• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Hasil Penelitian

1. Data Umum

a. Profil Universitas Negeri Yogyakarta

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta (IKIP Yogyakarta) yang sekarang berganti nama menjadi Universitas Negeri Yogyakarta diresmikan pada tanggal 21 Mei 1964. Universitas yang memiliki jargon “Siap Menuju Wordl Class University” ini memiliki empat kampus yaitu kampus Karangmalang No.1 Sleman, Yogyakarta sebagai kampus pusat, kampus Wates, kampus Jalan Bantul, dan kampus PGSD Kinanti. Terdapat delapan fakultas di Universitas Negeri Yogyakarta yaitu Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA),Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), dan Fakultas Pasca Sarjana.

b. Profil Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

Salah satu fakultas yang dimiliki oleh UNY yaitu FE atau yang dulu adalah Fakultas Keguruan Pengetahuan Sosial. Fakultas tersebut diresmikan oleh menteri PTIP pada tanggal 21 Mei 1964. Keputusan pendirian Fakultas Keguruan Pengetahuan Sosial ini diperkuat dengan

keputusan Presiden RI Nomor 268 Tahun 1965 pada tanggal 14 September 1965. Kemudian rektor IKIP Yogyakarta mengeluarkan surat keputusan Nomor 05 tahun 1965 yang berisi antara lain pergantian nama FKPS menjadi Fakultas Keguruan Ilmu Sosial (FKIS). Pengeluaran surat keputusan ini bertujuan untuk memantapkan fungsi keguruan di bidang Ilmu Sosial. Pada tanggal 7 Sepetember 1982 berdasarkan keputusan Presiden RI No 54 tahun 1982 tentang susunan organisasi IKIP Yogyakarta FKIS berubah kembali menjadi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS). Perubahan kali ini bertujuan untuk menekankan ciri kependidikan dari fakultas tersebut.

Seiring dengan makin berkembangnya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) serta tuntutan dari dunia kerja, IKIP Yogyakarta dikembangkan menjadi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada tanggal 4 Agustus 1999 yang didasarkan pada keputusan Presiden RI No 93 tahun 1999. Perubahan dari IKIP menjadi UNY ini diikuti pula dengan perubahan nama fakultas yang ada di UNY, salah satunya adalah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang berubah menjadi FIS setelah disahkan berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 274/0/1999 tentang organisasi dan Tata Kerja UNY. Dengan adanya perubahan nama tersebut, FIS memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan program studi bidang keguruan dan nonkeguruan. Berbagai upaya perubahan dan pengembangan terus dilakukan untuk memenuhi berbagai tuntutan

masyarakat termasuk mengusulkan perubahan nama FIS menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 12 Tahun 2006 yang merupakan perubahan atas keputusan menteri pendidikan dan Kebudayaan Nomor 274/O/1999 tentang organisasi dan tata kerja Universitas Negeri Yogyakarta, FIS berubah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE). Karena pesatnya tuntutan perkembangan dunia kerja maka pada 22 Juni tahun 2011 FISE berkembang menjadi dua fakultas yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Fakultas Ekonomi. Pemisahan ini didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2011 tentang Organisasi dan tata Kerja UNY. Sehinggatanggal 22 Juni 2011 ditetapkan sebagai tanggal lahirnya Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

c. Profil Jurusan Pendidikan Akuntansi

Jurusan Pendidikan Akuntansi merupakan salah satu dari empat Jurusan yang dimiliki oleh Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Jurusan Pendidikan Akuntansi membawahi beberapa Program Studi yaitu Program Studi Pendidikan Akuntansi, Program Studi Akuntansi S1, Program Studi D3 Akuntansi dan Program Studi Pendidikan Akuntansi Internasional.

d. Profil Dosen

Dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta berjumlah 33 dosen dengan latar belakang pendidikan S2 sebanyak 27

dosen dan S3 sebanyak 3 dosen. Jurusan pendidikan akuntansi juga memiliki dosen dengan gelar professor sebanyak 2 dosen. Selain itu dosen jurusan pendidikan akuntansi juga memiliki 10 dosen dengan gelar Ak, 7 dosen dengan gelar CA, dan 1 dosen dengan gelar CPA. e. Deskripsi Data Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober tahun 2014. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyebar kuesioner kepada responden. Kuesioner yang disebar adalah sejumlah 33 kuesioner dengan tingkat pengembalian 69,70% yaitu sejumlah 23 kuesioner. Kemudian Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan pengisian kuesioner yang kembali. Dari pengecekan tersebut tidak ditemukan kuesioner yang tidak lengkap pengisiannya. Rincian jumlah pengembalian kuesioner disajikan sebagai berikut:

Tabel 16. Distribusi Kuesioner

Keterangan Jumlah Responden

Kuesioner disebar 33

Kuesioner kembali 23

Tidak lengkap 0

Jumlah yang bisa diolah 23

Sumber: data diolah 2. Data Khusus

Analisis Deskriptif Variabel

Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penilitian ini meliputi mean,median, modus, tabel frekuensi, dan pengkategorian kecenderungan

data variabel. Deskripsi data dari masing-masing variabel secara rinci adalah sebagai berikut:

a. Familiaritas dosen tentang materi IFRS

Distribusi frekuensi variabel familiaritas dosen tentang materi IFRS ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Familiaritas dosen tentang materi IFRS

No Interval Frekuensi 1 5,00-6,00 2 2 6,10-7,10 5 3 7,20-8,20 9 4 8,30-9,30 3 5 9,40-10,40 4 Jumlah 23

Sumber: data diolah

Berikut ini adalah histogram dari tabel di atas:

Gambar 2.Histogram Familiaritas Dosen tentang Materi IFRS

Kuesioner variabel familiaritas dosen tentang materi IFRS terdiri dari dua item pertanyaan. Nilai tertinggi yaitu 10 dan nilai terendah yaitu 5.

0 2 4 6 8 10 4,95 6,15 7,35 8,55 9,75 10,9 5 Nilai Frekuensi

Mean atau nilai rata-rata pada variabel ini yaitu 6,2174 dengan nilai standar devisiasi sebesar 1,47576. Penghitungan distribusi frekuensi pada tabel 17 dilakukan dengan menggunakan rumus Struges dengan hasil perhitungan frekuensi 5,493701859 kelas yang dibulatkan menjadi 5 kelas. Penentuan panjang kelas interval dilakukan dengan cara menentukan rentang data yaitu dengan cara mengurangkan nilai maksimum data yaitu 10 dengan nilai minimum data yaitu 5, kemudian dibagi dengan jumlah kelas yang menghasilkan nilai 1. Batas bawah interval pertama ditentukan dengan cara mengurangi ujung bawah kelas pertama dengan 0,05. Batas bawah kedua didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas pertama dan ujung bawah kelas kedua lalu dibagi 2. Batas bawah ketiga didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas kedua dan ujung bawah kelas ketiga lalu dibagi 2. Batas bawah keempat didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas ketiga dan ujung bawah kelas keempat lalu dibagi 2. Batas bawah kelima didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas keempat dan ujung bawah kelas kelima lalu dibagi 2. Batas bawah keenam didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas kelima dengan 0,05.

Data hasil kuesioner kemudian digolongkan ke dalam 5 kategori kecenderungan familiaritas dosen tentang materi IFRS yaitu kategori familiaritas dosen tentang materi IFRS sangat tinggi, kategori familiaritas dosen tentang materi IFRS tinggi, kategori familiaritas dosen tentang materi IFRS sedang, kategori familiaritas dosen tentang

materi IFRS rendah, dan kategori familiaritas dosen tentang materi IFRS sangat rendah. Berikut disajikan tabel kategori familiaritas dosen tentang materi IFRS:

Tabel 18. Kategori Kecenderungan Familiaritas dosen tentang materi IFRS

No Kategori Interval Frekuensi Frekuensi Relatif 1 Sangat tinggi 6< X ฀ 10 22 96% 2 Tinggi 3,85< X ฀ 6 1 4% 3 Sedang 3,02 < X ฀ 3,85 0 0% 4 Rendah 2,18< X ฀ 3,02 0 0% 5 Sangat rendah 0,25 < X ฀ 2,18 0 0% Total 23 100%

Sumber : data diolah

Gambar 3. Pie Chart Familiaritas Dosen tentang Materi IFRS

Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa kategori familiaritas dosen tentang materi IFRS adalah sangat tinggi dengan presentase 96% atau sejumlah 22 responden.

b. Pelatihan dosen melalui seminar

Kuesioner variabel pelatihan dosen kaitannya dengan kesiapan dosen dalam menghadapi konvergensi IFRS terdiri dari 2 pertanyaan.

Sangat tinggi 96% Tinggi 4% Sedang 0% Rendah 0% Sangat rendah 0%

Nilai tertinggi pada variabel ini adalah 9, sedangkan nilai terendah adalah 4. Rata-rata atau mean dari pelatihan dosen melalui seminar adalah 6,2174 dengan standar devisiasi 1,47576. Jumlah kelas dihitung dengan menggunakan rumus sturges adalah 5,493701859 yang dibulatkan menjadi 5 kelas. Penentuan interval dilakukan dengan cara menentukan rentang data yaitu dengan cara mengurangkan nilai maksimum data yaitu 10 dengan nilai minimum data yaitu 5, kemudian dibagi dengan jumlah kelas yang menghasilkan nilai 1. Batas bawah interval pertama ditentukan dengan cara mengurangi ujung bawah kelas pertama dengan 0,05. Batas bawah kedua didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas pertama dan ujung bawah kelas kedua lalu dibagi 2. Batas bawah ketiga didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas kedua dan ujung bawah kelas ketiga lalu dibagi 2. Batas bawah keempat didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas ketiga dan ujung bawah kelas keempat lalu dibagi 2. Batas bawah kelima didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas keempat dan ujung bawah kelas kelima lalu dibagi 2. Batas bawah keenam didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas kelima dengan 0,05.

Berikut adalah tabel distribusi frekuensi pelatihan dosen melalui seminar:

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Pelatihan Dosen melalui Seminar

No Interval Frekuensi

1 4,00-5,00 8

3 6,20-7,20 6

4 7.30-8,30 4

5 9,40-10,40 0

Jumlah 23

Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel distribusi yang tertera diatas, dapat digambarkan histogram sebagai berikut:

0 2 4 6 8 10 3,95 5,25 6,55 7,85 9,15 10,4 5 Nilai Frekuensi

Gambar 4. Histogram Pelatihan Dosen melalui Seminar

Data yang diperoleh kemudian digolongkan ke dalam lima kategori kecenderungan pelatihan dosen melalui seminar yaitu kategori pelatihan dosen melalui seminar sangat tinggi, pelatihan dosen melalui seminar tinggi, pelatihan dosen melalui seminar sedang, pelatihan dosen melalui seminar rendah, dan pelatihan dosen melalui seminar sangat rendah. Kategori kecenderungan pelatihan dosen melalui seminar ditampilkan seperti berikut.

Tabel 20. Kategori Kecenderungan Pelatihan Dosen malalui Seminar No Kategori Interval Frekuensi Frekuensi

Relatif 1 Sangat tinggi 6 < X ฀ 10 11 48% 2 Tinggi 4,75 < X ฀ 6 9 39% 3 Sedang 3,92 < X ฀ 4,75 3 13% 4 Rendah 3,08 < X ฀ 3,92 0 0% 5 Sangat rendah 0,25 < X ฀ 3,08 0 0% Total 23 100%

Sumber : data diolah

Sangat tinggi 48% Tinggi 39% Sedang 13% Rendah 0% Sangat rendah 0%

Gambar 5.Pie Chart Kecenderungan Pelatihan Dosen melalui Seminar Pelatihan dosen melalui seminar IFRS yang ditampilkan pada tabel 20 dengan kecenderungan kategori sangat tinggi dengan prosentase 48% atau 11 responden.

c. Ketersediaan dan penerapan IFRS pada materi pengajaran dan penggunaan buku pedoman berbasis IFRS

Kuesioner ketersediaan dan penerapan IFRS pada materi pengajaran dan penggunaan buku pedoman terdiri dari empat item pertanyaan.nilai maksimal yaitu 20, dan nilai minimal adalah 6. Mean atau rata-rata dari nilai kuesioner ketersediaan dan penerapan pada materi dan penggunaan

buku pedoman berbasis IFRS adalah 14,3913 dengan standar devisiasinya sebesar 2,74258. Dengan menggunakan rumus sturges laporan lingkungan dibagi menjadi lima kelas (pembulatan dari 5,493701859 menjadi lima). Penentuan interval dilakukan dengan cara menentukan rentang data yaitu dengan cara mengurangkan nilai maksimum data yaitu 20 dengan nilai minimum data yaitu 6, kemudian dibagi dengan jumlah kelas yang menghasilkan nilai 2,8 yang kemudian dibulatkan menjadi 3. Batas bawah interval pertama ditentukan dengan cara mengurangi ujung bawah kelas pertama dengan 0,05. Batas bawah kedua didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas pertama dan ujung bawah kelas kedua lalu dibagi 2. Batas bawah ketiga didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas kedua dan ujung bawah kelas ketiga lalu dibagi 2. Batas bawah keempat didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas ketiga dan ujung bawah kelas keempat lalu dibagi 2. Batas bawah kelima didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas keempat dan ujung bawah kelas kelima lalu dibagi 2. Batas bawah keenam didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas kelima dengan 0,05.

Berikut disajikan distribusi frekuensi ketersediaan dan penerapan IFRS pada materi pengajaran dan penggunaan buku pedoman berbasis IFRS:

Tabel 21. Distribusi Frekuensi Ketersediaan dan Penerapan IFRS pada Materi Pengajaran dan Penggunaan Buku Pedoman Berbasis IFRS

No Interval Frekuensi

1 6,00-9,00 1

3 12,20-15,20 12

4 15,30-18,30 5

5 18,40-21,40 2

Jumlah 23

Sumber: data diolah

Berikut ini adalah gambar histogram berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas:

Gambar 6. Histogram Ketersediaan dan penerapan IFRS pada Materi

Pengajaran dan Penggunaan Buku Pedoman Berbasis IFRS

Data yang sudah didapat kemudian diolah untuk digolongkan dalam lima kategori. Kelima kategori tersebut yaitu kategori ketersediaan dan penerapan IFRS pada materi pengajaran dan penggunaan buku pedoman sangat tinggi, pelaporan ketersediaan dan penerapan IFRS pada materi pengajaran dan penggunaan buku pedoman tinggi, ketersediaan dan penerapan IFRS pada materi

0 2 4 6 8 10 5,95 8,85 11,75 14,65 17,55 20,45 Nilai

pengajaran dan penggunaan buku pedoman sedang, ketersediaan dan penerapan IFRS pada materi pengajaran dan penggunaan buku pedoman rendah, dan ketersediaan dan penerapan IFRS pada materi pengajaran dan penggunaan buku pedoman sangat rendah. Berikut ini disajikan tabel kategori kecenderungan ketersediaan dan penerapan IFRS pada materi pengajaran dan penggunaan buku pedoman:

Tabel 22. Kategori Kecenderungan Ketersediaan dan Penerapan IFRS pada Materi Pengajaran dan Penggunaan Buku Pedoman Berbasis IFRS

No Kategori Interval Frek Frek.

Relatif 1 Sangat tinggi 15 < X ฀ 20 7 31% 2 Tinggi 11,5 < X ฀ 15 14 61% 3 Sedang 9,17 < X ฀ 11,5 1 4% 4 Rendah 6,83 <X ฀ 9,17 0 0% 5 Sangat rendah 2,5 < X ฀ 6,83 1 4% Total 23 100%

Sangat tinggi 31% Tinggi 61% Sedang 4% Rendah 0% Sangat rendah 4%

Gambar 7.Pie Chart Kecenderungan Ketersediaan dan Penerapan IFRS pada Materi Pengajaran dan Penggunaan Buku Pedoman Berbasis IFRS.

Tabel 22 menunjukan kecenderungan data berada pada kategori tinggi yaitu 61% atau 14 responden.

d. Penyiapan Modul dan Buku Berbasis IFRS

Kuesioner penyiapan modul dan buku berbais IFRS terdiri dari dua item pertanyaan dengan nilai tertinggi 10 dan nilai terendah 2. Rata-rata nilai penyiapan modul dan buku berbasis IFRS adalah 5,5652 dengan standar deviasi sebesar 2,06323. Penghitungan kelas interval menggunakan rumus Sturges yaitu sebesar 5,493701859 yang dibulatkan menjadi 5 kelas. Penentuan interval dilakukan dengan cara menentukan rentang data yaitu dengan cara mengurangkan nilai maksimum data yaitu 10 dengan nilai minimum data yaitu 2, kemudian dibagi dengan jumlah kelas yang menghasilkan nilai 1,6 yang kemudian dibulatkan menjadi 2. Batas bawah interval pertama ditentukan dengan cara mengurangi ujung bawah kelas pertama

dengan 0,05. Batas bawah kedua didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas pertama dan ujung bawah kelas kedua lalu dibagi 2. Batas bawah ketiga didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas kedua dan ujung bawah kelas ketiga lalu dibagi 2. Batas bawah keempat didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas ketiga dan ujung bawah kelas keempat lalu dibagi 2. Batas bawah kelima didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas keempat dan ujung bawah kelas kelima lalu dibagi 2. Batas bawah keenam didapatkan dengan cara menambahkan ujung atas kelas kelima dengan 0,05.

Jawaban responden mengenai penyiapan modul dan buku berbasis IFRS dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 23. Distribusi Frekuensi Penyiapan Modul dan Buku Berbasis IFRS No Interval Frekuensi 1 0,50-2,50 2 2 2,60-4,60 8 3 4,70-6,70 6 4 6,80-8,80 6 5 8,90-10,90 1 Jumlah 23

Sumber: data diolah

0 2 4 6 8 10 0,45 2,55 4,65 6,75 8,85 10,4 5 Nilai Frekuensi

Gambar 8. Histogram Penyiapan Modul dan Buku Berbasis IFRS Data tersebut kemudian digolongkan kedalam kategori kecenderungan penyiapan modul dan buku berbasis IFRS. Kategori ini dibedakan menjadi lima kategori, yaitu penyiapan modul dan buku berbasis IFRS sangat tinggi, penyiapan modul dan buku berbasis IFRS tinggi, penyiapan modul dan buku berbasis IFRS sedang, penyiapan modul dan buku berbasis IFRS rendah, dan penyiapan modul dan buku berbasis IFRS sangat rendah. Berikut adalah tabel distribusi kecenderungan penyiapan modul dan buku berbasis IFRS:

Tabel 24. Kategori Kecenderungan Penyiapan Modul dan Buku Berbasis IFRS.

No Kategori Interval Frek Frek.

Relatif

1 Sangat tinggi 9 < X ฀ 10 1 4%

3 Sedang 5,75 < X ฀ 7 9 39%

4 Rendah 4,34 < X ฀ 5,67 0 0%

5 Sangat rendah 1 < X ฀ 4,34 10 44%

Total 10 100%

Sumber: data diolah

Gambar 9.Pie Chart Kecenderungan Penyediaan Modul dan Buku Berbasis IFRS.

Dalam tabel 24 dapat dilihat kecenderungan data pada penyediaan modul dan buku berbasis IFRS berada pada kategori sangat rendah yaitu sebanyak 10 responden dengan presentase 44%. B. Pembahasan

IFRS merupakan sebuah standar akuntansi baru yang diterbitkan oleh IASB yang telah diwajibkan penggunaanya sebagai pedoman pelaporan keuangan seluruh perusahaan yang beroperasi di Indonesia oleh IAI dan berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2012. Hal ini tentu saja berdampak pada perubahan-perubahan pada beberapa standar tentang pelaporan keuangan akibat adanya konvergensi IFRS yang menuntut pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan untuk memahami IFRS. Salah satu pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan yaitu akuntan. Tugas

Sangat tinggi 4% Tinggi 13% Sedang 39% Rendah 0% Sangat rendah 44%

seorang akuntan dalam sebuah perusahaan yaitu menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yaitu standar IFRS. Untuk dapat menyusun laporan keuangan yang berpedoman pada standar keuangan IFRS dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang cukup mengenai IFRS. Oleh karena itu penting bagi seorang akuntan untuk mendalami standar IFRS.

Perguruan tinggi khususnya Jurusan Pendidikan Akuntansi merupakan salah satu sarana untuk mempersiapkan calon akuntan yang kompeten. Dengan adanya perubahan standar akuntansi IFRS perguruan tinggi dituntut untuk dapat menyiapkan mahasiswa agar memiliki pengetahuan mendalam tentang IFRS, sehingga mampu mencetak calon akuntan yang mampu bersaing di dunia global. Salah satu unsur perguruan tinggi yang erat dengan upaya ini yaitu dosen. Salah satu tugas utama dosen dalam sebuah perguruan tinggi yaitu mendidik. Sebagai pendidik professional yang memiliki peran sebagai pengarah, pengawas, penyedia ide, perespon dan pendengar yang bertugas mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni melalui kegiatan pendidikan dosen harus mampu menguasai materi yang dalam hal ini adalah materi yang berkaitan dengan konvergensi IFRS yang akan disampaikannya di kelas.

Penelitian ini mengkhususkan subjek penelitian sebatas Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta saja. Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta baru-baru ini telah menerapkan materi konvergensi IFRS dalam materi pembelajaran di kelas. Namun, sangatlah disayangkan, masih ada beberapa hal yang kurang

mendukung kelancaran pelaksanaan pemberian materi konvergensi IFRS ini. Berbagai masalah seperti belum adanya materi IFRS dalam silabus, kurangnya buku sumber yang digunakan sebagai media pembelajaran, serta belum tersedianya sarana pendukung pembelajaran lainnya seperti software akuntansi yang digunakan untuk mendukung pengimplementasian materi yang telah diajarkan dosen. Selain itu dalam beberapa kasus ditemukan pula kendala karena perbedaan bahasa IFRS sehingga menghambat kelancaran pemberian materi mengenai IFRS. Hal-hal di atas memunculkan keingintahuan peneliti apakah dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta siap dalam menghadapi adanya konvergensi IFRS di Indonesia.

Pada penelitian ini peneliti membahas empat indikator kesiapan dosen dalam menghadapi konvergensi IFRS. Hasil dari penelitian ini adalah dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta sudah sangat familiar dengan IFRS selain itu juga pelatihan dosen melalui seminar juga sudah sering dilakukan, begitupula dengan materi pengajaran dan buku pedoman berbasis IFRS sudah sangat banyak. Namun, masih sangat sedikit dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta yang membuat modul dan buku berbasis IFRS. Berikut adalah hasil penelitian terkait empat indikator kesiapan dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarat dalam menghadapi konvergensi IFRS yang akan dibahas secara rinci sebagai berikut:

Familiaritas merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kesiapan dosen dalam mengadapi konvergensi IFRS. Pada penelitian ini familiaritas dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta tentang materi IFRS kecenderungan data pada kategori sangat tinggi yaitu sebesar 96%. Menurut penelitian Harjanti Widiastuti (2011:179-180), “Familiaritas seorang dosen atas suatu materi akan meningkatkan kesiapan individu untuk mengajarkan materi tersebut dalam mata kuliah.” Familiaritas dosen terhadap materi IFRS akan meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan kognitifnya yang berkaitan dengan materi IFRS sehingga dosen siap dan mampu mengkomunikasikan materi IFRS kepada mahasiswa secara baik dan lancar. Selain itu menurut zunaida (2013), “Meskipun akademisi boleh saja menolak IFRS, pemahaman terhadap IFRS mutlak diperlukan sebelum menentukan sikap yang objektif dan proporsional.” Hal ini menunujukkan bahwa pengetahuan tentang IFRS sangat diperlukan oleh akademisi khususnya dosen yang memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan data hasil kuesioner yang disebarkan kepada dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta dapat diketahui bahwa dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta sudah sangat familiar dengan materi konvergensi IFRS.

2. Pelatihan dosen melalui seminar.

Indikator selanjutnya yang menentukan kesiapan dosen dalam menghadapi konvergensi IFRS yaitu dilihat dari pelatihan berupa seminar yang diadakan untuk dosen. Pada penelitian ini pelatihan dosen melalui

seminar pada Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta kecenderungan data pada kategori yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian sudah diadakan oleh pihak universitas untuk meningkatkan pengetahuan dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta mengenai IFRS. Menurut penelitian Harjanti Widiastuti (2011: 179-180), “Semakin sering dan semakin tinggi level pelatihan yang diperoleh maka kesiapan individu akan meningkat.” Dijelaskan lebih lanjut dalam Widiastuti (2011), bahwa seorang dosen tidak akan mengajarkan suatu materi apabila dosen tersebut tidak siap dengan materi yang akan diajarkannya.

Sesuai apa yang telah dipaparkan di atas bahwa kecenderungan data pada pelatihan dosen melalui seminar berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari sudah adanya pelatihan mengenai materi IFRS dari pihak universitas yang ditujukan bagi dosen khususnya dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Ketersediaan dan penerapan IFRS pada materi pengajaran dan penggunaan buku pedoman berbasis IFRS.

Ketersediaan dan penerapan IFRS pada materi pengajaran dan penggunaan buku pedoman berbasis IFRS merupakan indikator selanjutnya yang menjadi penentu kesiapan dosen dalam menghadapi konvergensi IFRS. Menurut penelitian Winney, dkk (2010) menyebutkan bahwa semua profesor yang ditelitinya mempercayai bahwa IFRS seharusnya diintegrasikan pada level akuntansi intermediate dengan

perkenalan ringan tentang IFRS yang diberikan pada materi dasar-dasar akuntansi 1 dan 2.

Berdasarkan hasil penelitian pada ketersediaan dan penerapan IFRS pada materi pengajaran dan penggunaan buku pedoman berbasis IFRS oleh dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta menunjukkan kecenderungan pada kategori tinggi yaitu sebesar 61%. 4. Penyediaan Buku dan Modul Berbasis IFRS

Indikator terakhir kesiapan dosen dalam menghadapi konvergensi

Dokumen terkait