• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

Dari penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh data berupa aktivitas pada ranah afektif, aktivitas pada ranah psikomotorik, hasil belajar kognitif, data keterlaksanaan pembelajaran, data kinerja guru dan data tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran menggunakan model investigasi kelompok berpendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS). Perincian mengenai hasil penelitian ini disajikan sebagai berikut.

1. Aktivitas pesera didik pada ranah afektif

Aktivitas ini erat kaitannya dengan sikap/minat peserta didik terhadap pembelajaran yang dilakukan. Data aktivitas ini diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas ranah afektif yang diisi oleh peserta didik dengan jumlah pernyataan 25. Aktivitas ini meliputi 1) penerimaan (tersirat pada pernyataan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24 dan 25 pada angket ranah afektif), 2) responsi (tersirat pada pernyataan poin A nomor 16), 3) menghayati nilai (tersirat pada pernyataan poin A nomor 10, 11), 4) persepsi (tersirat pada pernyataan nomor 12, 14), 5) menjadi karakter/kebiasaan dalam perilaku (tersirat pada peryataan nomor 7, 13). Rincian hasil perhitungan aspek afektif disajikan pada tabel berikut.

Tabel 10. Aktivitas afektif peserta didik*. Kategori Kriteria Kelas X3 Kelas X4 ∑ Peserta didik Persentase (%) ∑ Peserta didik Persentase (%) 85 – 100 Sangat tinggi 7 18,42 3 8,11 67 – < 85 Tinggi 25 65,79 29 78,38 57 – < 67 Cukup tinggi 1 2,63 3 8,11 41 – < 57 Rendah 3 7,90 1 2,70 25 – < 41 Sangat rendah 2 5,26 1 2,70 Jumlah    38 100 37 100

 

Keaktifan 84,21 % 86,49 %

Kategori Aktivitas tinggi Aktivitas tinggi

Dari tabel di atas terlihat bahwa aktivitas afektif kelas X3 84,21% dan aktivitas afektif kelas X4 sebesar 86,49%. Hal ini mengindikasikan kedua kelas eksperimen mempunyai sikap/minat yang baik terhadap pembelajaran yang dilakukan.

2. Aktivitas peserta didik pada ranah psikomotorik

Data aktivitas ini diperoleh dari lembar observasi aktifitas psikomotorik peserta didik selama kegiatan investigasi. Kegiatan tersebut meliputi observasi, interaksi, klasifikasi, penyelidikan, menggunakan alat, mengkomunikasikan/mem- presentasikan hasil dan membersihkan/mengembalikan peralatan pembelajaran. Rincian hasil penghitungan kinerja peserta didik disajikan pada tabel berikut.

Tabel 11.Aktivitas psikomotorik peserta didik*.

Kategori Kriteria Kelas X3 Kelas X4 ∑ Peserta didik Persentase (%) ∑ Peserta didik Persentase (%) 85 - 100 Sangat tinggi 13 34,21 11 29,73 66 - < 85 Tinggi 18 47,37 20 54,05 56 - < 66 Cukup 7 18,42 5 13,51 40 - < 56 Kurang - - 1 2,71 33 - < 40 Jelek - - - Jumlah 38 100 37 100 Keaktifan 81,58 % 83,78 %

Kategori Aktivitas tinggi Aktivitas tinggi

*) Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26&27.

Dari tabel di atas, terlihat bahwa aktivitas psikomotorik pada kelas X3 sebesar 81,58% dan X4 sebesar 83,78%. Hal ini mengindikasikan adanya partisipasi aktif dari peserta didik dalam pembelajaran yang berarti mereka mampu mengoptimalkan kinerjanya pada saat kegiatan investigasi.

  3. Hasil belajar peserta didik

Hasil belajar kognitif diperoleh dari nilai tes evaluasi ditambah nilai proyek investigasi dan dari nilai tugas.

Rincian hasil belajar disajikan pada tabel berikut. Tabel 12. Hasil belajar peserta didik *.

No Aspek Kelas X3 Kelas X4 Peserta didik Nilai Peserta didik Nilai 1 Distribusi

Nilai Tuntas 26 64,54 – 79,15 Tuntas 26 63,45 – 81,25 Tidak tuntas 12 54,38 62,76 Tidak tuntas 11 54,1 – 62,86 2 Nilai Tertinggi 79,15 81,25 3 Nilai Terendah 54,38 54,1 4 Rata-Rata 65,89 67,23 5 Ketuntasan klasikal 68,42% 70,72%

*) Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 32&33.

Berdasarkan tabel di atas, hasil belajar peserta didik pada kedua kelas eksperimen masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan klasikal yang masih di bawah indikator keberhasilan penelitian ini.

4. Kinerja guru

Kinerja guru selama proses pembelajaran dengan model investigasi kelompok berpendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dapat diketahui dari hasil observasi kinerja guru. Aspek yang dilihat dari kinerja guru meliputi mengkomunikasikan indikator atau tujuan pembelajaran, memberi pertanyaan awal, memberikan apersepsi, memberikan motivasi, membimbing peserta didik, berperan sebagai motivator dan fasilitator, melakukan kegiatan pembelajaran dengan model investigasi kelompok berpendekatan JAS, menciptakan suasana aktif, memberikan penguatan terhadap hasil pembelajaran, menarik kesimpulan bersama peserta didik dan memberi evaluasi atau tugas kepas peserta didik. Rincian mengenai data ini disajikan pada tabel berikut.

 

Tabel 13. Hasil observasi kinerja guru selama pembelajaran berlangsung*.

No Aspek Persentase (%) Kategori

1 Kinerja pada kelas eksperimen I (X3) 77,78 Kinerja sedang 2 Kinerja pada kelas eksperimen II (X4) 83,33 Kinerja sedang

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kinerja guru pada kedua kelas eksperimen masih perlu ditingkatkan. Namun demikian dari tabel di atas menunjukkan guru telah berusaha secara baik agar mencapai kinerja yang optimal.

5. Keterlaksanaan pembelajaran

Keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. Data ini bertujuan untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran sehingga dapat diketahui pembelajaran dengan model investigasi kelompok berpendekatan JAS telah terlaksana dengan baik atau belum. Rincian data ini disajikan pada tabel berikut.

Tabel 14. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran model investigasi kelompok berpendekatan JAS*.

No Aspek Persentase

(%) Kategori 1 Keterlaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen I 81,82 Terlaksana baik 2 Keterlaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen II 81,82 Terlaksana baik *) Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 36&37.

Dari data di atas terlihat bahwa pembelajaran model investigasi kelompok berpendekatan JAS pada kedua kelas eksperimen telah terlaksana.

6. Tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran dengan investigasi kelompok berpendekatan JAS

Tanggapan peserta didik dapat dilihat dari hasil angket yang diisi oleh peserta didik. Data ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tanggapan dari peserta didik terhadap model pembelajaran investigasi kelompok berpendekatan JAS. Rincian data ini disajikan pada tabel berikut.

 

Tabel 15. Hasil Observasi tanggapan peserta didik kelas X3 dan X4. No Pernyataan Kelas Jawaban Σ Peserta

didik Persentase (%) Kualitas Tanggapan 1 Apakah Anda senang mengikuti pembelajaran sub materi invertebrata dengan Pendekatan JAS model investigasi kelompok ? X3 Sangat Senang 14 36,84 94,73 % (sangat baik) Senang 22 57,89 Tidak Senang 2 5,26 Sangat Tidak Senang 0 0 X4 Sangat Senang 8 21,62 94,59 % (sangat baik) Senang 27 72,97 Tidak Senang 2 5,41 Sangat Tidak Senang 0 0 2 Apakah Anda menyukai suasana kelas saat pembelajaran dengan pendekatan JAS model investidasi kelompok X3 Sangat Suka 9 23,68 84,21 % (sangat baik) Suka 23 60,53 Tidak Suka 5 13,16 Sangat Tidak Suka 1 2,63 X4 Sangat Suka 3 8,11 89,19 % (sangat baik) Suka 30 81,08 Tidak Suka 4 10,81 Sangat Tidak Suka 0 0 3 Bagaimana pemahaman Anda terhadap sub materi invertebrata dengan Pendekatan JAS model investigasi kelompok ? X3 Sangat Paham 0 0 76,32 % (baik) Paham 29 76,32 Tidak Paham 8 21,05 Sangat Tidak Paham 1 2,63 X4 Sangat Paham 1 2,7 79,32 % (baik) Paham 26 70,27 Tidak Paham 10 27,03 Sangat Tidak Paham 0 0 4 Apakah Anda setuju jika pembelajaran sub materi invertebrata dengan Pendekatan JAS model investigasi kelompok ? X3 Sangat Setuju 12 31,58 94,59 % (sangat baik) Setuju 23 60,53 Tidak Setuju 2 5,26 Sangat Tidak Setuju 1 2,63 X4 Sangat Setuju 8 21,62 83,78 % (baik) Setuju 23 62,16 Tidak Setuju 5 13,51

  Sangat Tidak Setuju 1 2,7

No Pernyataan Kelas Jawaban Σ Peserta didik Persentase (%) Kualitas Tanggapan 5 Apakah teman Anda membantu dalam kegiatan belajar kelompok sub materi invertebrata dengan Pendekatan JAS model investigasi kelompok ? X3 Sangat Membantu 2 5,26 91,89 % (sangat baik) Membantu 32 84,21 Tidak Membantu 3 7,89 Sangat Tidak Membantu 1 2,63 X4 Sangat Membantu 4 10,81 83,78 % (baik) Membantu 27 72,97 Tidak Membantu 6 16,22 Sangat Tidak Membantu 0 0 B.Pembahasan

Pada dasarnya penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai hasil belajar peserta didik dengan pembelajaran model investigasi kelompok berpendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS). Gambaran tersebut dapat terlihat dari aktivitas peserta didik pada ranah afektif, aktivitas peserta didik pada ranah psikomotorik dan dari hasil belajar kognitif peserta didik yang didukung oleh kinerja guru dan tanggapan peserta didik selama pembelajaran.

1. Aktivitas peserta didik pada ranah afektif

Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran melibatkan berbagai macam aspek yang mendukung. Salah satu aspek yang mendukung keberhasilan tersebut dapat terlihat dari aktivitas peserta didik yang dinilai dari ranah afektif. Ranah ini erat kaitannya dengan sikap/minat peserta didik terhadap suatu pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan menunjukkan kedua kelas eksperimen memliki aktivitas afektif tinggi, yakni kelas X3 (84,21%), dan kelas X4 (86,49%). Dilihat dari nilai persentase keaktifan peserta didik ini ternyata kelas X3 lebih rendah jika dibandingkan dengan kelas X4. Hal ini diduga karena Lanjutan

 

peserta didik kelas X4 lebih menyukai suasana kelas saat pembelajaran dengan model dan pendekatan yang diterapkan (84,21%) dari pada peserta didik kelas X3 (89,19%) yang dapat dilihat dari tanggapan peserta didik secara langsung. Besarnya persentase aktivitas di atas dapat mengindikasikan bahwa kedua kelas eksperimen mempunyai sikap/minat yang positif terhadap model dan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran investigasi kelompok berpendekatan JAS memang dirancang untuk memberikan kemerdekaan penuh pada peserta didik untuk berpartisipasi dalam belajar sehingga suasana pembelajaran menjadi menyenangkan.

Hal ini terbukti dari tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran yang dilakukan. Tanggapan klasikal kelas X3 berkategori sangat baik (94,74%) begitu pula tanggapan klasikal kelas X4 (94,9%). Hal tersebut mengindikasikan kedua kelas eksperimen menyenangi pembelajaran dengan model dan pendekatan yang diterapkan. Ngabekti (2006) mengatakan penerapan model investigasi kelompok disenangi oleh sebagian besar peserta didik yaitu 90,2%. Menurutnya hal ini terjadi karena peserta didik yang kurang pandai dapat bertanya kepada yang lebih pandai. Jadi dengan demikian ada kerja sama dan saling tolong menolong antar peserta didik. Hal tersebut terbukti dari tanggapan peserta didik yaitu 91,89% pada kelas X3 dan 83,78% pada kelas X4 menyatakan bahwa teman membantu dalam kegiatan belajar. Wena (2009) mengatakan dalam pembelajaran kooperatif peserta didik yang pandai mengajar peserta didik yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Peserta didik yang kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya.

Adanya sebagian peserta didik yang belum menunjukkan aktifitas afektif yang tinggi (15,79 % pada kelas X3 dan 13,51 % pada kelas X4) diduga karena mereka masih belum terbiasa belajar secara diskusi dan berkelompok. Selain itu, Ngabekti (2006) mengatakan ketidaksenangan peserta didik pada pembelajaran berkelompok diduga terjadi pada peserta didik yang pandai karena merasa tidak dapat konsentrasi dan terganggu dengan teman yang bertanya.

 

2. Aktivitas peserta didik pada ranah psikomotorik

Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran juga didukung oleh aktivitas psikomotorik peseta didik. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan kelas X3 memiliki aktivitas psikomotorik tinggi (81,58%), begitu pula kelas X4 (83,78%).

Dilihat dari besarnya persentase ini ternyata kelas X3 lebih kecil jika dibandingkan kelas X4. Hal ini diduga dipengaruhi oleh minat peserta didik terhadap pembelajaran dengan pendekatan dan model yang diterapkan yang mana kelas X3 memiliki minat tidak sebesar kelas X4 yang dapat dilihat dari persentase aktivitas afektif di atas. Semakin besar minat peserta didik terhadap suatu pendekatan dan model pembelajaran yang diterapkan maka peserta didik akan semakin antusias berpartisiasi aktif dalam pembelajaran. Besarnya persentase aktivitas psikomotorik di atas menunjukkan peserta didik dapat melakukan observasi, interaksi, klasifikasi, penyelidikan, menggunakan alat, mengkonunikasikan/ mempresentasikan hasil dan membersihkan/mengembalikan peralatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan cirri dari pendekatan JAS yang menekankan pada keikutsertaan peserta didik dalam pembelajaran sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

Dilihat dari hasil analisis aktivitas psikomotorik ternyata masih terdapat peserta didik yang belum mengotimalkan aktivitasnya dalam pembelajaran (18,42 % pada kelas X3 dan 16,22 % pada kelas X4). Kurang optimalnya aktivitas ini terutama pada kegiatan mempresentasikan hasil investigasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Ngabekti (2006) yang mengatakan kesulitan yang ditemukan peserta didik dalam model investigasi kelompok adalah menyajikan laporan dan menjawab pertanyaan dalam diskusi. Masih adanya peserta didik yang belum dapat mengoptimalkan partisipasinya dalam pembelajaran diduga karena mereka masih belum terbiasa mempresentasikan hasil pengamatannya di depan kelas sehingga sebagian besar peserta didik kesulitan dalam mengemukakan pendapatnya. Fenomena di atas diduga merupakan salah satu dampak dari pembelajaran sebelumnya yang umumnya masih belum berpusat pada peserta didik. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik akan jauh menjadikan peserta didik lebih aktif berpartisipasi di dalam suatu pembelajaran sehingga

 

menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan hasil belajar dapat meningkat (Wena 2009).

3. Hasil belajar peserta didik

Hasil belajar peserta didik diperoleh dari nilai proyek, nilai tugas dan nilai evaluasi. Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa pembelajaran konsep invertebrata pada filum Platyhelminthes, Nematelminthes dan Annelida dengan model investigasi kelompok berpendekatan JAS belum menunjukkan hasil yang memuaskan jika ditinjau dari indikator keberhasilan penelitian ini. Dilihat dari ketuntasan klasikal peserta didik setelah dilaksanakannya model dan pendekatan pembelajaran tersebut pada kelas X3 yaitu 68,42% dinyatakan tuntas dan pada kelas X4 yaitu 70,72% yang dinyatakan tuntas. Hasil belajar ini belum mencapai indikator keberhasilan, yaitu ≥ 75 % peserta didik dinyatakan tuntas. Minat dan aktivitas yang rendah dalam pembelajaran dapat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Dilihat dari besarnya persentase yang diperoleh menunjukkan bahwa ketuntasan kelas X4 lebih besar jika dibandingkan dengan kelas X3. Hal ini terjadi sebagai akibat dari minat dan aktivitas peserta didik kelas X3 lebih rendah jika dibandingkan dengan kelas X4.

Masih belum optimalnya ketuntasan hasil belajar diduga karena peserta didik sebelumnya belum pernah mendapatkan pembelajaran dengan model investigasi kelompok berpendekatan JAS, sehingga peserta didik kebanyakan masih belum terbiasa. Masih belum terbiasanya peserta didik dengan model dan pendekatan yang diterapkan serta cakupan materi invertebrata yang begitu luas diduga menjadi salah satu faktor masih rendahnya pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Hal ini didukung oleh tanggapan secara langsung dari peserta didik yang menunjukkan sebesar 76,32 % dan 72,97 % pada kedua kelas eksperimen yang menyatakan paham terhadap materi yang diajarkan. Persentase ini mengartikan bahwa tingkat pemahaman peserta didik masih belum mencapai tingkat pemahaman yang optimal. Penyebab yang lain adalah pelaksanaan tes evaluasi yang tidak dapat dilakukan pada akhir pelajaran, sehingga memungkinkan ingatan peserta didik tentang konsep yang diterima

 

sebelumnya berkurang. Rendahnya ketuntasan hasil belajar diduga juga dapat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan analisis kinerja guru pada penelitian ini guru masih dalam taraf kinerja yang belum optimal.

Rendahnya ketuntasan hasil belajar kedua kelas juga dapat disebabkan bahwa peserta didik masih membutuhkan waktu yang lama dalam memahami mengenai model dan pendekatan pembelajaran yang diterapkan. Dalam jangka waktu yang lama maka peserta didik akan lebih terbiasa belajar secara aktif dan mandiri. Sanjaya (2007) mengatakan peserta didik membutuhkan waktu yang lama dalam memahami dan mengerti filosofis mengenai model pembelajaran investigasi kelompok, keberhasilan model pembelajaran investigasi kelompok dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali penerapan model ini. Slavin (2008) mengatakan keberhasilan belajar terjadi tidak bergantung pada usia peserta didik, mata pelajaran atau aktivitas belajar. Tugas-tugas belajar yang kompleks seperti pemecahan masalah, berfikir kritis, pembelajaran konseptual meningkat secara nyata pada saat digunakan model kooperatif. Peserta didik lebih memiliki kemungkinan menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi kelompok kooperatif. Jadi materi yang dipelajari peserta didik akan melekat pada periode waktu yang lebih lama.

Dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) individual dan klasikal belajar yang telah ditetapkan oleh sekolah yang hanya ≥ 63 %, sedangkan setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model investigasi kelompok berpendekatan JAS ketuntasan belajar peserta didik kelas X3 mencapai 68,42% dan kelas X4 mencapai 70,72% maka dapat diartikan bahwa pembelajaran dengan model investigasi kelompok berpendekatan JAS menunjukan adanya peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar peserta didik di sekolah tersebut. Peningkatan hasil belajar dan ketuntasan ini diduga dipengaruhi oleh adanya keikutsertaan yang aktif dari peserta didik selama pembelajaran sehingga menumbuhkan minat mereka dalam belajar. Dari penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa manfaat

 

dari model dan pendekatan pembelajaran ini dapat menumbuhkan minat membaca dan kemampuan untuk mengerti apa yang akan dibaca yang terlihat dari kemampuan dalam menyampaikan pendapat secara lisan dan tertulis, mengembangkan kemampuan untuk memahami pikiran orang lain dengan tepat dan menanggapinya secara terbuka dan kritis, menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap objek yang dipelajari serta mampu mengembangkan pengetahuan yang telah diperolehnya.

Model dan pendekatan pembelajaran ini bukan hanya semata-mata bertujuan agar hasil belajar kognitif peserta didik menjadi maksimal. Lebih dari itu penggunaan model dan pendekatan pembelajaran ini akan berorientasi pada kebutuhan peserta didik dalam pengembangan tingkat intelektual, sosio-emosional dan kecakapan hidup, dengan demikian melalui pembelajaran model investigasi kelompok berpendekatan JAS peserta didik jauh akan lebih merasakan kebermaknaan dari proses pembelajaran yang dilaksanakan. Secara skematis hal tersebut tergambarkan pada gambar berikut.

4. Kinerja Guru pada pembelajaran dengan model investigasi kelompok berpendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS).

Gambar 2. Skema efek ikutan pembelajaran model investigasi kelompok berpendekatan JAS

 

Hasil belajar peserta didik tidak lepas dari peran guru. Slavin (2008) mengatakan dalam pembelajaran dengan model investigasi kelompok berpendekatan JAS guru berperan sebagai motivator dan fasilitator. Hal ini dilakukan agar pembelajaran dapat terpusat pada peserta didik. Dari hasil analisis kinerja guru dapat terlihat rerata kinerja guru pada kedua kelas eksperimen sekitar 80,55 %. Ini menunjukan bahwa aspek yang diobservasi belum seluruhnya dilakukan oleh guru. Aspek yang belum dilakukan guru diantaranya adalah memberikan penguatan terhadap hasil diskusi yang sudah dipresentasikan oleh peserta didik, mengkomunikasikan indikator atau tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Fenomena ini diduga merupakan salah satu penyebab dari belum optimalnya peningkatan hasil belajar peserta didik dengan model investigasi kelompok berpendekatan JAS yang telah dikemukakan pada ketercapaian hasil belajar kognitif di atas.

Meskipun kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran investigasi kelompok berpendekatan JAS belum optimal, akan tetapi guru telah berusaha agar pembelajaran ini terlaksana dengan sempurna. Hal tersebut terbukti dari aspek keterlaksanaan pembelajaran yang dinilai oleh observer dari lembar angket keterlaksanaan pembelajaran. Dari tabel 13 terlihat sekitar 81,82% pada kelas X3 dan X4 pembelajaran telah terlaksana dengan baik. Dari sebelas kegiatan selama pembelajaran pada lembar keterlaksanaan pembelajaran hanya ada dua kegiatan saja yang belum terlaksana. Kegiatan tersebut adalah pertama, peserta didik aktif memberikan tanggapan atau masukan pada saat diskusi kelas berlangsung. Ketidakterlaksanaan kegiatan ini sebenarnya bukan sepenuhnya tanggung jawab guru namun juga tanggung jawab peserta didik. Hal ini terjadi sebagai akibat dari pelaksanaan pembelajaran yang biasa digunakan di sekolah tersebut khususnya biologi sebagian besar terpusat pada guru. Wena (2009) mengatakan pembelajaran yang hanya terpusat pada guru hanya akan memberikan pengetahuan pada peserta didik secara pasif. Oleh karena itu keberanian peserta didik dalam menyampaiakan tanggapan harus sedini mungkin dilatih. Kedua, peserta didik dapat mengkontruksi pengetahuan dengan baik. Ketidaktercapaian dari kegiatan ini tidak jauh berbeda dengan alasan sebelumnya bahwa pembelajaran yang

 

dilakukan di sekolah masih belum terbiasa melatih peserta didik untuk dapat mengkontruksi pengetahuan mereka dalam memahami suatu materi pembelajaran. Oleh sebab itu sebagian besar peserta didik belum dapat membangun pengetahuannya sendiri yang telah didapat. Hal tersebut dapat dilihat dari sedikitnya peserta didik yang dapat mengkomunikasikan hasil penyelidikannya dan membuat kesimpulan mengenai materi yang telah diajarkan selama pembelajaran berlangsung. Melalui pembelajaran investigasi kelompok berpendekatan JAS ini yang salah satu cirinya adalah adanya kontruktivisme maka diharapkan siswa mulai berlatih untuk dapat membangun pengetahuan mereka dari pengetahuan yang telah mereka dapatkan sebelumnya.

  BAB V

Dokumen terkait