• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diperoleh dari pengukuran berat badan dan tinggi badan murid PG dan TK A pada 30 orang di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah serta kuesioner yang dibagikan kepada Ibu setiap murid yang telah diukur berat badan dan tinggi badannya untuk diisi di rumah. Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan serta hasil kuesioner akan dianalisa, sehingga dapat disajikan hasil penelitian sebagai berikut ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA) yang berlokasi di jalan Setia Budi No. 191 / Jl. Kemuning No.8 Kecamatan Medan Sunggal, Medan, Indonesia. YPSA adalah sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang Pendidikan dari PG (Play Group), Taman Kanak- kanan (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

YPSA merupakan sekolah "Islamic Full Day School" yang pertama di Kurikulum yang dipakai merupakan paduan antara Departemen pendidikan nasional (Depdiknas), Departemen agama (Depag), dan kurikulum lokal, sehingga anak didik memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan pendidikan yang ada di sekolah umum maupun agama. YPSA didirikan pada tanggal 20 Desember 1997 dan dibangun di atas tanah seluas 3,5 Ha dengan lingkungan yang asri dan mudah terjangkau kendaraan umum.

Sarana dan prasarana yang ada di YPSA meliputi gedung kantor, ruang belajar full AC, masjid, ruang multiguna, laboratorium komputer, bahasa, matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), perpustakaan, ruang audiovisual, sarana olahraga dan seni indoor dan outdoor, ruang bermain Indoor dan Outdoor, studio music, ruang makan siswa, klub sepak bola, klinik pemeriksaan kesehatan “ Mitra Bunda “, konsultasi psikolog, kantin sekolah” Almaidah “, supermarket

Qraz, kebun bunga “Florien” dan pembibitan, outbond dan homestay, bus antarjemput, asuransi kecelakan dan lingkungan yang islami, nyaman, dan aman.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden di dalam penelitian ini meliputi seluruh murid PG dan TK-A di YPSA yang berjumlah 30 orang beserta orang tua mereka masing-masing. Dari keseluruhan responden yang ada, akan diperoleh karakteristik yang meliputi jenis kelamin murid, berat badan lahir murid, pendidikan terakhir orang tua murid tersebut, durasi pemberian ASI dan status BMI murid. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel berikut di bawah ini.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) %

Laki-laki 13 43.3

Perempuan 17 56.7

Total 30 100

Pada tabel 5.1 di atas ditunjukkan bahwa mayoritas jenis kelamin pada penelitian ini adalah perempuan, yaitu sebanyak 17 orang (56.7%) diikuti dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 13 orang (43.3%).

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Badan Lahir Murid

Berat Badan Lahir f (Frekuensi) %

≤2500 gram 2 6.7

2500-3999 gram 27 90

≥4000 gram 1 3.3

Karakteristik responden berdasarkan berat badan lahirnya dibagi menjadi 3 kelompok yaitu ≤2500 gram, 2500 -3999 gram dan ≥ 4000 gram. Didapatkan bahwa berat badan lahir paling banyak adalah pada kelompok 2500-3999 gram yaitu sebanyak 27 orang (90 %), diikuti oleh kelompok berat badan lahir ≤ 2500 gram sebanyak 2 orang (6.7 %) dan kemudian berat badan lahir ≥ 4000 gram sebanyak 1 orang (3.3 %).

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Orang Tua Murid

Pendidikan Terakhir Ibu f (Frekuensi) %

SMP 1 3.3 SMA 5 16.7 S1 22 73.3 S2 1 3.3 Diploma 1 3.3 Total 30 100

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir orang tua murid didapatkan bahwa kebanyakan orang tua siswa adalah tamatan S1 yaitu sebanyak 22 orang (73.3 %) dan tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah pada tingkat SMP, S2 dan diploma yaitu masing-masing sebanyak 1 orang (3.3%).

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Durasi Pemberian ASI

Durasi Pemberian ASI f (Frekuensi) %

Lahir-3 Bulan 10 33.3 4 - 6 Bulan 6 20 7 - 9 Bulan 5 16.7 ≥10 Bulan 8 26.7 Tidak Ada 1 3.3 Total 30 100

Dari tabel di atas, durasi pemberian ASI terbanyak adalah pada kelompok lama pemberian ASI lahir sampai 3 bulan, yaitu sebanyak 10 orang (33.3%), diikut i oleh kelompok ≥10 bulan yaitu sebanyak 8 orang (26.7 %) dan hanya 1 orang (3.3 %) yang tidak memberikan ASI pada anaknya.

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Status BMI Murid

Status BMI f (Frekuensi) %

Underweight 4 13.3

Normal Weight 11 36.7

Overweight 5 16.7

Obese 10 33.3

Total 30 100

Tabel distribusi karakteristik responden berdasarkan status BMI murid didapatkan bahwa mayoritas berada pada status BMI normal weight, yaitu sebanyak 11 orang (36.7 %), anak yang obese sebanyak 10 orang (33.3 %), anak yang mengalami overweight sebanyak 5 orang (16.7 %) dan anak yang

underweight sejumlah 4 orang (13.3 %).

5.1.3 Hasil Analisa Data

a. Pengaruh Durasi Pemberian ASI dengan Kejadian Obesitas pada Murid PG dan TK A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2010

Berikut ini akan dihubungkan antara durasi pemberian ASI dengan kejadian obesitas pada murid PG dan TK-A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2010.

Tabel 5.6

Pengaruh Durasi Pemberian ASI dengan Kejadian Obesitas pada Murid PG dan TK A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2010

Lama ASI

Lahir-3

Bulan 4-6 Bulan 7-9 Bulan ≥10 Bulan Tidak Ada

Status BMI f % f % f % f % f % Underweight 0 0 0 0 1 3.3 3 10 0 0 Normal Weight 1 3.3 3 10 4 13.3 3 10 0 0 Overweight 3 10 0 0 0 0 1 3.3 1 3.3 Obese 6 20 3 10 0 0 1 3.3 0 0 Total 10 33.3 6 20 5 16.7 8 26.7 1 3.3 x2= 23,922 df = 12 p = 0.021

Dari tabel 5.6 yang menghubungkan antara pengaruh durasi pemberian ASI dengan kejadian obesitas menunjukkan bahwa murid dengan status BMI

obese paling banyak ditemukan pada kelompok durasi pemberian ASI lahir sampai 3 bulan yaitu sebanyak 6 orang (20%), diikuti selanjutnya oleh kelompok pemberian ASI 4 sampai 6 bulan dengan murid yang obese adalah sebanyak 3 orang (10%) dan pada kelompok pemberian ASI ≥10 bulan ditemukan 1 murid (3.3%) yang mengalami obese.

b. Pengaruh Tingkat Pendidikan Akhir Ibu dengan Kejadian Obesitas pada Murid PG dan TK A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah tahun 2010

Berikut ini akan dihubungkan antara pengaruh tingkat pendidikan akhir ibu dengan kejadian obesitas pada murid PG dan TK-A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah tahun 2010.

Tabel 5.7

Pengaruh Tingkat Pendidikan Akhir Ibu dengan Kejadian Obesitas pada Murid PG dan TK A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah tahun

2010

Status Pendidikan Ibu

SMP SMA S1 S2 Diploma Status BMI f % f % f % f % f % Underweight 0 0 0 0 4 13.3 0 0 0 0 Normal Weight 1 3.3 1 3.3 9 30 0 0 0 0 Overweight 0 0 2 6.7 3 10 0 0 0 0 Obese 0 0 2 6.7 6 20 1 3.3 1 3.3 Total 1 3.3 5 16.7 22 73.3 1 3.3 1 3.3 x2 = 9.332 df = 12 p = 0.674

Pada tabel 5.7 yang menghubungkan antara pengaruh tingkat pendidikan akhir ibu dengan kejadian obesitas menunjukkan kejadian obesitas paling banyak terjadi pada tingkat pendidikan S1, yaitu sebanyak 6 orang (20%), diikuti sebanyak 2 orang (6.7%) pada tingkat pendidikan SMA, masing-masing 1 orang (3.3%) pada tingkat pendidikan S2 dan diploma, sedangkan tidak ditemukan anak yang mengalami obesitas pada tingkat pendidikan SMP.

c. Pengaruh Berat Badan Lahir Anak dengan Kejadian Obesitas pada Murid PG dan TK A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah tahun 2010

Berikut ini akan dihubungkan antara pengaruh berat badan lahir dengan kejadian obesitas pada murid PG dan TK-A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah tahun 2010.

Tabel 5.8

Pengaruh Berat Badan Lahir Anak dengan Kejadian Obesitas pada Murid PG dan TK A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah tahun 2010

Berat Badan Lahir

≤2500 gram 2500-3999 gram ≥4000 gram

Status BMI F % f % f % Underweight 0 0 4 13.3 0 0 Normal Weight 1 3.3 10 3.3 0 0 Overweight 0 0 4 13.3 1 3.3 Obese 1 3.3 9 30 0 0 Total 2 6.7 27 90 1 3.3 x2 = 5.965 df = 6 p = 0.427

Pada tabel 5.8 yang menghubungkan antara pengaruh berat badan lahir anak dengan kejadian obesitas menunjukkan kejadian obesitas paling banyak terjadi pada kelompok berat badan lahir 2500-3999 gram, yaitu sebanyak 9 orang (30%), diikuti oleh kelompok berat badan lahir ≤2500 gram sebanyak 1 orang (3.3 %),sedangkan pada kelompok berat badan lahir ≥4000 gram tidak ditemukan anak yang mengalami obesitas.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada murid PG dan TK A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah tahun 2010 diperoleh data melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan murid serta kuesioner yang dibagikan kepada orang tua murid. Data tersebut dijadikan dasar dalam melakukan pembahasan dan dijabarkan sebagai berikut.

5.2.1 Pengaruh Durasi Pemberian ASI dengan Kejadian Obesitas pada Murid PG dan TK A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2010

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa sebagian besar murid yang mengalami obesitas adalah murid yang berada pada kelompok durasi pemberian ASI lahir sampai 3 bulan yaitu sebanyak 6 orang (20%), diikuti selanjutnya oleh

kelompok pemberian ASI 4 sampai 6 bulan dengan murid yang obese adalah sebanyak 3 orang (10%) dan pada kelompok pemberian ASI ≥10 bulan ditemukan 1 murid (3.3%) yang mengalami obese.

Setelah dilakukan uji analisis statistik dengan Pearson Chi Square antara durasi pemberian ASI dengan kejadian obesitas diperoleh nilai p ≤ 0.05 (p = 0.021) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara durasi pemberian ASI dengan kejadian obesitas.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Von Kries R,et al

(1999) tentang Breast feeding and obesity, hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa prevalensi anak yang mengalami obesitas pada anak yang tidak pernah diberi ASI adalah sebanyak 4.5% dibandingkan dengan anak yang diberikan ASI.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Grummer-Strawn LM, Mei ZG ( 2004) menyatakan bahwa durasi pemberian ASI mempunyai hubungan dose- response, yaitu semakin lama durasi pemberian ASI maka semakin rendah resiko obesitas pada anak, mereka tidak menemukan efek protektif terhadap obesitas pada kelompok pemberian ASI dengan durasi yang pendek, yaitu <3 bulan.

5.2.2 Pengaruh Tingkat Pendidikan Akhir Ibu dengan Kejadian Obesitas pada Murid PG dan TK A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah tahun 2010

Berdasarkan pada tabel 5.7 yang menghubungkan antara pengaruh tingkat pendidikan akhir ibu dengan kejadian obesitas di atas ditunjukkan kejadian obesitas paling banyak terjadi pada tingkat pendidikan S1, yaitu sebanyak 6 orang (20%), diikuti sebanyak 2 orang (6.7%) pada tingkat pendidikan SMA, masing-masing 1 orang (3.3%) pada tingkat pendidikan S2 dan diploma, namun anak yang normal weight juga paling tinggi ditemukan pada tingkat pendidikan akhir S1 yaitu sebanyak 9 orang (30%). Tingkat pendidikan akhir ibu dikaitkan dengan status sosial ekonomi.

Setelah dilakukan uji analisis statistik dengan Pearson Chi Square antara pengaruh tingkat pendidikan akhir ibu dengan kejadian obesitas diperoleh nilai p ≥ 0.05 (p = 0.674) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang

bermakna secara statistik antara kejadian obesitas dengan tingkat pendidikan ibu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh CL Araujo, CG Victora, PC Hallal and DP Gigante (2005) bahwa tingkat pendidikan yang semakin tinggi (≥10 tahun) dikatakan tidak berhubungan dengan obesitas.

Menurut Elsie (2006) bahwa pemberian ASI oleh ibu yang berasal dari sosial ekonomi tinggi ditemukan lebih lama dan tingkat kejadian obesitas pada anak ditemukan rendah, hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya pengetahuan ibu terhadap manfaat ASI. Namun, pada ibu yang berasal ekonomi tinggi juga bisa ditemukan durasi pemberian ASI yang singkat karena kebanyakan ibu tersebut sibuk bekerja dan mengalami kesulitan dalam memberikan ASI kepada anaknya.

5.2.3 Pengaruh Berat Badan Lahir Anak dengan Kejadian Obesitas pada Murid PG dan TK A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah tahun 2010

Berdasarkan pada tabel 5.8 yang menghubungkan antara pengaruh berat badan lahir anak dengan kejadian obesitas menunjukkan kejadian obesitas paling banyak terjadi pada kelompok berat badan lahir 2500-3999 gram, yaitu sebanyak 9 orang (30%), dan kelompok berat badan lahir ≤2 500 gram sebanyak 1 orang (3.3 %).

Setelah dilakukan uji analisis statistik dengan Pearson Chi Square antara pengaruh berat badan lahir anak dengan kejadian obesitas diperoleh nilai p≥ 0.05 (p = 0.427) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara berat badan lahir anak dengan kejadian obesitas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Von Kries R, et al (1999) yaitu didapatkan bahwa berat badan lahir anak dikatakan tidak berhubungan dengan obesitas. Berat badan lahir tidak mempengaruhi kejadian obesitas pada anak di kemudian hari mungkin oleh karena gaya hidup dan aktivitas fisik anaklah yang lebih mempengaruhi kejadian obesitas.

Von Kries R, et al (1999) menyatakan bahwa efek protektif dari pemberian ASI terhadap obesitas lebih disebabkan oleh komposisi ASI. Menurut

Armstrong J, et al (2002) pemberian ASI mungkin memberikan efek protektif terhadap obesitas dari beberapa mekanisme, namun bukti yang diperoleh masih tidak jelas dan perlu penelitian lebih pasti tentang efek ini.

Berat badan lahir anak yang besar dan berat badan lahir anak yang kecil tidak menentukan apakah anak tersebut akan mengalami obesitas atau tidak di kemudian hari, hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti pola makan, aktivitas fisik dan kebiasaan-kebiasaan hidup dalam keluarga anak tersebut.

Dokumen terkait