• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini penulis kemukakan hasil–hasil penelitian yang Penulis peroleh. Selanjutnya penulis berikan analisis terhadap hasil-hasil penelitian.

Bab IV Simpulan dan Saran

Dalam bab ini berisi materi kesimpulan dan saran-saran.

Kesimpulan berisi tentang simpulan-simpulan yang penulis

kemukakan terhadap hasil penelitian. Seterusnya saran-saran yang penulis sampaikan terhadap hasil-hasil penelitian yang penulis peroleh.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Pemerintahan Daerah a. Pengertian Pemerintahan Daerah (PEMDA)

Pemerintahan Pusat berdasarkan Ketentuan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah Negara Republik Indonesia sebagai mana dimaksud dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemerintahan Daerah menurut Ketentuan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut Asas Otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

Mengingat Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan memiliki daerah yang sangat luas, Pemerintah Pusat mengadakan alat-alat perlengkapan setempat yang disebarkan ke seluruh wilayah Negara yang terdapat di daerah, ini disebabkan Pemerintah Pusat tidak dapat menangani secara langsung urusan-urusan yang ada di daerah. Namun bukan berarti pemerintah pusat melepaskan tanggung-jawabnya.

Meskipun Pemerintah Daerah terdiri dari Kepala Daerah beserta perangkat daerah lainnya termasuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) tetapi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tidak dapat mencampuri bidang Eksekutif. Eksekutif merupakan wewenang dan tanggungjawab dari Kepala Daerah. Dengan demikian, dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah ada pembagian tugas yang jelas. Kepala Daerah beserta perangkat daerah lainnya memimpin dalam bidang eksekutif dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) bergerak dalam Bidang Legislatif.

Desentralisasi menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah didalam Pasal 1 ayat 7 adalah penyerahan wewenang pemerintahan kepada daerah otonam untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam system Negara Repiblik Republik Indonesia.

Pemerintah Daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah otonom yang sebagai badan eksekutif daerah. Artinya, lembaga eksekutif terdiri dari kepala daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain (HAW Widjaja, 2001: 9).

b. Konsep tentang Pemerintah Daerah

Setelah pemerintah orde baru mengakhiri masa pemerintahannya pada tanggal 20 Mei 1998 melalui suatu gerakan reformasi, kemudian disusul dengan percapatan Pemilu di tahun 1999, UUD 1945 yang selama pemerintahan Orde baru disakralkan dan tidak dapat diubah oleh MPR sekalipun, pada tanggal 19 Oktober 1999 untuk pertama kalinya UUD 1945 dilakukan perubahan oleh MPR. Melalui Sidang Umum MPR tahun 1999 ada sembilan pasal yang diubah yaitu Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13 ayat (2), Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 ayat (2) dan (3), Pasal 20 dan Pasal 21. (MPR, RI. 2003)

Kemudian pada tanggal 18 Agustus 2000, MPR melalui sidang tahunan menyetujui untuk melakukan perubahan kedua terhadap UUD 1945 dengan merubah dan atau menambah Pasal 18, Pasal 18A, Pasal

18B, Pasal 19, Pasal 20 ayat (5), Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 22B, Bab IXA, Pasal 25E, Bab X, Pasal 26 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 27 ayat (3), Bab XA, Pasal 28A-J, Bab XII, Pasal 30, Bab XV, Pasal 36A, Pasal 36B dan Pasal 36C.

Ketentuan di dalam Pasal 18 diubah dan ditambah menjadi berbunyi sebagai berikut :

1) Negara Kesatuan RI dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

2) Pemerintaha daerah propinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

3) Pemerintah daerah propinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki DPRD yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

4) Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kelapa

pemerintahan daerah propinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.

5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah.

6) Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan

peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintah daerah diatur dalam undang-undang.

Pasal 18A :

1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

di atur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.

2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya

alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah di atur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

Pasal 18B :

1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.

2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Ri yang diatur dengan Undang-undang.

Terjadinya amandemen terhadap Pasal 18 UUD 1945, maka penjelasan UUD 1945 yang selama ini “ikut-ikutan” menjadi acuan dalam mengatur pemerintah daerah tidak belaku lagi. Satu-satunya sumber konstitusional pemerintah daerah adalah Pasal 18, Pasal 18A dan pasal 18B. selain meniadakan kerancuan, penghapusan penjelasan Pasal 18 sekaligus juga sebagai penataan tatanan UUD baik dari sejarah pembuatan penjelasan (dibuat kemudian), maupun meniadakan “keganjilan” bahkan “anomali” (Bagir Manan, 2001: 7). Selain tidak lazim UUD memiliki penjelasan, juga selama ini penjelasan di anggap sebagai sumber hukum di samping (bukan sederajat dengan) ketentuan batang tubuh UUD.

Perubahan Pasal 18 (baru) ini dimaksudkan untuk lebih memperjelas pembagian daerah dalam Negara Kesatuan RI yang meliputi daerah provinsi dan dalam daerah provinsi terdapat daerah kabupaten dan kota. Ketentuan Pasal 18 ayat (1) ini mempunyai keterkaitan erat dengan ketentuan Pasal 25A mengenai wilayah Negara Kesatuan RI. Istilah

“dibagi atas” (bukan “terdiri atas”) dalam ketentuan Pasal 18 ayat (1) bukanlah istilah yang digunakan secara kebetulan. Istilah itu langsung menjelaskan bahwa negara kita adalah negara kesatuan di mana kedaulatan negara berada di tangan Pusat. Hal ini konsisten dengan kesepakatan untuk tetap mempertahankan bentuk negara kesatuan. Berbeda dengan istilah “terdiri atas” yang lebih menunjukkan substansi federalisme karena istilah itu menunjukkan letak kedaulatan berada di tangan negara-negara bagian.

Berdasar ketentuan Pasal 18A UUD 1945 itu, Pemerintah daerah bersama DPRD dapat mencabut kembali pertauran-peraturan daerah yang dinilai bermasalah, yang dapat menghambat investasi di daerah. Pemberlakuan perda yang bermasalah dapat menjadi preseden bagi birokrasi pemerintah daerah pada tingkat yang lebih rendah untuk memungut retribusi dan pungutan. Pemerintah pusat perlu membatalkan peraturan daerah-peraturan daerah dan pemerintah daerah sendiri harus mencabut kembali perda-perda yang menghambat investasi

c. Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintah di Daerah

Penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia didalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah didalam pelaksanaannya tidak dapat dilepaskan dari penggunaan asas penyelenggaraan pemerintah di daerah, yaitu :

1) Asas Desentralisasi

Didalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 7 memberikan pengertian desentralisasi sebagai penyerahan wewenang pemerintahan kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka daerah otonom berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Sesuai dengan sistem tata pemerintahan yang ada, yaitu menurut UUD 1945 pada

dasarnya asas desentralisasi adalah pemberian kebebasan untuk mengakibatkan keaktifan daerah dengan mengikutsertakan rakyatnya dalam mengurus dan memajukan daerahnya.

b) Asas Dekonsentrasi

Menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 8

memberikan pengertian dekonsentrasi sebagai berikut :

”Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat di daerah. Perwujudan dari asas ini adalah terbentuknya daerah-daerah pemerintahan atau daerah-daerah jabatan yang disebut dengan daerah administrasi. Sistem ini tidak memerlukan adanya badan-badan perwakilan rakyat daerah, sebab segala kebutuhannya telah diurus oleh pemerintah pusat atau atasannya”.

c) Asas Tugas Pembantuan

Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 9 memberikan definisi tugas pembantuan adalah sebagai penugasan dari pemerintah kepada daerah dan desa dan dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang sertai pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban untuk

melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya

kepada yang menugaskannya.

Agar jalur hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah berjalan dengan baik, maka perlu adanya kesatuan asas dan memiliki kesatuan prinsip dalam penyelenggaraan pemerintah di daerah yaitu :

(1) digunakan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas

pembantuan;

(2) penyelenggaraan asas desentralisasi secara utuh dan bulat dilaksanakan di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota; dan

(3) asas tugas pembantuan dapat dilaksanakan di Daerah Propinsi, Kabupaten dan Kota.

Melihat ketiga prinsip di atas terlihat bahwa khusus untuk daerah kabupaten dan daerah kota, prinsip yang selama ini dijalankan adalah melaksanakan asas desentralisasi yang didampingi dengan pelaksanaan asas dekonsentrasi dalam penyelenggaraan pemerintah di daerah tidak berlaku lagi, karena penyelenggaraan asas desentralisasi didaerah kabupaten dan kota secara bulan dan utuh. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya tumpang tindih kewenangan antara instansi vertical dengan dinas-dinas daerah yang akibatnya pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan menjadi tidak efisien selain itu akan terjadi pemborosan.

Berdasarkan ketiga prinsip di atas, jelas terlihat bahwa Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan di Daerah menghendaki agar daerah kabupaten dan kota yang dibentuk berdasarkan desentralisasi memiliki otonomi yang bulat dan utuh, sehingga berwenang untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri berdasar aspirasi masyarakat. Pada dasarnya semua kewenangan tersebut sudah ada pada daerah kabupaten dan kota, sehingga tidak perlu lagi penyerahan wewenang secara utuh kepada daerah. Daerah dapat menentukan sendiri beberapa fungsi pelayanan bagi masyarakat berdasarkan kebutuhan dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat. Dalam hal ini tidak ada lagi ketergantungan daerah kabupaten dan kota terhadap daerah propinsi atau pemerintah pusat sehingga kemandirian daerah kabupaten dan kota dapat terwujudkan.

Untuk asas dekonsentrasi hanya terdapat pada daerah propinsi, sehingga daerah propinsi selain sebagai daerah otonomi juga merupakan wilayah administrasi yaitu wilayah kerja gubernur selaku wakil pemerintah pusat di daerah.

d. Tujuan Penyelenggaraan Pemerintah di Daerah

Otonomi daerah sebagai salah satu bentuk desentralisasi pemerintahan, pada hakikatnya ditujukan untuk memenuhi kepentingan bangsa secara keseluruhan yaitu upaya untuk lebih mendekati tujuan-tujuan penyelenggaraan pemerintahan untuk mewujudkan cita-cita masyarakat lebih baik yaitu suatu masyarakat yang lebih adil dan makmur. Keberadaan pembangunan di daerah diarahkan untuk memacu pemerataan

pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Disamping itu pembangunan daerah diotoritasikan untuk menggalakkan prakarsa dan peran aktif masyarakat agar bisa meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

Tujuan penyelenggaraan pemerintahan didaerah sama dengan halnya dengan pusat yaitu mewujudkan cita-cita nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, tetapi bila disimak dari pertimbangan perlunya pemerintah daerah terkandung tujuan sebagai berikut:

1) Dari segi politik adalah untuk mengikutsertakan, menyalurkan aspirasi dan inspirasi masyarakat baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk mendukung politik dan kebijaksanaan nasional dalam rangka pembangunan dalam proses demokrasi di lapisan bawah.

2) Dari segi manajemen pemerintah adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat dengan memperluas jenis-jenis pelayanan dalam berbagai bidang kebutuhan masyarakat. 3) Dari segi kemasyarakatan adalah untuk meningkatkan partisipasi serta

menumbuhkan kemandirian masyarakat dengan melakukan usaha pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat semakin mandiri dan

tidak banyak tergantung pada pemberian pemerintah serta daya saing yang kuat dalam proses penumbuhannya.

4) Dari segi ekonomi pembangunan adalah untuk melancarkan

pelaksanaan program pembangunan guna mencapai kesejahteraan masyarakat yang makin meningkat.

e. Cara Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (PEMDA)

Isi dari jiwa yang terkandung dalam Pasal 18 Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 beserta penjelasannya menjadi pedoman dalam penyusunan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dengan pokok-pokok pemikiran sebagai berikut:

1) Sistem Ketatanegaraan Indonesia wajib menjalankan prinsip

pembagian kewenangan berdasarkan cara dekosentrasi dan

desentralisasi serta tugas pembantuan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2) Daerah yang dibentuk berdasarkan cara desentralisasi dan dekosentrasi adalah daerah Propinsi, sedangkan daerah yang dibentuk berdasarkan cara desentralisasi adalah daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Daerah yang dibentuk dengan cara desentralisasi berwenang untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

3) Pembagian Daerah diluar daerah Propinsi dibagi habis kedalam Daerah Otonom. Dengan demikian, wilayah adiministrasi yang berada didalam Daerah Kabupaten dan Daerah Kota dapat dijadikan Daerah Otonom atau dihapus.

4) Kecamatan yang menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor

5 Tahun 1974 sebagai Wilayah Administrasi dalam rangka dekosentrasi menurut Undang-undang ini kedudukannya di ubah menjadi Perangkat Daerah Kabupaten dan perangkat Daerah Kota.

Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan didalam Pasal 19 ayat (2), bahwa penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sedangkan dalam

penyelengaraan pemerintahan daerah, maka Pemerintah Daerah

menggunakan Asas Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan. seperti yang disebutkan didalam Pasal 20 ayat (3) yakni “Dalam menyelenggarakan Pemerintahan Daerah Pemerintahan Daerah menggunakan Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan.

Selanjutnya dalam menyelenggarakan Otonomi Daerah, maka daerah mempunyai hak-hak sebagai berikut:

1) mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya; 2) memilih pimpinan daerah;

3) mengelola aparatur daerah; 4) mengelola kekayaan daerah;

5) memungut pajak daerah dan retribusi daerah;

6) mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah;

7) mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan

8) mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam menyelenggarakan Otonomi Daerah, maka Daerah mempunyai kewajiban seperti yang tercantum dibawah ini:

1) melindungi masyarakat, menjaga persatuan, dan kesatuan dan

kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2) meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;

3) mengembangkan kehidupan demokrasi;

5) meningkatkan pelayanan dasar pendidikan; 6) menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;

7) menyediakan fasilitas social dan fasilitas umum yang layak; 8) mengembangkan sistem jaminan sosial;

9) menyusun perencanaan dan tata ruang daerah; 10)mengembangkan sumber daya produktif di daerah; 11)melestarikan lingkungan hidup;

12)mengelola administrasi kependudukan; 13)melestarikan nilai sosial budaya;

14)membentuk dan menerapkan peraturan perundang–undangan sesuai dengan kewenangannya; dan

15)kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. f. Lembaga Pemerintah Daerah (PEMDA)

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan dalam Pasal 24 yakni: “Bahwa setiap daerah dipimpin oleh Kepala Pemerintah Daerah yang disebut Kepala Daerah. Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi disebut Gubernur, untuk Kabupaten disebut Bupati dan untuk Kota disebut Walikota”.

Kepala Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) dibantu oleh satu orang Wakil Kepala Daerah. Wakil Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk provinsi disebut wakil Gubernur, untuk Kabupaten disebut Wakil Bupati, dan untuk Kota disebut Wakil Walikota.

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan.

g. Tugas Wewenang Pemerintah Daerah (PEMDA)

Tugas dan Wewenang serta Kewajiban Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah sebagai berikut:

Kepala Daerah mempunyai tugas dan wewenang:

1) memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD);

2) mengajukan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA);

3) menetapkan Peraturan Daerah (PERDA) yang telah mendapat

persetjuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD);

4) menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Daerah (PERDA)

tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk dibahas dan ditetapkan bersama;

5) mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah;

6) mewakili daerahnya di dalam dan di luar Pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

7) melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Wakil Kepala Daerah mempunyai tugas:

1) membantu Kepala Daerah dalam menyelenggarakan Pemerintahan

Daerah;

2) membantu Kepala Daerah dalam mengkoordinasikan kegiatan instansi

vertikal di daerah, menindaklanjuti laporan dan / atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan, melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup;

3) memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan

diwilayah Kecamatan, Kelurahan dan / atau Desa bagi Wakil Kepala Daerah Kabupaten / Kota;

4) memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Daerah dalam penyelenggaraan kegiatan Pemerintah Daerah;

5) melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang

diberikan oleh Kepala Daerah; dan

6) melaksanakan tugas dan wewenang Kepala Daerah apabila kepala daerah berhalangan.

2. Tinjauan Tentang Otonomi Daerah

Otonomi Daerah merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang– undangan. Daerah Otonom merupakan daerah yang mempunyai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas–batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Marbun, 1983:52).

Penyelenggara Pemerintah Daerah adalah pemerintah dan DPRD.

a. Penyelenggaraan Pemerintahan berpedoman pada Asas Umum

Penyelenggaraan Negara yang terdiri dari: 1) asas kepastian hukum;

2) asas tertib penyelenggaraan Negara;

3) asas kepentingan umum;

4) asas keterbukaan; 5) asas proporsionalitas; 6) asas profesionalitas; 7) asas akuntabilitas; 8) asas efisiensi; dan 9) asas efektifitas.

b. Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak: 1) mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;

2) memilih pemimpin;

3) mengelola aparatur Negara; 4) mengelola kekayaan Negara;

5) memungut pajak daerah dan retribusi daerah;

6) mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah;

7) mendapatkan sumber–sumber pendapatan lain yang sah; dan

8) mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang– undangan.

c. Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban:

1) melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2) meningkatklan kualitas kehidupan masyarakat;

3) mengembangkan kehidupan demokrasi;

4) mewujudkan keadilan dan pemerataan; 5) meningkatkan pelayanan dasar pendidikan; 6) menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;

7) menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak; 8) mengembangkan sistem jaminan sosial;

9) menyusun perencanaan dan tata ruang daerah; 10)mengembangkan sumber daya produktif di daerah; 11)melestarikan lingkunga hidup;

12)mengelola administrasi kependudukan; 13)melestarikan nilai sosial budaya;

14)membentuk dan menerapkan peraturan perundang–undangan sesuai dengan kewenangannya; dan

15)kewajiban lain yang diatur dalam perundang–undangan. 3. Tinjauan Tentang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Pemerintah Daerah bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai Badan Badan Legislatif Daerah berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari pemerintah daerah. Konstruksi yang demikian ini menjamin adanya kerja sama yang serasi antara kepala daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk mencapai tertib pemerintahan di daerah. Dengan demikian, maka dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, ada pembagian tugas yang jelas dan dalam kedudukan yang sama tinggi antara kepala daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yaitu kepala daerah memimpin di bidang eksekutif dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bergerak dalam bidang legislative (Marbun, 2005, Hal 62). a. Fungsi dan Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Secara sepintas struktur Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tidak berbeda dengan struktur Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Pusat karena di dalam strukturnya terdapat anggota, komisi – komisi dan panitia-panitia. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai Lembaga Perwakilan Rakyat di Daerah merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila. anggota dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) seperti halnya Anggota yang diangkat mewakili TNI / POLRI, sedangkan anggota yang dipilih mewakili partai politik (PARPOL). Perwakilan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) maupun di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah perwakilan politik yang langsung mewakili rakyat hasil dari Pemilihan Umum (PEMILU).

Lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah perwujudan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan merupakan konsekuensi Negara Indonesia yang menggunakan sistem pemerintahan demokrasi secara perwakilan sehingga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah Lembaga Perwakilan Rakyat di Daerah.

Pada saat berlakunya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dimasukkan ke dalam lingkup Pemerintahan Daerah setelah berlakunya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), serta Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang selanjutnya di ubah menjadi Undang-undang republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) bukan lagi sebagai unsur Pemerintahan Daerah, akan tetapi merupakan Lembaga Legislatif Daerah yang terpisah dari Pemerintahan Daerah.

Didalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa pengertian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 4 adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

Dokumen terkait