• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian difokuskan pada tempurung kelapa, tongkol jagung dan sekam padi. Pengambilan bahan baku dilakukan untuk tempurung kelapa di Kab. Gowa, tongkol jagung di Kab. Takalar dan sekam padi di Kab. Barru mengingat melimpahnya limbah bahan baku pada daerah tersebut. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik dan Laboratorium Anorganik Jurusan Kimia, Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar, PT. Semen Tonasa II dan III Pengendalian Mutu Laboratorium Kimia, dan di Laboratorium Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang. Dengan massa awal masing-masing bahan baku tempurung kelapa, tongkol jagung dan sekam padi yaitu 6.5 kg, 4.7 kg dan 3.5 kg.

Selanjutnya melakukan preparasi sampel yaitu dengan cara mengeringkan bahan baku selama 5 jam dengan bantuan sinar matahari sehingga kadar airnya berkurang, melakukan proses karbonisasi dengan menggunakan drum pirolisis dan furnace (tanur) atau oven. Dalam tahapan karbonisasi menggunakan tanur yaitu tempurung kelapa dengan suhu 350 oC, dengan oven masing-masing tongkol jagung dan sekam padi yaitu 150 oC dan 120oC, lalu menghaluskan sampel pada ukuran 40 mesh. Setelah itu menimbang sampel dengan komposisi yang diinginkan. Kemudian mencampur bahan baku dan bahan perekat lalu mencetaknya pada cetakan berbentuk kubus menggunakan alat pres manual dengan massa beban yang diberikan ± 35 kg. Dan terakhir mengeringkan sampel ke dalam oven pada 51

suhu 120oC sehingga kadar air dari hasil pencampuran dan pencetakan berkurang sebagai tolak ukur kualitas biobriket yang dihasilkan. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1. Hasil pengujian briket (kuat tekan, kadar air, kadar abu, nilai kalor dan lama pembakaran)

Ukuran

Partikel Sampel Kode

Nilai Hasil Pengujian Kuat tekan (kg/ cm2) Kadar (%) Nilai kalor (kal/gr) Lama pembakaran (menit) Air Abu 40 mesh A 7.65 5.19 5.91 5117.67 128.18 B 9.57 5.41 6.30 5594.36 115.34 C 8.81 4.59 4.69 5867.26 152.18 D 9.82 4.67 3.23 5888.55 145.17 B. Pembahasan

Berikut dapat dijelaskan hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan parameter yang telah diuji:

1. Kuat tekan

Kuat tekan merupakan kemampuan bioberiket untuk memberikan daya tahan atau kekompakan briket terhadap pecah atau hancurnya briket jika diberikan beban pada benda tersebut. Semakin tinggi nilai tekan briket arang berarti daya tahan briket terhadap pecah semakin baik (Triono, 2006). Penentuan kuat tekan ini bertujuan untuk mengetahui daya tahan briket untuk pengemasan dan memudahkan pengangkutan briket arang. Nilai kuat tekan untuk masing-masing komposisi ditunjukkan pada gambar 4.1

Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Biobriket SNI dengan Hasil Pengujian Kuat Tekan

Nilai kuat tekan terendah terdapat pada kode sampel A yaitu 7,65 kg/cm2, sedangkan nilai tertinggi pada kode sampel D yaitu dengan 9,82 kg/cm2 , Karena komposisi arang tempurung kelapa disamakan untuk semua sampel oleh karena itu keberadaan arang tongkol jagung dan juga sekam padi menjadi pembanding utama dalam nilai kuat tekan yang dihasilkan. Tongkol jagung yang memiliki ukuran yang lebih kasar dan tidak seragam memungkinkan turunnya nilai kerapatan biobriket dan tentu saja berpengaruh terhadap hasil nilai kuat tekan yang diperoleh. Nilai kuat tekan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan biobriket sulit terbakar, sedangkan biobriket yang memiliki nilai kuat tekan yang relatif rendah maka akan memudahkan pembakaran karena semakin besar rongga udara atau celah yang dapat dilalui oleh oksigen dalam proses pembakaran.

Pada uji kuat tekan untuk semua komposisi biobriket dengan campuran tempurung kelapa, tongkol jagung dan sekam padi tidak ada yang

50 50 50 50 7.65 9.57 8.81 9.82 0 10 20 30 40 50 60 A B C D Ku at T ek an (k g/ cm 2) Kode Sampel SNI (Min 50) HASIL Keterangan: (TK : TJ : SP) gr A = 18 : 6 : 6 B = 18 : 7,5 : 4,5 C = 18 : 9 : 3 D = 18 : 10,5 : 1,5

memenuhi standar mutu biobriket yaitu min 50 kg/cm2. Hal ini disebabkan oleh pada saat menghomogenkan tidak terlalu tercampur dengan baik dengan perekat dan juga karena menggunakan press manual pada saat mencetak biobriket tekanan yang diberikan tidak konstan sehingga tidak terlalu mampat dan memberi peluang untuk membentuk rongga pada struktur biobriket yang dihasilkan.

2. Kadar air

Kadar air biobriket dipengaruhi oleh jenis bahan baku, jenis perekat dan metode pengujian yang digunakan. Pada umumnya kadar air yang tinggi akan menurunkan nilai kalor dan laju pembakaran karena panas yang diberikan digunakan terlebih dahulu untuk menguapkan air yang terdapat di dalam biobriket. Biobriket yang memiliki tingkat kadar air yang tinggi akan mudah hancur. Pada penambahan perekat yang semakin tinggi menyebabkan air yang terkandung dalam perekat akan masuk dan terikat dalam pori arang, selain itu penambahan perekat yang semakin tinggi akan memberi pengaruh terhadap nilai kalor yang akan dihasilkan. Maka dari itu kadar air merupakan salah satu parameter dalam menentukan kualitas briket

8% 8% 8% 8% 5.19% 5.41% 4.59% 4.67% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% Kad ar A ir (% ) SNI (Maks 8) Hasil Keterangan: (TK : TJ : SP) gr A = 18 :6 :6 B = 18 :7,5 :4,5

Gambar 4.2. Grafik Perbandingan Biobriket SNI dengan Hasil Pengujian Kadar Air

Grafik 4.2 dengan kode sampel A, B, C dan D didapatkan hasil kadar air masing-masing 5,19 %, 5,41 %, 4,59 % dan 4,67 %. Berdasarkan data yang dihasilkan nilai kadar air terendah terdapat pada kode sampel C dengan komposisi TK : TJ : SP yaitu 18 : 9 : 3 dan nilai tertinggi pada kode sampel B dengan komposisi TK : TJ : SP yaitu 18 : 7.5 : 4.5. Dari nilai yang didapatkan untuk semua komposisi yang diujikan telah memenuhi standar mutu Indonesia dengan nilai standar untuk pengujian kadar air adalah maksimal 8.

3. Kadar Abu

Abu merupakan bahan sisa dari pembakaran yang sudah tidak memiliki nilai kalor atau tidak memilii unsur karbon lagi. Salah satu unsur penyusun abu adalah silika. Pengaruh kadar abu terhadap kualitas biobriket kurang baik, terutama terhadap nilai kalor yang dihasilkan kandungan kadar abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor biobriket sehingga akan menurunkan kualitas briket tersebut (Triono, 2006).

Nilai kadar abu dari biobriket yang dihasilkan ini telah memenuhi kualitas standar dari Jepang (3-6)%, Inggris (5.9%), Amerika (8.3%) dan SNI 8%. Nilai kadar abu terendah sebesar 3,23 % terdapat pada kode sampel D dengan komposisi 18gr tempurung kelapa, 10,5gr tongkol jagung dan 1,5gr sekam padi sedangkan niai tertinggi yaitu 6,30% terdapat pada kode sampel B dengan komposisi 18 gr tempurung kelapa, 7,5 gr tongkol jagung dan 4,5 gr sekam padi. Dari data yang didapatkan menunjukkan semakin kecil komposisi sekam padi dalam campuran maka semakin rendah nilai kadar abu. Hal ini menunjukkan bahwa faktor jenis bahan baku yang dicampurkan berpengaruh nyata terhadap kadar abu yang dihasilkan.

Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Biobriket SNI dengan Hasil Pengujian Kadar Abu 4. Nilai Kalor 8% 8% 8% 8% 5.91% 6.30% 4.69% 3.23% 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% A B C D Kad ar A bu (% ) Kode Sampel SNI (Maks 8) HASIL Keterangan: (TK : TJ : SP) gr A = 18 :6 :6 B = 18 :7,5 :4,5 C = 18 :9 :3 D = 18 :10,5 :1,5

Nilai kalor sangat menentukan kualitas/mutu biobriket. semakin tinggi nilai kalor yang dihasilkan, semakin baik kualitas biobriket itu. Nilai kalor yang didapatkan dari biobriket campuran tempurung kelapa, tongkol jagung dan sekam padi dengan beberapa komposisi dapat dilihat pada grafik 4.4

Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Biobriket SNI dengan Hasil Pengujian Nilai Kalor

Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa nilai kalor yang tertinggi terdapat pada kode sampel D yaitu 5.888,55 kal/gr dimana penyusun dari biobriket tersebut adalah 18 gr TK : 10,5 gr TJ : 1,5 gr SP dan yang terendah adalah pada kode sampel A yaitu 5.117,67 kal/gr dengan komposisi 18 gr TK : 6 gr TJ : 6 gr SP. Oleh karena komposisi tempurung kelapa ditetapkan (konstan) maka yang akan berperan lebih untuk mempengaruhi nilai kalor yang dihasilkan adalah variasi komposisi dari tongkol jagung dan sekam padi. Sehingga pada grafik terlihat bahwa semakin besar komposisi dari tongkol jagung dalam campuran sampel maka akan memberikan nilai kalor yang besar pula, begitupun

5000 5000 5000 5000 5117.67 5594.36 5867.26 5888.55 4400 4600 4800 5000 5200 5400 5600 5800 6000 A B C D N ilai K al or (k al /g r) Kode Sampel SNI (Min 5000) Hasil Keterangan: (TK : TJ : SP) gr A = 18 :6 :6 B = 18 :7,5 :4,5 C = 18 :9 :3 D = 18 :10,5 :1,5

sebaliknya. Dan dari hasil pengujian nilai kalor didapatkan semua nilai telah memenuhi standar mutu biobriket Indonesia dengan nilai standar 5.000 kal/gr.

5. Lama pembakaran

Gambar 4.5. Grafik Hasil Pengujian Lama Pembakaran

Lama pembakaran adalah kemampuan biobriket yang dinyatakan dalam selang waktu dinyalakan pertama kali hingga mengalami proses pembakaran sempurna menjadi abu. Metode pengujian ini dengan menggunakan stopwatch untuk menghitung waktu yang dibutuhkan biobriket dari dinyalakan hingga menjadi abu.

Dari grafik 4.5 nilai yang menunjukkan waktu yang paling lama adalah 152.18 menit dengan kode sampel C dan yang paling cepat berubah bentuk menjadi abu memerlukan waktu sebesar 115.34 menit dengan kode sampel B sedangkan yang lain adalah 128.18 menit untuk kode sampel A dan 145.17 menit

128.18 115.34 152.18 145.17 0 20 40 60 80 100 120 140 160 A B C D Lam a Pe m bak ar an (m en it ) Kode Sampel HASIL Keterangan: (TK : TJ : SP) gr A = 18 :6 :6 B = 18 :7,5 :4,5 C = 18 :9 :3 D = 18 :10,5 :1,5

untuk kode sampel D, jika dirata-ratakan hanya membutuhkan 12 buah biobriket untuk dapat menyala atau digunakan dalam waktu 24 jam atau sehari-semalam.

Melihat hasil pada masing-masing pengujian didapatkan bahwa potensi pengolahan limbah tempurung kelapa, tongkol jagung dan sekam padi dapat dijadikan salah satu sumber bahan bakar terbarukan dengan mengubahnya menjadi biobriket yang berkualitas. Mengubahnya menjadi biobriket akan menjadi solusi pencemaran lingkungan yang ada di Indonesia terkhusus pada pencemaran yang diakibatkan oleh limbah tempurung kelapa, tongkol jagung dan sekam padi. Lingkungan akan bersih tanpa pencemaran dari bahan yang tidak termanfaaatkan dan juga menjadi solusi dari masalah berkurangnya bahan bakar konvensional karena prodak yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah tempurung kelapa, tongkol jagung dan sekam padi adalah biobriket yang memiliki karakteristik baik untuk dijadikan sumber bahan bakar terbarukan.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Kualitas biobriket yang dihasilkan dari campuran tempurung kelapa, tongkol jagung dan sekam padi dapat dikategorikan baik. Ini dilihat pada hasil pengujian kadar air, kadar abu dan nilai kalor telah memenuhi Standar Nasional Indonesia serta lama pembakaran paling tinggi yaitu 152 menit, kecuali untuk pengujian kuat tekan nilai yang didapatkan tidak memenuhi standar.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan pada penelitian sebaiknya lebih memperhatikan variabel yang mempengaruhi kualitas briket seperti tekanan yang diberikan pada saat proses pengepresan, sifat higroskopis bahan, dimensi (bentuk/ukuran) bahan dan untuk penelitian selanjutnya dapat menggantikan perekat agar nilai kuat tekan yang didapatkan lebih maksimal.

61

Bahan Bakar Alternative Dalam Pengeringan Karet Alam, Balai Penelitian Sembawa: Palembang.

Akbar, Fauzul. dkk, 2015. Penggunaan Tempurung Kelapa Terhadap Kuat Tekan Beton K-100. Universitas Pasir Pangaraian: Riau.

Almu, Afif,M. dkk, 2014. Analisa Nilai Kalor dan laju Pemabakaran Pada Briket Campuran Biji Nyamlung (Calophyllm Inophyllum) dan Abu Sekam Padi. Universitas Mataram: Mataram. Dinamika Teknik Mesin, Vol (4) No. 2: 107-122.

Anggoro, Didi Dwi. dkk, 2017. Pembuatan Briket Arang dari Campuran Tempurung Kelapa dan Serbuk Gergaji Kayu Sengon. Universitas Diponegoro: Semarang. Teknik, Vol (2) No. 38: 76-80.

Arni. dkk, 2014. Studi Uji Karakteristik Fisis Briket Bioarang Sebagai Sumber Energi Alternatif. Universitas Tadulako: Palu. Online Jurnal of natural Science, Vol (3) No. 1: 89-98.

Badan Pusat Statistik. 2014-2015. Panen dan Produksi Tanaman Jagung Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan.

Barus, Kasta Efrata. dkk. 2017. Pembuatan Briket dari Sekam Padi dengan Kombinasi Batubara. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian. Vol (5) No. 2. Universitas Sumatera Utara: Medan

Blog Rumah Mesin. 2014. “Proses Pembuatan Arang Sekam Padi”. Situs Resmi Rumah Mesin. https://rumahmesinblog.wordpress.com/2014/04/15/proses-pembuatan-arang-sekam-padi/ (16 Desember 2018).

Blog Rumah Mesin. 2013. “Cara Membuat Briket dari Tongkol Jagung”. ”. Situs Resmi Rumah Mesin. https://rumahmesinblog.wordpress.com/tag/tongkol-jagung/ (16 Desember 2018).

Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia. 2010. Pedoman Teknis Alat Mesin dan ULIB Budidaya Ternak Ruminansia. Kementrian Pertanian: Jakarta.

Efendi, Rustam. dkk, 2014. Analisi karakteristik Briket Dari Cangkang Kemiri Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Universitas Muslim Indonesia: Makassar.

62

Buah Bintaro Terhadap Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Didih Air. Kesmas, Vol. 8, No. 1, ISSN : 1978-0575. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan : Yogyakarta.

Faizal, M,. dkk, 2018. Pembuatan Briket Bioarang Dari Campuran Batubara dan Biomassa Sekam Padi dan Eceng Gondok. Universitas Sriwijaya: Ogan Ilir. Jurnal Teknik Kimia, Vol (21) No. 4: 27-38.

Faujiah. Skripsi. 2016. Pengaruh Konsentrasi Perekat Tepung Tapioka Terhadap Kualitas Briket Arang Kulit Buah Nipah (Nyfa Fruticans Wurmb). Makassar: UIN Alauddin Makassar.

Hartanto, Feri Puji dan Fathul Alim, 2016. Optimasi Kondisi Operasi Pirolisis Sekam Padi untuk Menghasilkan Bahan Bakar Briket Bioarang Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Universitas Diponegoro: Semarang.

Hardjodinomo, Soekirno. 1975. Ilmu IklimdanPengairan. Binacipta: Bandung. Hariyadi, P. 2013.Pengeringan Beku dan Aplikasinya di Industri Pangan. IPB

Bogor.

Hasan, Budi Iman. 2011. “Budidaya Tanaman Sagu”. Official Website of Budi Iman Hasan. http://budiimanhasansp.blogspot.com/2011/11/budidaya-tanaman-sagu.html (16 Desember 2018).

Ibnu Katsir, 2003. Tafsir Ibnu Katsir. Jilid 1-7. Bogor : Pustaka Imam Syafi’i Jamil,et al. 2009. Penentuan Konsentrasi ZnCl2 pada Proses Pembuatan Karbon

Aktif Tongkol Jagung dan Penurunan Konsentrasi Surfaktan Linier Alkyl Benzene Sulphonate (LAS). UNESA Journal of Chemistry, 2(3): 8-13. Jang Denny, 2016. “Cara Budidaya Tanaman Jagung”. Situs Resmi Blog Jang

Denny.

http://jangdenny.blogspot.com/2014/06/budidaya-tanaman-jagung.html (16 Desember 2018).

Kementrian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung : Medika. 2014. Kholik,Al, Qodri ZD, Wawan. 2015. Keanekaragaman Morfologis Tanaman

Sagu (Metroxylon SP.) Di Kabupaten Lingga Propinsi Kepulauan Riau. JOM Faperta Vol. 2 No. 2 . Universitas Riau : Kepulauan Riau

63

Lestari, Lina. dkk, 2010. Analisisi Kualitas Briket Arang Tongkol Jagung yang Menggunakan Bahan Perekat Sagu dan Kanji. Universitas Halioleo: Kendari. Jurnal Aplikasi Fisika, Vol (6) No. 2: 93-96.

Limbongan, Jermia. 2007. Morfologi Beberapa Jenis Sagu Potensial Di Papua. Jurnal Litbang Pertanian , 26 (1). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua : Jayapura.

Lukum, Haris, dkk.2013 Pemanfaatan Arang Briket Limbah Tongkol Jagung Sebagai Bahan bakar Alternatif.Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo : Gorontalo

Mangkau, Andi. dkk, 2011. Penelitian Nilai Kalor Briket Tongkol Jagung dengan Berbagai Perbandingan Sekam Padi. Universitas Hasanuddin: Makassar Maryono,dkk, 2013. Pembuatan dan Analisis Mutu Briket Arang Tempurung

KelapaDitinjau dari Kadar Kanji. Universitas Negeri Makassar: Makassar. Jurnal Chemica, Vol (14) No. 1: 74-83

Martynis, Munas. dkk, 2012. Pembuatan Biobriket Dari Limbah Cangakang Kakao. Universitas Bung Hatta: Padang. Jurnal Litbang Industri, Vol (2) No. 1: 35-41.

Moeksin, Rosdiana. dkk, 2016. Pembuatan Biobriket dari Campuran Tempurung Kelapa dan Cangkang Biji Karet. Universitas Sriwijaya: Ogan Ilir. Jurnal teknik Kimia, Vol (22) No. 3: 43-52.

Mubarok, Mukhamat Rizal dan I Wayan Susila. 2015. Pengaruh Variasi Perekat Tetes Tebu Terhadap Karakteristik Briket Bioarang dari Limbah gergaji Kayu Mahoni. JTM Vol. 4, No. 1 (1-7). Universitas Negeri Surabaya: Surabaya.

Mulyadi, Arie Febrianto. dkk, 2013. Pemanfaatan Kulit Buah Nipah Untuk Pembuatan Briket Bioarang Sebagai Sumber Energi Alternatif. Universitas Brawijaya: Malang. Jurnal Tekhnologi Pertanian, Vol (14) No. 1: 65-72.

Murphy, Arianto. 2018. Analisis Briket Sekam Padi Dengan Variasi Perekat Tar, Kanji, dan Oli Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.

64

Muzi, Ilham. Surahma Asti Mulasari. 2014. Perbedaan Konsentrasi Perekat Antara Briket Bioarang Tanda Kosong Sawit Dengan Briket Bioarang Waktu Bakar. Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia. Nurdin, Hendri. dkk, 2018. Karakteristik Nilai Kalor Briket Tebu Tibaran

Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Universitas Negeri Padang: Padang. INVOTEK (Jurnal Inovasi Vokasional dan Tekhnologi), Vol (18) No. 1: 18-24.

Patabang, Daud, 2012. Karakteristik Termal Briket Arang Sekam Padi dengan Variasi Bahan Perekat. Universitas Tadulako: Palu. Jurnal Mekanika, Vol (3) No.2: 286-29.

Permatasaari, Ika Yudita dan Budi Utami, 2015. Pembuatan dan Karakteristik Briket Arang dari Limbah Tempurung Kemiri (Aleurites Moliccana) dengan Menggunakan Variasi Jenis Bahan Perekat dan Jumlah Bahan Perekat. Hal. 59-69. Universitas Sebelas Maret Yogyakarta:Yogyakarta. Prasetyoko, D.,dkk 2001. Conversion of Rice Husk Ash to Zeolit Beta. Waste

Management Vol. 26, hal. 1173 – 1179.

PT. Ramesia Mesin Indonesia. 2018. “Cara Membuat Briket dan Peluang Usahanya yang Menjanjikan”. Situs Resmi Ramesia. https://ramesia.com/briket/ (16 Desember 2018).

Putri, Renny Eka dan Andasuryani, 2017. Studi Mutu Briket Arang Dengan Bahan Baku Limbah Biomassa. Universitas Andalas: Padang. Jurnal Tekhnologi Pertanian Andalas, Vol (21) N0. 2: 145-151.

Rukmana. 1997. Budidaya dan pasca panen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Santosa. dkk, 2012. Studi Variasi Komposisi Bahan Penyusun Briket Dari

Kotoran Sapi dan Limbah Pertanian. Universitas Andalas: Padang

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah , Pesan, Kesan & Kesrasian Al-Qur’an. Jakarta : Lentera Hati. 2005

Sipahutar, Dorlan, Ir, MP. (t.th). Teknologi Briket Sekam Padi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP): Riau.

65

Sugiyanto, Didik dan Sudiro. 2014. Studi Kajian Pengaruh Komposisi Ukuran Serbuk Briket yang Terbuat dari Batubara dan Jerami Padi Terhadap Karakteristik Pembakaran. Jurnal Sainstech Politeknin Indonusa Surakarta Vo. 1 No. 2. Surakarta

Thoha, M.Yusuf, Diana Ekawati Fajrin. 2010. Pembuatan Briket Arang Dari Daun Jati Dengan Sagu Aren Sebagai Perekat. Jurnal Teknik Kimia, No.1 Vol . 17. Universitas Sriwijaya: Palembang.

Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari Arang Campuran Serbuk Gergaji Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl) dan Sengo (Paraserianthes falcatria L. Nielsen) denagn Penambahan Tempurung Kelapa (Cocos mucifera L.) Skripsi. Bogor

Wahmuda, Faza dan Anastasia Prasilia Wangge, 2013. Alternatif Desain Produk dari Sampah Tongkol Jagung Dilihat dari Jenis Tongkolnya. Institut Tekhnologi Adhi Tama Surabaya: Surabaya.

Wahyu, Kusuma A. dkk, 2015. Kajian eksperimental Terhadap Karakteristik Pembakaran Briket Limbah Ampas Kopi Instan dan Kulit Kopi (Studi Kasus Di Pusat Penelitian Kopi dan Kako Indonesia. Institut Teknologi Sepuluh November (ITS): Surabaya.

Widarti, Budi Nining. dkk, 2016. Penggunaan Tongkol Jagung Akan Meningkatkan Nilai Kalor Pada Briket. Universitas Mulawarman: Samarinda. Jurnal Integrasi Proses, Vol (6) No. 1: 16-21.

Yunus, Zarkati Kurdiawan. 2013. Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi. Jurnal Teknik Vol. (2), No. 1 Institut Teknologi 10 Nopember: Surabaya.

66

disapa uki dilahirkan di Kabupaten Majene tepatnya di Kecamatan Banggae Timur, Labuang, tanggal 18 Desember 1994. Anak dari pasangan Muhlis dan Sahariah. Anak ke empat dari lima bersaudara, Nurfadhillah, Nurkholis, Nur Taqwa dan Ummi Kalshum. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN No. 6 Kampung Baru Kabupaten Majene pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis kembali melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 3 Majene, Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene, dan akhirnya lulus pada tahun 2010. Kemudian melanjutkan sekolah menengah atas di SMAN 1 Majene, Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene dan akhirnya lulus pada tahun 2013. Ditahun yang sama kemudian melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi tepatnya di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Fakultas Sains dan Teknologi pada jurusan Fisika untuk menyelesaikan pendidikan Strata satu (S1). Ditingkat ini penulis mengembangkan bakatnya dalam berorganisasi bergabung dalam organisasi HMJ Fisika sains dibidang keorganisasian dan kaderisasi. Selain dibidang organisasi formal penulis juga aktif mengembangkan dan mengasah kemampuan dalam kegiatan dan perkumpulan yang aktif di bidang sosial kerelawanan salah satunya KPAY-FM (komunitas

67

masa studi penulis di jurusan fisika, penulis juga pernah menjadi asisten laboratorium untuk mata kuliah elektronika, instrumentasi dan metode komputasi fisika. Penulis tidak hentinya bersyukur dengan apa yang telah diraih selama hidupnya, merupakan kebahagian dan kebanggan tersendiri baginya dan keluarga khususnya kedua orang tuanya. Penulis membangun motto hidup “Hidup itu soal kebermanfaatan”, selaras dengan yang pernah diucapkan oleh Chaeril Anwar “Sekali berarti sesudah itu mati”. Maka dari itu penulis berpesan kepada diri pribadi dan para pembaca untuk terus menebar kebermanfaatan, untuk terus menebar harum semerbak hawa positif karena yakin dan percaya senyum akan saling bertautan. Yakinkan semangat itu masih ada !!!

Proses pengeringan tongkol jagung ()

Proses penimbangan

Pembersihan tempurung kelapa

Proses pembakaran Hasil tempurung kelapa Karbonisasi Menggunakan drum

pirolisis

Hasil karbonisasi

Sekam padi Menggunakan drum pirolisis

Hasil karbonisasi Tongkol jagung Menggunakan

drum pirolisis

Karbonisasi menggunakan oven

Hasil karbonisasi menggunakan oven

Hasil karbonisasi menggunakan tanur

Penghalusan tongkol jagung

Penghalusan Tempurung kelapa

Penghalusan Sekam padi

penyayakan menggunakan mesin pengayak

Hasil ayakan dengan ukuran 40 mesh

6. Pencampuran

Hasil penimbangan

Proses pencampuran bahan baku dengan perekat

8. Pengeringan

Alat pengepres manual

Oven di ruang laboratorium Optik

9. Pengujian a. Kuat tekan

Oven di ruang laboratorium kimia analitik

Alat uji kuat tekan

Hasil setelah uji kuat tekan

c. Kadar abu d.

proses pengujian kadar air sampel 1

proses pengujian kadar air sampel 2

proses pengujian kadar abu sampel 1

Hasil pengujian nilai kalor sampel 2

Hasil pengujian nilai kalor sampel 3

Hasil pengujian nilai kalor sampel 4

proses pengujian lama pembakaran perubahan bentuk biobriket

Dokumen terkait