• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan yang merupakan Rumah Sakit milik pemerintah. Rumah Sakit ini dikelola oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 km12, Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara. RSUP Haji Adam Malik merupakan Rumah Sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes no. 547/Menkes/SK/VII/1998 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991.

RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medis, kardiovaskular,

mikrobiologi), pelayanan penunjang non-medis (instalasi gizi, farmasi, Central

Sterilization Supply Departement (CSSD), bioelektrik medik, Penyuluhan Kesehatan

Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non-medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil pemulasan jenazah dan bagian rekam medis yang terletak di lantai dasar tepat dibelakang poliklinik Obstetri Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan.

5.1.2.Deskripsi Karekteristik Responden

Sampel pada penelitian ini sebanyak 91 orang ibu yang melahirkan yang terdiri dari 33 orang ibu yang menderita pre-eklampsi dan 58 orang ibu yang tidak menderita pre-eklampsi dan bayi yang dilahirkan oleh ibu tersebut di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dalam kurun tahun 2008 hingga 2011. Karakteristik sampel pada penelitian in dapat dilihat pada tabel berikut:

5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Tabel

5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Karakteristik Ibu

Pada tabel 5.1. didapatkan bahwa usia ibu terbanyak adalah 21-30 tahun sebanyak 41 orang (45.1%), diikuti 31-40 tahun sebanyak 26 orang (28.6%) dan lebih dari 41 tahun sebanyak 16 orang (17.6%). Usia ibu yang paling sedikit adalah kuang dari 20 tahun sebanyak 8 orang (8.8%)

Sampel yang terbanyak adalah multipara yaitu sebanyak 60 orang (65.9%) dibanding primipara sebanyak 31 orang (34.1%).

Dari 91 orang ibu, didapatkan sebanyak 58 orang (63.7%) tidak mengalami pre-eklampsi. Didapatkan sebanyak 21 orang (23.1%) mengalami pre-eklampsi derajat berat dan sebanyak 12 orang (13.2%) mengalami pre-eklampsi derajat ringan.

Karakteristik F % Umur ibu ≤20 8 8.8 21-30 41 45.1 31-40 26 28.6 ≥41 16 17.6 Paritas Primiparitas 31 34.1 Multiparitas 60 65.9 Derajat pre-eklampsi Tidak pre-eklampsi 58 63.7 Ringan 12 13.2 Berat 21 23.1

5.2.Distribusi Sampel Berdasarkan Karakteristik Bayi Baru Lahir

Pada tabel 5.2. didapatkan bahwa, dari 91 bayi baru lahir, terbanyak adalah laki- laki sebanyak 52 orang (57.1%) dan perempuan sebanyak 39 orang (42.9%).

Juga didapatkan berat badan lahir terbanyak adalah berat badan lahir normal, sebanyak 53 orang (58.2%), diikuti dengan berat badan lahir rendah sebanyak 28 orang (30.8%). berat badan lahir yang paling sedikit adalah berat badan lahir lebih sebanyak 10 orang (11%)

Dari 91 bayi baru lahir, terdapat sebanyak 61 orang (67%) tidak mengalami asfiksia. Sebanyak 13 orang (14.3%) mengalami asfiksia derajat sedang. Sebanyak 9 orang (9.9%) mengalami asfiksia derajat ringan dan 8 orang (8.8%) mengalami asfiksia derajat berat.

Karakteristik F %

Jenis kelamin

Laki-laki 52 57.1

Perempuan 39 42.9

Berat badan lahir

Berat badan lahir rendah (<2500) 28 30.8

Berat badan lahir normal (2500-3500) 53 58.2

Berat badan lahir lebih (>3500) 10 11.0

Derajat asfiksia

Tidak asfiksia 61 67.0

Ringan 9 9.9

Sedang 13 14.3

5.1.2.2. Analisis Hubungan Tabel

Tabel 5.3. Analisis hubungan umur ibu dengan pre-eklampsi

X2 = 0.816 df = 3 p = 0.846

Pada tabel 5.3. didapatkan kejadian pre-eklampsi terbanyak adalah pada kelompok umur ibu 21-30 tahun sebanyak 13 orang (14.3%), diikuti dengan kelompok umur 31-40 tahun sebanyak 10 orang (11%) dan lebih dari 41 tahun sebanyak 7 orang (7.7%). Kejadian pre-eklampsi yang paling sedikit adalah pada kelompok umur ibu kurang dari

20 tahun sebanyak 3 orang (3.3%). Juga didapatkan nilai p=0.846 yang berarti tidak

terdapat hubungan antara umur ibu dengan pre-eklampsi.

Umur ibu Pre-eklampsi Tidak

pre-eklampsi N % N % N % ≤20 3 3.3 5 5.5 8 8.8 21-30 13 14.3 28 30.7 41 45.0 31-40 10 11.0 16 17.6 26 28.6 ≥41 7 7.7 9 9.9 16 17.6 Jumlah 33 36.3 58 63.7 91 100

Tabel 5.4. Analisis hubungan paritas dengan pre-eklampsi

X2 = 1.610 df = 1 p = 0.204

Pada tabel 5.4. didapatkan kejadian pre-eklampsi yang terbanyak adalah pada multipara sebanyak 19 orang (20.9%) dibanding dengan primipara sebanyak 14 orang (15.4%).

Juga didapatkan nilai p=0.204 berarti tidak ada hubungan antara paritas dengan

pre-eklampsi.

Tabel 5.5. Analisis hubungan jenis kelamin dengan asfiksia neonatorum

X2 = 0.700 df = 1 p = 0.403

Pada tabel 5.5. didapatkan bayi laki-laki yang mengalami asfiksia sebanyak 19 orang (20.9%) dibanding dengan bayi perempuan sebanyak 11 orang (12.1%). Juga

didapatkan nilai p=0.403 yang berarti tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin

dengan asfiksia.

Paritas Pre-eklampsi Tidak

pre-eklampsi

F % F % F %

Primiparitas 14 15.4 17 18.7 31 34.1

Multiparitas 19 20.9 41 45.0 60 65.9

Jumlah 33 36.3 58 63.7 91 100

Jenis Kelamin Asfiksia Tidak asfiksia

F % F % F %

Laki-laki 19 20.9 33 36.2 52 57.1

Perempuan 11 12.1 28 30.8 39 42.9

Tabel 5.6. Analisis hubungan berat badan lahir dengan asfiksia neonatorum

X2 = 0.880 df = 2 p = 0.644

Pada tabel 5.6. didapatkan kejadian asfiksia neonatorum terbanyak pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir normal sebanyak 18 orang (19.8%), diikuti dengan berat badan lahir rendah sebanyak 10 orang (11%) dan yang paling sedikit pada bayi baru lahir

dengan berat badan lahir lebih sebanyak 2 orang (2.2%). Juga didapatkan nilai p=0.644

yang berarti tidak terdapat hubungan antara berat badan lahir dengan asfiksia neonatorum.

Tabel 5.7. Analisis hubungan pre-eklampsi dengan asfiksia

X2 = 22.038 df = 1 p < 0.001

Berat badan lahir Asfiksia Tidak asfiksia

F % F % F %

berat badan lahir rendah 10 11 18 19.8 28 30.8

berat badan lahir normal 18 19.8 35 38.4 53 58.2

berat badan lahir lebih 2 2.2 8 8.8 10 11.0

Total 30 33.0 61 67.0 91 100

Pre-eklampsi Asfiksia Tidak asfiksia

F % F % F %

Pre-eklampsi 21 23.1 12 13.2 33 36.3

Tidak pre-eklampsi 9 9.9 49 53.8 58 63.7

Pada tabel 5.7. didapatkan bayi baru lahir dari ibu pre-eklampsi lebih banyak mengalami asfiksia neonatorum yaitu sebanyak 21 orang (23.1%) daripada yang tidak mengalami asfiksia sebanyak 12 orang (13.2%). Terdapat juga bayi baru lahir bukan dari ibu pre-eklampsi yang mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 9 orang (9.9%).

Berdasarkan test chi-square, didapati nilai p<0.001 yang berarti terdapat hubungan

antara pre-eklampsi pada ibu dan asfiksia neonatorum.

5.2.1.Distribusi Frekuensi 5.2.Pembahasan

Dari hasil penelitian ini seperti yang ditunjukan pada tabel 5.1 didapatkan bahwa umur ibu terbanyak adalah 21-30 tahun sebanyak 41 orang (45.1%). Kelompok umur 31-40 tahun sebanyak 26 orang (28.6%). Kelompok umur lebih dari 41 tahun sebanyak 16 orang (17.6%) dan paling sedikit adalah kurang dari 20 tahun sebanyak 8 orang (8.8%). Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Dokter Dr.Soetomo Surabaya selama periode Januari-Juni 2009, juga didapatkan dari 316 ibu yang melahirkan, 240 orang (75.9%) termasuk dalam kelompok umur 20-35 tahun (Justita Bahari,2009).

Berdasarkan paritas, yang paling banyak adalah multipara sebanyak 60 orang (65.9%) dan primipara sebanyak 31 orang (34.1%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Dokter Dr.Soetomo Surabaya selama periode Januari-Juni 2009, ibu yang melahirkan, 224 orang (70.9%) merupakan multipara dan 92 orang (29.1%) merupakan primipara (Justita Bahari,2009).

Derajat pre-eklampsi berat lebih banyak terjadi yaitu sebanyak 21 orang (23.1%) dibanding dengan tingkat ringan yaitu sebanyak 12 orang (13.2%). Ini sama dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Kodya Semarang pada tahun 2008, dari 40 ibu pre-eklampsi didapatkan 30 orang (75%) tergolong dalam tingkat pre-pre-eklampsi berat (Rinayati, Wahyuning, 2008).

Tabel 5.2 memperlihatkan jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 52 orang (57.1%), sedangkan perempuan 39 orang (42.9%). Penelitian yang

dilakukan di Dhaka Medical College University, Bangladesh tahun 2003-2004, juga

didapatkan dari 130 bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum adalah jenis kelamin laki-laki 60% dan perempuan 40% (Shireen et al, 2009).

Bayi lahir dengan berat badan lahir normal sebanyak 53 orang (58.2%), berat badan lahir rendah sebanyak 28 orang (30.8%) dan berat badan lahir lebih sebanyak 10 orang (11%). Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di New Dehli, India dalam kurun tahun 2002-2003 didapatkan dari 145,623 bayi lahir hidup, sebanyak 59,558 orang (40.9) lahir dengan berat badan lahir normal (National Neonatal-Perinatal Database, 2005)

Dari 91 bayi baru lahir, 61 orang (67%) tidak mengalami asfiksia. 9 orang (9.9%) mengalami asfiksia derajat ringan, 13 orang (14.3%) mengalami asfiksia derajat sedang dan 8 orang (8.8%) mengalami asfiksia derajat berat. Penelitian yang dilakukan di The Aga Khan University, Karachi, Pakistan pada tahun 2006 juga memperlihatkan bahwa setiap tahunnya dari 130 juta bayi lahir di dunia didapatkan 4 sampai 9 juta orang (3-6.9%) mengalami asfiksia (Haider, Bhutta, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Maleeny Peramal di RSUP H Adam malik dalam kurun tahun 2007-2010 ditemukan dari 82 bayi baru lahir dengan asfiksia, tingkat asfiksia yang paling banyak ditemukan adalah tingkat sedang sebanyak 45 orang (54.9%).

5.2.2.Analisis Hubungan Umur Ibu dengan Pre-eklampsi

Dari penelitian ini, didapatkan bahwa umur ibu terbanyak yang menderita pre-eklampsi adalah 21-30 tahun sebanyak 14.3%. Tidak didapatkan hubungan antara umur ibu

dengan kejadian pre-eklampsi dengan nilai p=0.846. Ini hampir sama dengan penelitian

yang dijalankan di Rural Sarlahi, Nepal pada tahun 2009,

proporsi terbanyak adalah 36% yang dijumpai pada kelompok umur 20 hingga 24 tahun (Gary L,2009).

Paritas dengan Pre-eklampsi

Dari penelitian ini, didapatkan bahwa kejadian pre-eklampsi banyak terjadi pada multipara sebanyak 20.9%. Didapatkan tidak ada hubungan antara paritas dengan

kejadian pre-eklampsi dengan nilai p=0.204. Penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama periode Januari-Juni 2009, didapatkan lebih dari setengah (54.35%) kejadian pre-eklampsi terjadi pada multipara (Justita Bahari, 2009).

Jenis Kelamin dengan Asfiksia Neonatorum

Dari penelitian ini, didapatkan bahwa bayi baru lahir yang menderita asfiksia neonatorum terbanyak dari jenis kelamin lelaki yaitu sebanyak 20.9%. Tetapi tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dan asfiksia pada bayi baru lahir dengan nilai

p=0.950. Penelitian yang dilakukan di Chiang Mai University, Thailand pada tahun

1987, juga ditemukan 205 kasus asfiksia neonatorum yang terdiri dari 117 orang

(44.8%) laki-laki dan 88 orang (36.6%) perempuan dengan nilai p>0.05.

(Chotinaruemol, 1987)

Berat Badan Lahir dengan Asfiksia Neonatorum

Dari penelitian ini, didapatkan bahwa kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir banyak terjadi pada bayi dengan berat badan lahir normal (18.7%). Tes chi square menunjukkan menunjukkan tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan asfiksia

dengan nilai p=0.610. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh American

Academy of Pediatrics pada tahun 2004, dengan bayi yang baru lahir yang menderita asfiksia neonatorum yang terbanyak adalah pada kelompok berat badan lebih besar daripada 2000 gram dengan proporsi 89% (Yvonne W,2004).

Pre-eklampsi dengan Asfiksia Neonatorum.

Dari penelitian ini, didapatkan bahwa bayi baru lahir dari ibu pre-eklampsi lebih banyak mengalami asfiksia neonatorum (23.1%) daripada yang tidak mengalami asfiksia (13.2%). Terdapat hubungan antara pre-eklampsi pada ibu dengan kejadian asfiksia

neonatorum dengan nilai p < 0,001. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di

RSU Dr. Harjono S. Ponorogo selama tahun 2009, dari 84 ibu bersalin yang menderita pre-eklampsi, 69 orang (82,1%) yang dilahirkan mengalami asfiksia dan 15 orang

(17,9%) bayi lahir tanpa asfiksia dengan nilai p < 0.001 (Sunarto et al, 2010).

Penelitian yang dilakukan di Mulago Hospital Kampala, Uganda Dari 85 ibu yang menderita pre-eklampsi juga didapatkan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir sebanyak 16.9%. Berdasarkan penelitian tersebut, terdapat hubungan antara preeklampsi dengan

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan pada ibu menderita pre-eklampsi dan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dari tahun 2008 hingga 2011, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pre-eklampsi dengan kejadian asfiksia neonatorum.

6.2.Saran

1. Pihak rumah sakit disarankan agar pencatatan status pasien pada rekam

medis dilakukan dengan lebih teratur dan lengkap untuk memudahkan peneliti yang akan melakukan penelitian berdasarkan rekam medis.

2. Perlu dilakukan penelitian dalam skala yang lebih luas dan metode yang lebih

baik untuk mendapatkan gambaran asfiksia neonatorum dan hubungan pre-eklampsi dengan asfiksia neonatorum yang lebih tepat.

Daftar Pustaka

Amelda Rossa, 2006. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil dengan Pre-eklampsia

di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Mei 2005-Mei 2006. Diunduh dari:

Castro C. L., 2004. Essential of Obstetri and Gynecology. 4th Ed. Philadelphia :

Elsivlersaunders, 200.

Cunningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C., Wenstrom,

K.D, 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC, 206-207

Chotinaruemol, S., 1987.Birth asphyxia at Maharaj Nakorn Chiang Mai Hospital,

Thailand. Diunduh dari:

[diakses 20 November 2012]

Depkes RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005 .

Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29, Jakarta: EGC, 1765.

Ghai, O.P., Paul,V.K, Bagga, A., 2010: Essential Pediatrics. 7th

Gomella, T.L., M. Douglas Cunningham, Fabien Eyal, 2009. Neonatology,

edition, 96-140.

6th

Guyton, A., & Hall, J.E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran : Kehamilan dan

Laktasi . Jakarta: EGC, 1080. edition, 391-398.

Haider, B.A., Bhutta A.Z., 2006. Birth Asphyxia in Developing Countries: Current

Status and Public Health Implications. Diunduh dari:

Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan

Medis Kesehatan Anak. (level of evidence IV).Jakarta: Badan Penerbit IDAI,

272-276.

Justita Bahari, 2009. Hubungan Paritas dan Usia terhadap Kejadian Pre-eklampsia

pada Ibu Bersalin. Diunduh dari:

[diakses 20 November 2012]

Kaye, D., 2003. Antenatal and Intrapartum Risk Factors for Birth Asphyxia among

Emergency Obstetric Referrals in Mulago Hospital, Kampala, Uganda.Diunduh

dari:

November 2012]

Kliegman, Marcdante, Jenson & Behrman, 2002. Nelson Essential of Pediatrics,

Elsevier Saunders, 5th edition, 458-459.

Kumar P, Clark M., 2007. Clinical Medicine, Elsevier Saunders, 6th

Maleeny Peramal, 2008.

edition. 799-801

Gambaran Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir

di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan. Diunduh dari:

Manuaba, Chandra I.A., Fajar M., I.B.G Manuaba, 2008. Gawat Darurat Obstetri

Ginekologi Dan Obstetri Ginekologi Social Untuk Profesi Bidan. Jakarta :EGC. 475-480.

Manuaba I.B.G., 2007. Penghantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. 401-431

McGuire W, Fowlie P.W., Evans D.J., 2004. Naloxone for Preventing Morbidity

and Mortality in Newborn Infants of Greater than 34 Weeks' Gestation with Suspected Perinatal Asphyxia. Diunduh dari:

[diakses 30 mac

2012]

Jakarta: EGC, 50-54.

National Neonatal-Perinatal Database, 2005. New Dehli: Indian Council of Medical Research New Delhi. Diunduh dari:

[diakses 20

November 2012]

Notoatmodjo S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta . Jakarta

Prawihardjo, Sarwono, 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. 287.

Perinasia, 2006. Buku panduan resusitasi neonatus. Edisi ke-5.Jakarta. 430- 470.

Rachatapantanakorn, O., Tongkumchum, P., Chaisuksant, Y., 2005. Factors associated

with birth asphyxia in Pattani Hospital, Thailand. Diunduh dari:

[diakses 20 November 2012]

Rinayati, Wahyuning. S., Taryunah, 2010. Hubungan Usia Ibu Dengan Kejadian

Pre-eklampsi pada Ibu Hamil di RSUD Kodya Semarang tahun 2008. Diunduh dari:

November 2012]

Robin L Bissinger, Bryan L Ohning, Ted Rosenkrantz, 2011. Neonatal Resuscitation.

Diunduh dari: [diakses

30 mac 2012].

Saifudin A.B., 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

Shireen, N., Nahar, N., Mollah, A., 2009. Risk Factors and Short-Term Outcome of Birth Asphyxiated Babies in Dhaka Medical College Hospital. Diunduh dari:

[diakses 20 November 2012]

Subramaniam KS, 2006. LowBirth Weight Infant. Diunduh dari:

[diakses 28 juli

2012].

Sunarto, Suparji, Ayu, A.K., 2010. Hubungan Antara Hipertensi, Proteinuria Ibu

Preeklampsia Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSU Dr. Harjono S.

Ponorogo Diunduh Dari:

[diakses 20 april 2012]

Susiaty, 2008. Hubungan Antara Kualitas Pelayanan dan Kecemasan dalam

Menghadapi Proses Persalinan Pada Pasien Rumah Sakit Bersalin,

Diunduh dari: http:www.librarygunadarma.ac.id

Wiknjosastro, 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketujuh. Jakarta :PT Bina

[diakses 28 Oktober 2012]

Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 89-100

Wiknjosastro, 2007. Ilmu Kandungan, Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Dokumen terkait