• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyajian hasil penelitian diuraikan mulai dari karakteristik responden, seluruh variabel yang terlibat dalam penelitian yaitu variabel perancu (syok, perdarahan, dan sepsis), variabel independen yaitu kejadian hipotermi dan variabel dependen yaitu kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna. Selanjutnya akan dilakukan analisis univariat untuk melihat hubungan antara hipotermi dengan kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna. Penelitian ini diakhiri dengan mencari faktor penyebab kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna yang paling dominan berdasarkan variabel perancu karakteristik pasien.

A. Karakteristik Responden Tabel 1

Sebaran Neonatus Pasca Operasi Bedah Kelainan Saluran Cerna (N = 60)

No Karakteristik Demografi N (%) 1 Usia (hari) 0 - 10 11 - 20 21 - 30 55 (91,7) 1 (1,7) 4 (6,7) 2 Berat Badan Lahir (kg)

1,0 - 1,9 2,0 - 2,9 3,0 - 3,9 3 (5) 34 (56,7) 23 (38,3) 3 Hipotermi 46 (76,7) 4 Syok 17 (28,3) 5 Perdarahan 14 (23,3) 6 Sepsis 39 (65)

commit to user

26

neonatus (76,7 %). Dan yang berikutnya adalah sepsis dengan jumlah 39 neonatus (65 %).

Tabel 2

Sebaran Outcome Kematian Neonatus Pasca Operasi Bedah Kelainan Saluran Cerna terhadap Faktor Penyebab (N = 60)

N Hidup (%) N Meninggal (%)

Hipotermi 3 (6,5) 43 (93,5)

Syok 2 (11,8) 15 (88,2)

Perdarahan 1 (7,1) 13 (92,9)

Sepsis 1 (2,6) 38 (97,4)

Penyebab kematian tertinggi dari neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna adalah hipotermi yaitu sebanyak 43 neonatus meninggal (93,5 %).

B. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk membuktikan adanya hubungan antara variabel independen yaitu hipotermi dan variabel dependen yaitu kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna. Selain itu untuk mencari hubungan antara variabel perancu yaitu syok, perdarahan, dan sepsis dengan variabel dependen yaitu kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square

karena jenis data yang dianalisis adalah kategorik. Pengujian dilakukan dengan derajat kemaknaan sebesar 5 % seperti pada tabel 3.

commit to user

27 Tabel 3

Analisis Univariat Hipotermi, Syok, Perdarahan, dan Sepsis terhadap Kematian Neonatus Pasca Operasi Bedah Kelainan Saluran Cerna (N = 60)

p OR C.I.

Hipotermi 0,000 86 12,9 – 575,1

Syok 0,137 3,3 0,6 – 16,3

Perdarahan 0,078 5,7 0,7 – 47,8

Sepsis 0,000 76 8,6 – 674,4

Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh p 0,000 (α < 0,05) dan OR = 86. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kejadian hipotermi dengan kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna.

C. Analisis Multivariat

Analisis multivariat bertujuan untuk menentukan variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan variabel dependen.

1. Seleksi kandidat

Seleksi kandidat mempunyai hasil yang sama dengan Tabel 3. Analisis univariat hipotermi, syok, perdarahan, dan sepsis terhadap kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna (N = 60).

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai pseluruh variabel sebesar < 0,25, sehingga seluruh variabel diteruskan ke dalam permodelan multivariat.

commit to user

28 2. Permodelan Multivariat

Tabel 4

Analisis Akhir Permodelan Multivariat Regresi Logistik Ganda Variabel Hipotermi, Syok, Perdarahan, Sepsis

Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan uji Regresi Logistik Ganda, hipotermi (p = 0,017; OR = 15,0; C.I. = 1,6 - 138,2) dan sepsis (p = 0,038; OR = 15,2; C.I. = 1,2 - 199,6) dapat meningkatkan risiko kematian apabila keduanya terjadi secara bersamaan.

No Variabel p OR C.I.

1 Hipotermi 0,017 15,0 1,6 -138,2

2 Sepsis 0,038 15,2 1,2 - 199,6

3 Perdarahan 0,553 0,4 0,0 - 7,8

commit to user

29 BAB V PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis Data

Dari total 60 pasien neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna yang dirawat di RSUD Dr. Moewardi tahun 2007-2010, 83,48 % meninggal oleh karena hipotermi. Kemungkinan disebabkan oleh faktor eksternal yaitu lamanya operasi bedah, jenis operasi bedah, suhu ruang perawatan (NICU), dan keterbatasan peralatan di ruang perawatan (NICU). Faktor internal yaitu neonatus yang prematur dan berat badan lahir rendah, kedua hal tersebut akan menyebabkan neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna berisiko tinggi mengalami kematian. Prematuritas dan berat badan lahir rendah meningkatkan risiko kematian pada neonatus karena neonatus tersebut memiliki lemak cokelat yang belum berkembang dengan sempurna sehingga masih sangat terbatas dalam merespon dingin dari luar (ruang operasi dan NICU).

Nilai Odds Ratio dari analisis univariat didapatkan hasil 86 yang berarti bahwa hipotermi dapat menyebabkan kematian pada neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna 86 kali lebih besar. Maka dapat disimpulkan bahwa kejadian hipotermi merupakan faktor risiko penyebab kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna di RSUD Dr. Moewardi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh F. Nayeri dan F. Nili (2006), yang menyatakan bahwa hipotermi merupakan faktor risiko yang

commit to user

30

sangat penting dalam menyebabkan kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna. Neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna yang prematur dan neonatus dengan berat lahir rendah memiliki risiko tinggi untuk mengalami hipotermi. Dari data F. Nayeri dan F. Nili (2006), didapatkan 24 neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna yang prematur dan berat lahir rendah, meninggal oleh karena hipotermi. V. Kumar dan A. Kumar (2009) menyatakan hal sama yaitu neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna yang memiliki berat badan lahir rendah akan berisiko tinggi mengalami kematian.

Berdasarkan hasil analisis uji multivariat menggunakan regresi logistik ganda terdapat 2 faktor dominan yang berhubungan dengan kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna yaitu hipotermi dan sepsis. Hipotermi (p = 0,017; OR = 15,0; C.I. = 1,6 - 138,2), OR = 15,0 berarti bahwa hipotermi menyebabkan kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna 15 kali risiko lebih besar dibandingkan yang tidak hipotermi. Sepsis (p = 0,038; OR = 15,2; C.I. = 1,2 - 199,6), OR = 15,2 berarti bahwa sepsis menyebabkan kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna 15,2 kali risiko lebih besar dibandingkan yang tidak sepsis. Dari hasil penelitian Oludayo (2007), terdapat 53 pasien neonatus yang menderita kelainan saluran cerna, di mana 16 neonatus (14,5 %) di antaranya mengalami kematian oleh karena sepsis pasca operasi bedah kelainan saluran cerna. Ada berbagai macam komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna, salah satunya

commit to user

31

adalah sepsis. Sepsis ini merupakan penyebab kematian terbesar pada neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna (John W., 2010).

B. Kelemahan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder dari rekam medis RSUD Dr. Moewardi. Terdapat beberapa kendala terutama terbatasnya sampel neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna di RSUD Dr. Moewardi. Selain itu, banyak terdapat data dari rekam medik yang tidak lengkap sehingga dimasukkan ke dalam kriteria ekslusi.

commit to user

32 BAB VI

Dokumen terkait