BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap 70% dari pekerja yang bekerja di perkantoran dan Unit pengolahan bukanlah pekerja PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, mereka merupakan pekerja dari kontraktor yang bekerja sama dengan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. 80% dari total biaya pemeliharaan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap digunakan untuk menyewa kontraktor. 90% dari kasus kecelakaan dan insiden HSE yang berkaitan dengan bisnis PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap menimpa para pekerja kontraktor.
Dengan penerapan Contractor Safety Management System (CSMS) dapat diketahui tentang kemampuan masing-masing kontraktor dalam bidang Health Safety and Environmental (HSE). Dengan adanya hal tersebut PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dapat mempercayai calon rekanan kerja yang memenangkan tender.
Selain itu PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap harus mempercayakan kepada mitra kerja bahwa daerah yang akan dilakukan pekerjaan oleh mitra kerja aman dari segala bahaya kebakaran/peledakan, kecelakaan kerja dan pencemaran lingkungan. Dalam upaya untuk
memperkecil resiko kebakaran/peledakan, kecelakaan kerja dan pencemaran lingkungan serta kejadian-kejadian lain yang tidak diinginkan, maka
Safe Working Practice
bertujuan untuk mengurangi terjadinya :Unsaafe act Unsafe
condition
Penggambaran penerapan Contractor Safety Management System (CSMS)
Di dalam 14 elemen sistem MKP terdapat satu elemen yang berhubungan dengan kontraktor, yaitu tentang Keselamatan Kerja Kontraktor. Oleh karena itu PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap Mengembangkan suatu sistem yang disebut dengan Contractor Safety Management System (CSMS), adapun dasar-dasar (pedoman) dari pengembangan Contractor Safety Management
System (CSMS) adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lindungan-Lingkungan PT Pertamina (Persero).
2. Pedoman Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan
Kontraktor No.A-002/100400/2003-S0
3. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
4. Manajemen Keselamatan Proses PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
Contractor Safety Management System (CSMS) itu sendiri adalah Suatu Bagian dari sistem manajemen Keselamatan Kerja yang berupaya untuk menertibkan Pengelolaan Kontraktor yang menjadi rekanan PT. Pertamina
commit to user
(Persero) dengan memasukan aspek HSE pada setiap tahapan pelaksanaan kontrak suatu pekerjaan mulai dari tahap Penilaian Resiko hingga kepada Akhir pelaksanaan pekerjaan. Adapun Contractor Safety Management System (CSMS) di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Membina dan Meningkatkan kepedulian dan kesadaran kontraktor dalam penanganan aspek HSE, sehingga tingkat kecelakaan kerja kontraktor dapat diturunkan atau bahkan dihilangkan.
2. Meningkatkan produktivitas dan citra atau image positif PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap di mata pelanggan, masyarakat, Pemerintah dan semua pihak terkait.
3. Membina dan Meningkatkan kemampuan kontraktor lokal dalam menghadapi
persaingan global
4. Sebagai Bukti konsistensi Kontraktor dalam penerapan HSE
Dari penerapan Contractor Safety Management System (CSMS), PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap mendapatkan manfaat yang berupa: 1. Pembagian Tanggung Jawab Keselamatan Kerja antara Pertamina dan
Kontraktor menjadi seimbang.
2. Pertamina akan memperoleh kontraktor yang lebih profesional.
3. Jumlah Insiden dapat diminimasi karena kontraktor sudah lebih peduli aspek HSE.
5. Pertamina dapat mengontrol konsistensi kontraktor dalam menerapkan aspek HSE selama kerjasama terjalin.
Dalam penilaian resiko dikategorikan menjadi 3 tingkatan, yaitu high, mediun
dan low. Kategori ini dibedakan sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan di kerjakan di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Penilaian tingkat resiko pekerjaan dilakukan oleh direktorat atau unit bisnis masing-masing berdasarkan panduan corporate. Contractor Safety Management System (CSMS) dibagi menjadi 6 langkah yang berkesinambungan dan dapat mewujudkan tujuan-tujuan dari sistem tersebut. Adapun 6 langkah itu adalah :
1. Risk Assessment (Penilaian resiko)
Risk Assessment (Penilaian resiko) merupakan langkah pertama dalam Program Contractor Safety Management System (CSMS) yang berfungsi untuk menilai semua pekerjaan yang akan dikontrakan. Risk Assessment (Penilaian resiko) bertujuan untuk mengkaji seberapa besar dampak negatif pekerjaan terhadap aspek HSE (keselamatan manusia, peralatan/aset, lingkungan hidup dan citra perusahaan). Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam Risk
Assessment (Penilaian resiko) adalah sebagai berikut :
a. Jenis Pekerjaan
Setiap jenis kegiatan atau pekerjaan berpotensi menimbulkan dampak negatif pada aspek HSE dalam skala yang berbeda.
commit to user
b. Lokasi KerjaLokasi kerja mempengaruhi risiko atau potensi dampak negatif HSE (perairan atau laut, ruangan tertutup, sekitar bahan atau peralatan mudah terbakar, ketinggian, bawah air).
c. Rentang Waktu Pelaksanaan Kerja
Pelaksanaan pekerjaan yang berlangsung lama akan menimbulkan keletihan dan kejenuhan terhadap pekerja yang pada akhirnya akan meningkatkan potensi dampak negatif HSE
d. Bahan atau Material atau Peralatan yang digunakan
Setiap bahan atau material atau peralatan yang digunakan memiliki potensi bahaya dan tingkat resiko yang berbeda
e. Pekerjaan Simultan atau Gabungan beberapa Kontraktor
Tingkat kesulitan terhadap pengawasan dan pengendalian pekerjaan yang dilakukan secara simultan atau bersamaan oleh beberapa kontraktor ditempat yang sama
f. Pengalaman Kontraktor
Kontraktor yang berpengalaman cenderung lebih mampu untuk
mengendalikan bahaya pekerjaannya dibandingkan kontraktor yang belum berpenglaman
2. Pra Kualifikasi
Prakualifikasi merupakan langkah pertama penyaringan kontraktor untuk menjamin hanya kontraktor yang mampu bekerja secara aman yang akan diikutsertakan dalam lelang. Kontraktor lulus bersyarat adalah kontraktor yang
telah lulus tahap prakualifikasi namun belum mampu memenuhi sebagian persyaratan (ringan) HSE yang diwajibkan dan akan memenuhinya dalam waktu yang ditentukan.
Dalam penilaian pra kualifikasi dikategorikan menjadi 3 tingkatan, yaitu
high, medium dan low. Adapun langkah-langkah pada tahap Pra kualifikasi
adalah sebagai berikut :
a. Kontraktor yang telah lolos prakualifikasi sebelumnya tidak diharuskan mengikuti proses prakualifikasi lagi kecuali jika komposisi Sumber Daya Manusia berubah.
b. Kontraktor atau mitra kerja Pertamina yang belum pernah mengikuti prakualifikasi atau baru, diharuskan mengisi daftar kuisioner sebagai persyaratan ikut serta tahap prakualifikasi.
c. Untuk pekerjaan yang beresiko tinggi maka prakualifikasi dilakukan oleh Tim Evaluasi (Tim Tender yang terdiri dari wakil fungsi terkait) yang ditunjuk.
d. Tim Evaluasi menilai hasil Kuisioner SMK3 Kontraktor sesuai Kriteria Evaluasi Prakualifikasi Pertamina dan melakukan klarifikasi melalui kegiatan inspeksi dan audit. Hasil pembahasan oleh Tim-Evaluasi menghasilkan keputusan :
1) Lulus, maka kontraktor bersangkutan dimasukkan ke dalam daftar calon peserta lelang.
2) Tidak Lulus, maka kontraktor bersangkutan dikenakan diskualifikasi dan diberi umpan balik untuk memberitahukan kepada mereka
commit to user
mengenai alasan kenapa mereka tidak memenuhi syarat dan
memberitahu mereka mengenai tindakan koreksi terhadap
kekurangan yang ditemukan.
e. Jika tidak ada satupun kontraktor yang lulus tahap prakualifikasi, sedangkan pekerjaan harus tetap dilaksanakan maka ditempuh langkah penerimaan bersyarat. Pada kondisi ini, persyaratan-persyaratan khusus harus diterapkan tanpa mengabaikan atau mengurangi kaidah HSE, tindakan pengawasan yang ketat untuk resiko relatif harus dikenakan pada kontraktor.
f. Kontraktor yang lulus bersyarat sesuai kondisi yang dapat diterima kemudian dimasukkan dalam calon peserta lelang.
Dalam pelaksanaan tahap Pra Kualifikasi ada suatu batasan-batasan, yaitu :
1. Pekerjaan dengan resiko rendah tidak diharuskan mengikuti prakualifikasi, kontraktor langsung mengikuti proses seleksi .
2. Pekerjaan dengan resiko menengah tidak diharuskan mengikuti
prakualifikasi, kontraktor langsung mengikuti proses seleksi tetapi harus mengikuti seluruh proses dalam tahap pelaksanaan pekerjaan sesuai Pedoman Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan Kontraktor (A-002/I00400/2003-S0).
3. Semua pekerjaan yang diklasifikasikan beresiko tinggi setelah dilakukan penilaian awal terhadap bahaya yang ada, mutlak harus dilaksanakan melalui proses prakualifikasi.
4. Kriteria nilai minimum yang bisa diterima agar kontraktor lulus prakualifikasi SMK3 Kontraktor adalah :
a. 55 untuk resiko tinggi; b. 40 untuk resiko medium; c. 25 untuk resiko rendah.
5. Jika tidak ada satupun kontraktor yang lulus tahap prakualifikasi, sedangkan pekerjaan harus tetap dilaksanakan maka ditempuh langkah penerimaan bersyarat. Pada kondisi ini, persyaratan-persyaratan khusus harus diterapkan tanpa mengabaikan atau mengurangi kaidah HSE, tindakan pengawasan yang ketat untuk resiko relatif harus dikenakan pada kontraktor.
3. Selection (Seleksi)
Tahap seleksi (selection) adalah untuk memilih dan menentukan Kontraktor yang paling memenuhi persyaratan dari aspek K3 selain persyaratan teknis, ekonomis dan persyaratan lainnya, maka dilakukan prosedur berikut :
a. Persiapan Dokumen Lelang
1) Bagian kontrak dan Fungsi / Bagian terkait harus membuat rencana K3 yang sesuai dengan masing masing jenis pekerjaan. Keseluruhan resiko kontrak dan manajemen K3LL harus diberi bobot yang sesuai, berikut pertimbangan-pertimbangan lain ketika kriteria seleksi dievaluasi.
2) Bagian kontrak bisa berkonsultasi dengan wakil K3 untuk memperoleh bobot yang paling tepat untuk pekerjaan yang
commit to user
dikontrakkan, biasanya sekitar 20% - 30%, tergantung dari kompleksitas pekerjaan. Dokumen yang harus disertakan dalam paket lelang adalah :
a) Sasaran dan Tujuan K3.
b) Definisi dari Cakupan Rencana K3 dan bahaya yang sudah diketahui untuk diperhatikan.
c) Prosedur pengawasan K3, buku pedoman dan panduan
keselamatan serta masalah kepatuhan untuk kontrak.
d) Definisi interface yang diantisipasi antara Pertamina dan Kontraktor, strategi pengawasan Pertamina dan interaksi dengan operasi Pertamina.
e) Persyaratan-persyaratan spesifikasi minimum. f) Metode evaluasi lelang.
g) Persyaratan-persyaratan pre-bid dan kunjungan lapangan yang mutlak perlu.
3) Dalam mempersiapkan dokumen kontrak ada beberapa pertimbangan yang perlu diambil:
a) Manajer bertanggung jawab dalam memastikan bahwa dokumen lelang menjelaskan persyaratan-persyaratan K3 untuk kontrak bersangkutan dan pengetahuan mengenai bahaya yang telah diidentifikasi untuk disampaikan kepada kontraktor. Pertamina tidak akan pernah mengasumsikan bahwa kontraktor mengetahui bahaya di tempat kerja.
b) Kontraktor mempunyai tanggung jawab sendiri terhadap rencana K3 nya, tetapi dokumen-dokumen harus menjeiaskan ketentuan yang jelas bagi Pertamina untuk melaksanakan audit K3 terhadap Kontraktor untuk menilai kepatuhannya.
c) Dokumen-dokumen harus menyertakan ketentuan bagi Pertamina untuk menunda pekerjaan jika kontraktor tidak memenuhi Kriteria K3 yang dijelaskan didalam Rencana K3 kontrak.
d) Pertamina harus memastikan bahwa tahap mobilisasi dan demobilisasi tercantum dalam Rencana K3. Pentingnya
persyaratan-persyaratan SMK3 Kontraktor harus
dikomunikasikan kepada semua peserta lelang selama waktu berlangsungnya rapat klarifikasi pre- Bid.
b. Pre-bid dan rapat pertemuan.
Klarifikasi lelang diperlukan untuk memastikan adanya pengertian peserta lelang yang jelas mengenai persyaratan-persyaratan lelang, tempat kerja, dan aturan-aturan serta persyaratan-persyaratan yang dikenakan. Persyaratan-persyaratan lelang harus menyertakan aspek-aspek K3, Teknis, Administrasi, Jadwal dan Biaya. Rapat rapat pre-Bid dan kunjungan lapangan ditetapkan sebagai sesuatu yang mutlak untuk diikuti oleh peserta lelang . Ketidakhadiran dalam rapat pre-Bid dan kunjungan lapangan akan mengakibatkan peserta lelang mendapat catatan tidak hadir.
commit to user
c. Evaluasi Lelang, Peninjauan Lokasi dan AuditSelama masa evaluasi lelang, Fungsi / Bagian terkait pemiiik pekerjaan, Wakil dari Bagian K3 dan Bagian Kontrak harus menyelenggarakan pertemuan untuk membahas program K3 yang dibuat oleh Kontraktor dan menilai seberapa efektif kontraktor telah memberikan jaminan bahwa semua bahaya sudah dikenali. Apa yang telah dievaluasi selama proses Prakualifikasi bisa saja dievaluasi ulang dan dibandingkan satu sama yang lain dengan semua peserta lelang, kalau terdapat inkonsistensi dengan Pra Kualifikasi peserta lelang.
Rapat klarifikasi antara Pertamina dan kontraktor juga harus dilakukan untuk mengklarifikasi dan menilai selanjutnya kecocokan antara rencana-rencana K3 kontraktor dan bagaimana rencana tersebut berinteraksi dengan program K3 Pertamina dan dengan program K3 kontraktor lainnnya. Setelah masalah masalah K3 dievaluasi dan diberikan pemberatan sesuai dengan faktor pemberat yang sudah baku, hal ini akan dimasukkan dalam evaluasi teknis secara keseluruhan. Penilaian ini harus didokumentasikan, sebab merupakan suatu kondisi yang sangat penting untuk memenangkan kontrak.
Inspeksi lapangan mungkin dilakukan untuk memastikan kepatuhan terhadap apa yang telah diajukan peserta lelang. Wakii-wakil K3 akan membantu dengan menyediakan jaminan K3 dan memberikan rekomendasi yang diperlukan.
d. Award/Apresiasi
Rekomendasi award akan diberikan kepada Panitia lelang (panitia tender) untuk persetujuan atau penyerahan sebelum memperoleh persetujuan dari otoritas kontrak (contract office). Semua langkah persetujuan rekomendasi harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang dijelaskan di dalam buku panduan kontrak.
4. Pre-Job Activity (Pra Pelaksanaan Pekerjaan)
Pre Job Activity (Pra Pelaksanaan Pekerjaan) merupakan langkah pelakasanaan dalam Program Contractor Safety Management System (CSMS) yang berfungsi untuk memastikan HSE plan yang telah dibuat oleh kontraktor sudah lengkap dan memastikan bahwa semua HSE Plan yang dibuat akan dilaksanakan.
Untuk memastikan bahwa aspek yang relevan dengan penilaian resiko kontrak dan semua aspek K3 lainnya dari kontrak dikomunikasikan dan dimengerti oleh semua pihak sebelum pelaksanaan kontrak, maka dilakukan prosedur berikut :
a. Kontraktor terpilih dari tahap seleksi menanda-tangani kontrak kerja. b. Fungsi terkait yang merupakan pemilik pekerjaan memeriksa kesiapan
kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan persyaratan K3 dan memasukkan hasil-hasil dari aktivitas ini ke sistem database untuk menghindari pekerjaan ganda.
commit to user
c. Bagian atau Fungsi pemilik proyek mengkomunikasikan aspek-aspek resiko K3 yang terkait dengan pekerjaan kontrak dan bersama-sama Bagian HSE melakukan inspeksi kegiatan pramobilisasi.
d. Bagian atau Fungsi pemilik pekerjaan bersama-sama dengan personil kunci pihak kontraktor melakukan rapat-rapat atau kick-off meeting untuk memberi klarifikasi atau mengangkat masalah K3 lainnya.
e. Bagian atau Fungsi pemilik pekerjaan memberikan penjelasan dan orientasi lapangan kepada kontraktor.
f. Kontraktor melatih dan memberikan penjelasan kepada para pekerjanya mengenai semua bahaya yang potensial dan masalah-masalah K3 yang berhubungan dengan pekerjaan.
g. Bagian HSE Pertamina memeriksa apakah pelatihan K3 tersebut dilakukan dan didokumentasikan dengan baik.
h. Kontraktor dan Bagian atau Fungsi terkait sebagai pemilik pekerjaan melakukan mobilisasi untuk memulai aktivitas pekerjaan dengan metode operasi yang sesuai dengan rencana K3 yang telah disepakati.
5. Work in Progress (pelaksanaan pekerjaan)
Untuk menjamin bahwa pelaksanaan kerja sesuai dengan rencana K3 yang telah disepakati oleh PT.Pertamina dengan Rekan kerja dan bahwa kebutuhan K3 tambahan yang ditemukan selama pekerjaan diperhatikan dengan benar. Dalam pelakasanaan work in progress (pelaksanaan pekerjaan) dibutuhkan adanya Checklist Inspeksi HSE. Checklist Inspeksi
HSE adalah Checklist Aspek HSE yang digunakan oleh Pengawas Pelaksana dalam melakukan pemeriksaan Aspek HSE Mitra Kerja.
Dalam pelaksanaan work in progress (pelaksanaan pekerjaan) maka dilakukan prosedur berikut :
a. Datam waktu 7 (tujuh) hari setelah mobilisasi, Manajer Lini yang berwenang melakukan kunjungan ke lokasi yang dikelola kontraktor untuk mengkomunikasikan harapan manajemen dan memantau kinerja mereka dalam hal K3 melalui audit atau inspeksi. Peninjauan lapangan tersebut juga dapat dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu untuk memastikan semua kewajiban K3 telah dipenuhi.
b. Bagian atau Fungsi pemilik pekerjaan harus memantau kecakapan kontraktor dalam hal pelaksanaan semua komitmen pelatihan yang terkait dengan pekerjaan yang dilakukan.
c. Kontraktor dan Bagian atau Fungsi pemilik pekerjaan melakukan inspeksi, audit K3 dan evaluasi sementara secara berkala dengan frekuensi sesuai jenis pekerjaan, besar pekerjaan, dan resiko yang terlibat dan/atau lamanya kontrak serta mencatatnya dalam sistem database. d. Setiap temuan inspeksi dan audit harus dibicarakan satu sama lain antara
Pertamina dan kontraktor dengan komitmen kedua-belah pihak untuk meningkatkan kinerja K3.
e. Kontraktor melakukan tindakan perbaikan terhadap setiap kekurangan yang ditemukan. Bila tidak melaksanakan perbaikan, kontraktor bersangkutan akan di beri peringatan atau sangsi berupa peringatan lisan
commit to user
maupun tertulis, pemberhentian personil, penundaan kontrak, atau bahkan penghentian kontrak.
f. Kontraktor harus melakukan pengawasan dan komunikasi K3 kepada pekerjanya, serta melakukan/berpartisipasi dalam setiap latihan keadaan darurat dan melakukan investigasi kecelakaan yang terjadi ditempat kerja dan melaporkannya kepada Pertamina.
6. Final Evaluation
Untuk mengadakan evaluasi bersama terhadap kinerja K3 Kontraktor dengan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dan untuk memberikan feed back kepada kontraktor dan PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit IV Cilacap yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk pekerjaan
di masa depan, maka dilakukan prosedur berikut :
a. Kontraktor menyerahkan semua informasi dan data guna penyusunan laporan evaluasi akhir kepada Bagian atau Fungsi pemilik pekerjaan.
b. Bagian atau Fungsi terkait membahas laporan evaluasi akhir kinerja kontraktor berdasarkan kewajiban-kewajiban K3 kontrak, Laporan Aktivitas Awal Pekerjaan, Laporan Evaluasi Sementara, Tindakan perbaikan selama evaluasi sementara.
c. Hasil evaluasi akhir didiskusikan dengan kontraktor dan memasukkannya dalam sistem database.
d. Kepala Bagian atau Manajer Fungsi terkait memberikan persetujuan terhadap laporan hasil evaluasi akhir.
e. Bagian atau Fungsi terkait menerbitkan surat peringatan atau pujian untuk kinerja yang di bawah atau yang melebihi harapan dan mengihmkan laporan evaluasi akhir kinerja kontraktor kepada Fungsi HSE.
f. Bagian safety memasukkan laporan evaluasi akhir kinerja kontraktor ke dalam data Bank K3 Kontraktor (SMK3 Kontraktor) .