggal 11 Mei 2011 dan 20 Mei

2011. Tindakan kali ini masih sama dengan siklus II, hanya lebih disempurnakan.

Para siswa menggunakan media (alat) yang mendukung dalam praktik berbicara.

Semua siswa antusias mengikuti pelajaran dan kondisi kelas sangat terkendali. Selain

itu, pada siklus III ini pengamatan dilakukan dengan menggunakan video. Siswa

semakin tertarik dengan model ini. Guru semakin bagus mengajarnya. Berikut

# 12 Mei 2011#

Awal kelas dimulai, siswa telah duduk menurut kelompoknya. Siswaa rnempersiapkan untuk kegiatan berbicaranya, Tiga kelompok yang akan tampil telah mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk presentasi. Setelah selesai tadarus

Pada pukul 07.15 guru masuk kelas. Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam yang dijawab siswa. Guru menerangkan/revie mengenai tugas berbicara yang akan dilaksanakan 3 kelompok yang akan menerangkan proses membatik painting, membuat mie ayam, dan membuat gantungan kunci dari fiber.

Siswa segera menyuruh kelompok 3 untuk tampil. Kondisi kelas cukup ramai karena tidak sesuai urutan. Kelompok 3 akhirnya tampil. Penampilan diawali dengan tepuk tangan kelompok lain, dibuka dengan salam dan perkenalan anggota kelompok, sehnjutnya setiap anggota kelompok mendapat giliran untuk berbicara menerangkan proses pembuatan batik painting. Beberapa siswa masih kesulitan berbicara dan memegang mix. Selesai presentasi siswa memberikan tepuk tangan.

Selanjutnya ketua kelompok mempersilakan kelompok yang lain untuk menanggapi penampilan mereka, 4 orang siswa menanggapi, ada yang bertanya, ada pula yang memuji. Semua siswa yang menanggapi telah menggunakan etika dan penataan bahasa yang lebih baik. Pertanyaan diawali dengan salam dan perkenalan diri lalu ditutup dengan salam. Kritikan yang ditujukan untuk kelompok yanmg tampil pun diterima dengan hati.

Presentasi diakhiri dengan permintaan maaf dari kelompok yang tampil dan ditutup dengan salam, kelompok yang tidak tampil bertepuk tangan. :

Presentasi berikutnya oleh kelompok 6 yang ingin menerangkan proses pembuatan mie ayam, sama dengan kelompok sebelumnya, diawali dengan salam pengenalan anggota kelompok, dan setiap anggota secara bergiliran menerangkan cara membuat mie ayam. Siswa sangat lancar berbicara dan dengan penjelasan secara bergantian. Forum tanya jawab pun dibuka oleh ketua kelompok, beberapa siswa menanggapi. Buka dan tutup pertanyaan dilakukan dengan salam, ada satu anggota kelompok yang sering menguap "apa"... filler class. Tanya jawab berlangsung dengan baik walaupun siswa yang menanggapi cenderung itii-itu saja. Presentasi ditutup dengan salam dtcpuk tangan dari kelompok lain.

Guru pun segera menyuruh kelompok terakhir, kelompok ini akan menerangkan proses membuat gantungan kunci dari fiber.Penampilan kelompok ini diawali dengan salam, pengenalan anggota. Ada salah seorang siswa yang terbata-bata mcnjelaskan proses pembuatan gantungan kunci. Forum tanya jawab pun tetap dibuka, siswa tctap antusias menanggapi kelompok yang maju.

c) Refleksi 3

Refleksi siklus III ini dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2011. Berikut beberapa

capaian keberhasilan yang dapat dilihat dari hasil refleksi:

1). Tindakan telah dilaksanakan secara sempurna dengan hasil yang sangat sempurna

dan memuaskan.

2) Siswa telah terampil berbicara, mampu menggunakan stuktur kata dan kalimat yang

tepat, pemilihan kata yang sesuai, dan etika berbicara yang benar.

3). Siswa sangat antusias, gembira, dan aktifmengikutipelajaran.

4). Kualitas pertanyaan dan jawaban siswa meningkat drastis.

Berikut ini adalah tabel hasil siklus III.

Tabel 4.4 Hasil Siklus III Kemampuan Berwawancara dengan Pendekatan Cooperative Learning

No Kategori Rentang

Nilai Frekuensi

Bobot

Nilai Persentase (%) Nilai rata-rata

1 Sangat baik 85-100 1 85 4.13 2057:28=73.47 Kategori baik 2 Baik 70-84 25 1835 89.20 3 Cukup 60-69 2 137 6.67 4 Kurang 50-59 0 0 0.00 5 Sangat kurang <50 0 0 0.00 Jumlah 28 2057 100

Tabel 4.4 menunjukkan nilai rata-rata siswa pada siklus III sebesar 73.47 dan

termasuk kategori Baik. Siswa yang mendapat nilai pada kategori Sangat Baik

sebanyak 1 siswa atau 4.13%. Siswa yang mendapat nilai kategori Baik sebanyak 25

orang atau 89.20%. Siswa yang mendapat nilai pada kategori Cukup sebanyak 2 orang

Dokumen terkait