• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini menganalisis prediksi financial distress untuk setiap sub sektor dan seluruh perusahaan di industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI selama tahun 2012-2016, yang terpilih untuk dijadikan sampel penelitian. Prediksi financial distress ini dikategorikan menjadi golongan sehat, grey area dan tidak sehat dengan menggunakan model Altman Z-Score untuk perusahaan manufaktur publik. Hasil penelitian dari 255 sampel penelitian atau dari 51 perusahaan selama tahun 2012-2016 yang terpilih, akan dinyatakan dalam bentuk persentase. Oleh karenanya, penelitian ini membandingkan masing-masing kategori perusahaan berada pada tingkat persentase tertinggi di setiap sub sektor dan secara keseluruhan selama lima tahun penelitian yaitu tahun 2012-2016. Hasil analisis akan disajikan berdasarkan kategori sub-sektor, kemudian pembahasan dilanjutkan dengan hasil analisis menyeluruh.

Berdasarkan pengamatan dari Tabel 4 di bawah, terdapat 15 amatan atau tiga perusahaan di sub sektor semen dalam periode penelitian tahun 2012-2016 yang terpilih untuk dijadikan sampel penelitian dalam memprediksi financial distress. Hasil prediksi tersebut terdiri dari 73,34% atau sebelas amatan yang berada dalam kondisi sehat, 13,33% atau dua amatan yang berada dalam grey area dengan kemungkinan perusahaan bangkrut atau tidak bangkrut, dan 13,33% atau dua amatan di sub sektor semen yang terprediksi tidak sehat. Dari tiga perusahaan tersebut, perusahaan yang terprediksi selalu berada dalam kondisi sangat sehat selama lima tahun penelitian adalah PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Sedangkan untuk PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) terprediksi berada dalam kondisi sehat hanya pada tahun 2012. Kemudian pada tahun 2013 dan 2014, PT SMCB mengalami penurunan menjadi grey area hingga pada kondisi tidak sehat pada tahun 2015-2016.

13 Tabel 4

Sampel Penelitian Sub Sektor Semen Kriteria Kode Perusahaan Z-Score Jumlah % 2012 2013 2014 2015 2016 S INTP 18,030 15,221 16,354 15,765 10,852 5 SMGR 9,167 8,180 8,774 6,008 4,275 5 SMCB 5,149 - - - - 1 Jumlah 11 73,34 GA SMCB - 2,896 2,138 - - 2 13,33 TS SMCB - - - 1,306 0,821 2 13,33 Total 3 perusahaan 15 100

Sumber: data sekunder yang diolah. Keterangan: S = Sehat, GA = Grey Area, TS = Tidak Sehat.

Dengan demikian persentase tertinggi untuk sub sektor semen adalah perusahaan dengan prediksi berada dalam kondisi sehat sebesar 73,34%.Sehingga dapat diartikan bahwa kemungkinan terjadinya financial distress untuk sub sektor semen adalah sangat kecil, kecuali untuk PT SMCB.

Berdasarkan pengamatan dari Tabel 5 di bawah, terdapat 25 amatan atau lima perusahaan di sub sektor keramik, porselin dan kaca dalam periode penelitian tahun 2012-2016 yang terpilih untuk dijadikan sampel penelitian dalam memprediksi financial distress. Hasil prediksi tersebut terdiri dari 56% atau 14 amatan dalam kondisi sehat, 4% atau satu amatan dalam grey area, dan 40% atau sepuluh amatan dalam kondisi tidak sehat. Dari lima perusahaan tersebut, perusahaan yang terprediksi selalu dalam kondisi sehat selama lima tahun penelitian adalah PT Arwana Citra Mulia Tbk (ARNA) dan PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO). Sedangkan PT Asahimas Flat Glass Tbk (AMFG) mengalami penurunan dari kondisi sehat menjadi grey area pada tahun 2016 meskipun score yang diperoleh masih mendekati batas sehat. Dan perusahaan yang terprediksi selalu dalam kondisi tidak sehat dengan kemungkinan besar mengalami kebangkrutan selama lima tahun penelitian adalah PT Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk (IKAI) dan PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA).

14 Tabel 5

Sampel Penelitian Sub Sektor Keramik, Porselin dan Kaca Kriteria Kode Perusahaan Z-Score Jumlah % 2012 2013 2014 2015 2016 S ARNA 8,219 12,949 14,325 6,028 6,025 5 TOTO 6,118 6,016 5,769 7,161 5,129 5 AMFG 6,081 5,101 5,804 4,605 - 4 Jumlah 14 56 GA AMFG - - - - 2,817 1 4 TS IKAI -0,182 -0,090 -0,094 -1,571 -4,497 5 MLIA 0,297 0,109 0,491 0,259 0,336 5 Jumlah 10 40 Total 5 perusahaan 25 100

Sumber: data sekunder yang diolah. Keterangan: S = Sehat, GA = Grey Area, TS = Tidak Sehat.

Dengan demikian tingkat persentase tertinggi untuk sub sektor keramik, porselin dan kaca adalah perusahaan dengan prediksi berada dalam kondisi sehat sebesar 56%. Sehingga dapat diartikan bahwa kemungkinan tidak terjadinya financial distress lebih tinggi dibandingkan dengan kemungkinan besar terjadi financial distress.

Berdasarkan pengamatan dari Tabel 6 di bawah, terdapat 65 amatan atau 13 perusahaan di sub sektor logam dan sejenisnya dalam periode penelitian tahun 2012-2016 yang terpilih untuk dijadikan sampel penelitian dalam memprediksi financial distress. Hasil prediksi tersebut terdiri dari 49,23% yaitu PT Alaska Industrindo Tbk (ALKA), PT Beton Jaya Manunggal Tbk (BTON), PT Citra Turbindo Tbk (CTBN), PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS), PT Lion Metal Works Tbk (LION), PT Lionmesh Prima Tbk (LMSH) yang selama lima tahun penelitian terprediksi selalu dalam kondisi sehat serta PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) yang pada tahun 2012-2013 juga terprediksi dalam kondisi sehat; 15,39% yaitu PT GDST pada tahun 2014 dan 2016, PT Alumindo Light Metal Industry Tbk (ALMI) pada tahun 2012, PT Nippon Steel dan Sumitomo Metal Tbk (NIKL) pada tahun 2013 dan 2016 dan PT Pelangi Indah Canindo Tbk (PICO) selama tahun 2012-2016 yang terprediksi dalam

grey area; 35,38% yaitu PT GDST pada tahun 2015, PT ALMI pada tahun 2013-2016, PT NIKL pada tahun 2012, 2014 dan 2015 yang terprediksi dalam kondisi tidak sehat, serta PT Indal Aluminium Industry Tbk (INAI), PT Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk (JKSW) dan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) yang selama lima tahun penelitian juga selalu terprediksi dalam kondisi tidak sehat.

15 Tabel 6

Sampel Penelitian Sub Sektor Logam dan Sejenisnya Kriteria Kode Perusahaan Z-Score Jumlah % 2012 2013 2014 2015 2016 S ALKA 4,966 5,422 5,539 5,694 9,432 5 BTON 5,621 4,406 4,532 3,535 3,446 5 CTBN 3,932 3,864 3,915 3,273 6,009 5 JPRS 5,812 11,166 9,634 3,512 3,121 5 LION 8,770 7,580 4,397 4,221 3,842 5 LMSH 6,517 5,442 5,353 4,674 3,261 5 GDST 3,423 3,519 - - - 2 Jumlah 32 49,23 GA GDST - - 2,090 - 2,109 2 PICO 1,824 1,937 2,129 2,203 2,081 5 ALMI 2,250 - - - - 1 NIKL - 1,865 - - 2,913 2 Jumlah 10 15,39 TS GDST - - - 1,373 - 1 ALMI - 1,388 1,327 1,612 1,053 4 NIKL 1,779 - 1,436 1,126 - 3 INAI 1,793 1,234 1,435 1,381 1,345 5 JKSW -1,910 -1,890 -1,752 -2,187 -1,526 5 KRAS 1,486 1,240 0,578 -0,074 0,344 5 Jumlah 23 35,38 Total 13 perusahaan 65 100

Sumber: data sekunder yang diolah. Keterangan: S = Sehat, GA = Grey Area, TS = Tidak Sehat.

Dengan demikian tingkat persentase tertinggi untuk sub sektor logam dan sejenisnya adalah perusahaan yang terprediksi berada dalam kondisi sehat sebesar 49,23%. Sehingga dapat diartikan bahwa kemungkinan tidak terjadinya financial distress lebih tinggi dibandingkan dengan kemungkinan besar terjadi financial distress.

Berdasarkan pengamatan dari Tabel 7 di bawah, terdapat 35 amatan atau tujuh perusahaan di sub sektor kimia dalam periode penelitian tahun 2012-2016 yang terpilih untuk dijadikan sampel penelitian dalam memprediksi financial distress. Hasil prediksi tersebut terdiri dari 54,29% yaitu PT Intan Wijaya International Tbk (INCI) pada tahun 2012-2015, PT Unggul Indah Cahaya Tbk (UNIC) pada tahun 2012 dan 2016, PT Indo Acidatama Tbk (SRSN) pada tahun 2012-2014 yang terprediksi dalam kondisi sehat, serta PT Duta Pertiwi

16 Nusantara Tbk (DPNS) dan PT Ekadharma Internasional Tbk (EKAD) yang selama lima tahun penelitian selalu terprediksi dalam kondisi sehat; 14,29% yaitu PT INCI pada tahun 2016, PT UNIC pada tahun 2013-2015 dan PT SRSN pada tahun 2015 yang terprediksi dalam grey area; 31,42% yaitu PT SRSN pada 2016 yang terprediksi dalam kondisi tidak sehat serta PT Barito Pasific Tbk (BRPT) dan PT Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI) yang selama lima tahun penelitian juga selalu terprediksi dalam kondisi tidak sehat.

Tabel 7

Sampel Penelitian Sub Sektor Kimia Kriteria Kode Perusahaan Z-Score Jumlah % 2012 2013 2014 2015 2016 S DPNS 4,992 5,815 4,220 4,303 4,269 5 EKAD 10,214 7,538 7,261 8,592 9,356 5 INCI 3,175 4,475 4,440 4,491 - 4 UNIC 3,054 - - - 3,119 2 SRSN 3,040 3,472 3,207 - - 3 Jumlah 19 54,29 GA INCI - - - - 2,720 1 UNIC - 2,912 2,923 2,553 - 3 SRSN - - - 2,420 - 1 Jumlah 5 14,29 TS SRSN - - - - 1,744 1 BRPT 1,182 1,265 1,240 0,700 1,795 5 BUDI 1,499 1,600 1,453 1,082 1,308 5 Jumlah 11 31,42 Total 7 perusahaan 35 100

Sumber: data sekunder yang diolah. Keterangan: S = Sehat, GA = Grey Area, TS = Tidak Sehat.

Dengan demikian tingkat persentase tertinggi untuk sub sektor logam dan sejenisnya adalah perusahaan yang terprediksi berada dalam kondisi sehat sebesar 54,29%.

Sehingga dapat diartikan bahwa kemungkinan tidak terjadinya financial distress lebih tinggi dibandingkan dengan kemungkinan besar terjadi financial distress.

Berdasarkan pengamatan dari Tabel 8 di bawah, terdapat 45 amatan atau sembilan perusahaan di sub sektor plastik dan kemasan dalam periode penelitian tahun 2012-2016 yang terpilih untuk dijadikan sampel penelitian dalam memprediksi financial distress. Hasil prediksi tersebut terdiri dari 24,45% yaitu PT Kageo Igar Jaya Tbk (IGAR) pada tahun

2012-17 2016, PT Asiaplast Industries Tbk (APLI) pada tahun 2014 dan 2016, PT Yana Prima Hasta Persada Tbk (YPAS) pada tahun 2012 dan 2014-2016 yang terprediksi dalam kondisi sehat; 13,33% yaitu PT APLI pada tahun 2012, 2013 dan 2015, PT Berlina Tbk (BRNA) pada tahun 2012 dan 2014, dan PT Trias Sentosa Tbk (TRST) pada tahun 2012 yang terprediksi dalam

grey area; 62,22% yaitu PT BRNA pada tahun 2013, 2015 dan 2016, PT TRST selama tahun 2013-2016, PT YPAS pada tahun 2013 yang terprediksi dalam kondisi tidak sehat, serta PT Argha Karya Prima Industry Tbk (AKPI), PT Fatra Polindo Nusa Industri Tbk (FPNI), PT Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL) dan PT Siwani Makmur Tbk (SIMA) yang juga terprediksi selalu dalam kondisi tidak sehat.

Tabel 8

Sampel Penelitian Sub Sektor Plastik dan Kemasan Kriteria Kode Perusahaan Z-Score Jumlah % 2012 2013 2014 2015 2016 S IGAR 7,084 5,625 6,218 5,408 8,546 5 APLI - - 3,298 - 3,286 2 YPAS 3,379 - 3,076 3,861 3,645 4 Jumlah 11 24,45 GA APLI 2,061 2,052 - 1,834 - 3 BRNA 2,558 - 1,859 - - 2 TRST 2,395 - - - - 1 Jumlah 6 13,33 TS BRNA - 1,310 - 1,372 1,721 3 TRST - 1,449 1,794 1,689 1,631 4 AKPI 1,756 1,568 1,536 1,158 1,421 5 FPNI 1,407 1,642 1,749 1,499 1,765 5 IPOL 1,451 1,522 1,441 1,240 1,464 5 SIMA -2,118 -1,079 -0,352 1,416 1,226 5 YPAS - 1,744 - - - 1 Jumlah 28 62,22 Total 9 perusahaan 45 100

Sumber: data sekunder yang diolah. Keterangan: S = Sehat, GA = Grey Area, TS = Tidak Sehat.

Dengan demikian tingkat persentase tertinggi untuk sub sektor plastik dan kemasan adalah perusahan dengan prediksi tidak sehat sebesar 62,22%. Sehingga dapat diartikan bahwa kemungkinan terjadinya financial distress lebih tinggi dibandingkan dengan tidak terjadinya financial distress, dengan kemungkinan besar 62,22% perusahaan di sub sektor plastik dan kemasan mengalami kebangkrutan.

18 Berdasarkan pengamatan dari Tabel 9 di bawah, terdapat 20 amatan atau empat perusahaan di sub sektor pakan ternak dalam periode penelitian tahun 2012-2016 yang terpilih untuk dijadikan sampel penelitian dalam memprediksi financial distress. Hasil prediksi tersebut terdiri dari 55% yaitu PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) selama tahun 2012-2016 serta PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) pada tahun 2012,2013 dan 2016 yang terprediksi dalam kondisi sehat; 20% yaitu PT JPFA dan PT MAIN pada tahun 2014-2015 yang terprediksi dalam grey area

dengan kemungkinan perusahaan bangkrut atau tidak bangkrut; dan 5% yaitu PT SIPD yang selama lima tahun penelitian terprediksi selalu dalam kondisi tidak sehat.

Tabel 9

Sampel Penelitian Sub Sektor Pakan Ternak Kriteria Kode Perusahaan Z-Score Jumlah % 2012 2013 2014 2015 2016 S CPIN 12,635 9,490 6,553 4,719 6,362 5 JPFA 3,962 3,127 - - 3,673 3 MAIN 5,361 5,436 - - 3,390 3 Jumlah 11 55 GA JPFA - - 2,895 2,612 - 2 MAIN - - 2,557 2,549 - 2 Jumlah 4 20 TS SIPD 1,472 1,657 1,583 0,703 1,552 5 25 Total 4 perusahaan 20 100

Sumber: data sekunder yang diolah. Keterangan: S = Sehat, GA = Grey Area, TS = Tidak Sehat.

Dengan demikian tingkat persentase tertinggi untuk sub sektor pakan ternak adalah perusahaan dengan prediksi dalam kondisi sehat sebesar 55%. Sehingga dapat diartikan bahwa kemungkinan tidak terjadinya financial distress lebih tinggi 5% dibandingkan dengan kemungkinan besar terjadi financial distress.

Berdasarkan pengamatan dari Tabel 10 di bawah, terdapat sepuluh amatan atau dua perusahaan di sub sektor kayu dan pengolahannya dalam periode penelitian tahun 2012-2016 yang terpilih untuk dijadikan sampel penelitian dalam memprediksi financial distress. Hasil prediksi tersebut menunjukkan bahwa seluruh perusahaan di sub sektor kayu dan pengolahannya, yaitu PT Tirta Mahakam Resources Tbk (TIRT) dan PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk (SULI) selama tahun 2012-2016 selalu terprediksi dalam kondisi tidak sehat.

19 Tabel 10

Sampel Penelitian Sub Sektor Kayu dan Pengolahannya Kriteria Kode Perusahaan Z-Score Jumlah % 2012 2013 2014 2015 2016 TS SULI -2,097 -3,826 -2,796 -2,627 -2,041 5 TIRT 0,970 -0,073 1,230 1,077 1,298 5 Total 2 perusahaan 10 100

Sumber: data sekunder yang diolah. Keterangan: S = Sehat, GA = Grey Area, TS = Tidak Sehat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh perusahaan di sub sektor kayu dan pengolahannya terprediksi mengalami financial distress dengan kemungkinan besar mengalami kebangkrutan.

Berdasarkan pengamatan dari Tabel 11 di bawah, terdapat 40 amatan atau delapan perusahaan di sub sektor pulp dan kertas dalam periode penelitian tahun 2012-2016 yang terpilih untuk dijadikan sampel penelitian dalam memprediksi financial distress. Hasil prediksi tersebut terdiri dari 17,5% yaitu PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) selama tahun 2012-2016 serta PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) dan PT Kedawung Setia Industrial Tbk (KDSI) pada tahun 2012 yang terprediksi dalam kondisi sehat; 15% yaitu PT KDSI selama tahun 2013-2016 dan PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW) pada tahun 2014 dan 2016 yang terprediksi dalam grey area; 67,5% yaitu PT KBRI pada tahun 2013-2016, PT FASW pada tahun 2012, 2013 dan 2015 yang terprediksi dalam kondisi tidak sehat, serta PT Indah Kiat Pulp dan Paper Tbk (INKP), PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU), PT Suparma Tbk (SPMA) dan Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) yang selama lima tahun penelitian juga terprediksi selalu dalam kondisi tidak sehat.

20 Tabel 11

Sampel Penelitian Sub Sektor Pulp dan Kertas Kriteria Kode Perusahaan Z-Score Jumlah % 2012 2013 2014 2015 2016 S ALDO 3,822 3,400 3,302 3,505 3,429 5 KBRI 4,552 - - - - 1 KDSI 3,643 - - - - 1 Jumlah 7 17,5 GA KDSI - 2,498 2,647 2,000 2,607 4 FASW - - 1,846 - 2,366 2 Jumlah 6 15 TS FASW 1,627 1,668 - 0,962 - 3 KBRI - -1,678 -2,183 -2,329 -2,924 4 INKP 0,586 0,762 0,720 0,795 0,842 5 INRU -1,644 -1,804 -1,621 -1,966 -1,962 5 SPMA 1,608 1,203 1,510 0,935 1,730 5 TKIM 1,133 1,051 0,916 0,698 0,726 5 Jumlah 27 67,5 Total 8 perusahaan 40 100

Sumber: data sekunder yang diolah. Keterangan: S = Sehat, GA = Grey Area, TS = Tidak Sehat.

Dengan demikian tingkat persentase tertinggi untuk sub sektor pulp dan kertas adalah perusahan dengan prediksi dalam kondisi tidak sehat sebesar 67,5%. Sehingga dapat diartikan bahwa kemungkinan terjadinya financial distress lebih tinggi dibandingkan dengan tidak terjadinya financial distress, dengan kemungkinan besar 67,5% perusahaan di sub sektor pulp dan kertas mengalami kebangkrutan.

21 Setelah menganalisis prediksi financial distress untuk setiap sub sektor di industri dasar dan kimia selama tahun 2012-2016, maka dapat dibuat kesimpulan secara keseluruhan seperti yang ditampilkan pada tabel 12 berikut.

Tabel 12

Persentase Prediksi Financial Distress Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia No. Kode

Perusahaan

Kondisi Perusahaan Total

2012 2013 2014 2015 2016 S GA TS Sub Sektor Semen

1. INTP S S S S S 5 - -

2. SMCB S GA GA TS TS 1 2 2

3. SMGR S S S S S 5 - -

Jumlah 11 2 2

Sub Sektor Keramik, Porselin dan Kaca

4. AMFG S S S S GA 4 1 - 5. ARNA S S S S S 5 - - 6. IKAI TS TS TS TS TS - - 5 7. MLIA TS TS TS TS TS - - 5 8. TOTO S S S S S 5 - - Jumlah 14 1 10

Sub Sektor Logam dan Sejenisnya

9. ALKA S S S S S 5 - - 10. ALMI GA TS TS TS TS - 1 4 11. BTON S S S S S 5 - - 12. CTBN S S S S S 5 - - 13. GDST S S GA TS GA 2 2 1 14. INAI TS TS TS TS TS - - 5 15. JKSW TS TS TS TS TS - - 5 16. JPRS S S S S S 5 - - 17. KRAS TS TS TS TS TS - - 5 18. LION S S S S S 5 - - 19. LMSH S S S S S 5 - - 20. NIKL TS GA TS TS GA - 2 3 21. PICO GA GA GA GA GA - 5 - Jumlah 32 10 23

22 Tabel 12 (Lanjutan)

Persentase Prediksi Financial Distress Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia No. Kode

Perusahaan

Kondisi Perusahaan Total

2012 2013 2014 2015 2016 S GA TS Sub Sektor Kimia

22. BRPT TS TS TS TS TS - - 5 23. BUDI TS TS TS TS TS - - 5 24. DPNS S S S S S 5 - - 25. EKAD S S S S S 5 - - 26. INCI S S S S GA 4 1 - 27. SRSN S S S GA TS 3 1 1 28. UNIC S GA GA GA S 2 3 - Jumlah 19 5 11

Sub Sektor Plastik dan Kemasan

29. AKPI TS TS TS TS TS - - 5 30. APLI GA GA S GA S 2 3 - 31. BRNA GA TS GA TS TS - 2 3 32. FPNI TS TS TS TS TS - - 5 33. IGAR S S S S S 5 - - 34. IPOL TS TS TS TS TS - - 5 35. SIMA TS TS TS TS TS - - 5 36. TRST GA TS TS TS TS - 1 4 37. YPAS S TS S S S 4 - 1 Jumlah 11 6 28

Sub Sektor Pakan Ternak

38. CPIN S S S S S 5 - -

39 JPFA S S GA GA S 3 2 -

40. MAIN S S GA GA S 3 2 -

41. SIPD TS TS TS TS TS - - 5

Jumlah 11 4 5

Sub Sektor Kayu dan Pengolahannya

42. SULI TS TS TS TS TS - - 5

43. TIRT TS TS TS TS TS - - 5

23 Tabel 12 (Lanjutan)

Persentase Prediksi Financial Distress Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia No. Kode

Perusahaan

Kondisi Perusahaan Total

2012 2013 2014 2015 2016 S GA TS Sub Sektor Pulp dan Kertas

44. ALDO S S S S S 5 - - 45. FASW TS TS GA TS GA - 2 3 46. INKP TS TS TS TS TS - - 5 47. INRU TS TS TS TS TS - - 5 48. KBRI S TS TS TS TS 1 - 4 49. KDSI S GA GA GA GA 1 4 - 50. SPMA TS TS TS TS TS - - 5 51. TKIM TS TS TS TS TS - - 5 Jumlah 7 6 27 TOTAL 105 34 116 % 41,18 13,33 45,49

Sumber: data sekunder yang diolah. Keterangan: S = Sehat, GA = Grey Area, TS = Tidak Sehat.

Berdasarkan hasil analisis prediksi financial distress dari 255 amatan atau 51 perusahaan di industri dasar dan kimia selama tahun 2012-2016, yang terpilih untuk dijadikan sampel penelitian, terprediksi 41,18% dalam kondisi sehat, 13,33% dalam grey area dengan kemungkinan bangkrut atau tidak bangkrut dan 45,49% dalam kondisi tidak sehat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan kemungkinan terjadinya financial distress lebih tinggi dibandingkan dengan tidak terjadinya financial distress, dengan kemungkinan besar 45,49% perusahaan di industri dasar dan kimia selama tahun 2012-2016 mengalami kebangkrutan.

24

KESIMPULAN

Hasil analisis prediksi financial distress perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia selama tahun 2012-2016 menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan dari lima sub sektor di industri dasar dan kimia, yaitu sub sektor semen, sub sektor keramik, porselin dan kaca, sub sektor logam dan sejenisnya dan sub sektor kimia terprediksi dalam kondisi sehat. Dan sebagian besar perusahaan dari tiga sub sektor di industri dasar dan kimia, yaitu sub sektor plastik dan kemasan, kayu dan pengolahannya, pulp dan kertas terprediksi dalam kondisi tidak sehat. Hal tersebut didasarkan pada tingkat persentase tertinggi yang dimiliki oleh setiap sub sektor di industri dasar dan kimia selama tahun 2012-2016. Secara keseluruhan, prediksi terjadinya financial distress untuk 51 perusahaan di industri dasar dan kimia selama tahun 2012-2016 sebesar 58,82%. Tingkat persentase tersebut diperoleh dari 13,33% dalam grey area dengan kemungkinan perusahaan bangkrut atau tidak bangkrut dan 45,49% dalam kondisi tidak sehat dengan kemungkinan besar perusahaan mengalami kebangkrutan.

Dengan demikian, meskipun secara keseluruhan 45,49% atau hampir 50% perusahaan di industri dasar dan kimia kemungkinan besar mengalami kebangkrutan, akan tetapi dari delapan sub sektor di industri dasar dan kimia hanya tiga sub sektor yang mayoritas terprediksi kemungkinan besar mengalami kebangkrutan. Sehingga kinerja keuangan perusahaan-perusahaan dari ketiga sub sektor tersebut yang perlu diperhatikan lebih mendetail untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kebangkrutan, baik dalam tingkat penjualan, laba, nilai pasar saham dan dari segi manajemen operasional perusahaan.

Keterbatasan dari penelitian ini adalah periode penelitian yang terbatas yaitu selama lima tahun dan model prediksi financial distress yang digunakan dalam penelitian ini lebih sesuai untuk perusahaan manufaktur karena kelima rasio yang terdapat dalam model asli Altman Z-Score dapat ditemukan dalam laporan keuangan perusahaan manufaktur. Dengan demikian, temuan dan keterbatasan dari penelitian ini dapat memberikan peluang untuk proses penelitian lanjutan dengan jangka waktu penelitian yang longitudinal. Dan apabila perusahaan yang ingin diteliti bukan merupakan perusahaan manufaktur atau merupakan jenis perusahaan lain, maka sebaiknya memilih beberapa model prediksi financial distress yang lebih sesuai untuk jenis perusahaan tersebut, dan hasil dari beberapa model tersebut juga dapat dibandingkan.

25

Dokumen terkait