• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar guru sebagai fasilitator siswa belajar harus memiliki strategi yang efektif dan efisien, agar dapat mengoptimalkan kualitas pembelajaran. Salah satu cara untuk satu cara untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar.

Metode dan teknik pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran. Metode pengajaran dipilih berdasarkan dari atau dengan pertimbangan jenis strategi pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena metode merupakan bagian yang integral dengan sistem pengajaran maka perwujudannya tidak dapat dilepaskan dengan komponen sistem pengajaran lain.

Pengertian metode secara lebih jelas dapat dipaparkan melalui berbagai pendapat berikut:

a. Menurut Surakhmad (1994 : 95), metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin baik metode itu, maka makin efektif pula pencapaian tujuan.

b. Menurut P Andie (1984 : 71), metode adalah cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan.

c. Menurut Ardiwinata (1986 : 90), metode adalah cara yang berfungsi untuk mencapai tujuan.

Dalam ketiga definisi metode tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara yang dipakai untuk mencapai tujuan, serta suatu ilmu dalam merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.

Lebih lanjut Surakhmad (1994 : 95) menyatakan, bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu penerapan metode, yaitu:

a. Murid, pelajar atau penatar (yang berbagai tingkat kematangannya). b. Tujuan (Yang berbagi jenis dan fungsi)

c. Situasi (yang berbagi keadaan)

d. Fasilitas (yang berbagai kualitas dan kuantitasnya)

e. Pengajar, penatar, atau guru (yang pribadi serta kemampuan prosfesinya berbeda-beda).

Menurut Bloom et al proses kegiatan pembelajaran mengacu pada tiga domain, yaitu : (Suparno, 2001:6)

a. Domain kognitif; memiliki enam level; secara berturut dari level yang paling rendah adalah:

1) Mengetahui ; mengingat fakta, kata-kata, istilah, konsep, prinsip, aturan dan sebagainya.

2) Memahami; menafsirkan sesuatu, mengungkapkan dalam bentuk lain, menyatakan dengan kata-kata sendiri, menduga sesuatu berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.

3) Menerapkan; menggunakan apa yang dipelajari dalam situasi baru. 4) Menganalisis, menguraikan suatu keseluruhan dalam

bagian-bagian serta menghubungkan antara bagian-bagian-bagian-bagian itu.

5) Mensintesis; menghubungkan bagian-bagian dan secara kreatif membentuk sesuatu yang baru.

6) Mengevaluasi; menggunakan kriteria untuk menilai sesuatu.

b. Domain psikomotor; ada lima level, secara berturut dari yang paling rendah adalah sebagai berikut:

1) Melakukan gerakan fisik, misalnya berjalan, berlari, meniru. 2) Menunjukan kemampuan perseptual secara visual, auditif,

kinestetik, serta mengkoordinasi seluruhnya.

3) Memperlihatkan kemampuan fisik yang mengandung ketahanan kekuatan, kelenturan, luwes, kelincahan, kecepatan reaksi.

4) Melakukan kegiatan yangn terampil serta terkoordinasi dalam permainan, simulasi, kesenian, atau olah raga.

5) Mengadakan komunikasi non verbal, yakni dapat menyampaikan pesan melalui gerakan muka, tangan,penampilan, ekspresi kreatif. c. Domain afektif; berkenaan dengan kesadaran perasaan, dan penilaian

akan sesuatu, ada lima level, secara berturut dari yang paling rendah adalah sebagai berikut:

1) Menerima/memperhatikan; menunjukan minat, sadar akan adanya kondisi, situasi, atau masalah tertentu; kesediaan mendengarkan nasehat, menghadiri,

2) Merespon; memberi reaksi terhadap situasi, kondisi, kegiatan sambil menunjukkan rasa puas.

3) Menghargai; menerima suatu nilai, mengutamakannya, bahkan menaruh komitmen terhadap nilai itu, karena percaya atas kebaikan nilai itu.

4) Mengorganisasi nilai; mengkonsep-sualisasi dan mensistematisasi dalam pikiran.

5) Mengkarakterisasi nilai-nilai; menginter-nalisasi, menjadikannya bagian dari diri-pribadinya sebagai pandangan hidup.

Terkait dengan metode dan model pembelajaran Bloom menyatakan apapun metode dan model pembelajaran yang kita pilih perlu diselaraskan pada tujuan pembelajaran dan jenis kompetensi yang diharapkan siswa (Suparno, 2001 : 6). Namun, demikian terdapat beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh

pihak pendidik dalam rangka penerapan suatu metode dan model pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

d. Menerapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik penyempurnaan sistem instruksi yang bersangkutan.

2. Metode Index Card Macth

a. Definisi Metode Index Card Macth

Menurut Yasin (2008 : 184), yang dimaksud dengan metode index card match (mencari pasangan jawaban) adalah suatu cara yang

menemukan jawaban yang cocok dengan pertanyaan yang sudah disiapkan.

Sedang menurut Siberman (2009 : 250), metode index card match adalah cara aktif dan menyenangkan untuk memantau ulang

materi pelajaran. Cara ini memungkinkan siswa untuk berpasangan dan memberi pertanyaan kuis kepada temanya. Hampir senada, Zaini (2008 : 32) juga mendefiisikan metode index card match (Mencari Pasangan) sebagai strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.

Lebih lanjut Yasin (2008 : 184) menyatakan bahwa metode

index card match merupakan suatu strategi pembelajaran yang

menggunakan kartu, dimana kartu tersebut berisi soal dan sekaligus jawabanya. Untuk penggunaanya, kartu tersebut dibagikan kepada seluruh siswa dan siswa berfikir sejenak apa yang cocok untuk jawaban pertanyaan yang ada di kartu tersebut dan mencari jawabannya di kartu lainnya. Keadaan ini menggambarkan bahwa kegiatan proses belajar mengajar di kelas tidak hanya berupa penyajian informasi saja, siswa datang duduk dan mendengarkan, tapi siswa juga ikut berperan aktif dalam berlangsungnya proses belajar

mengajar. Proses pembelajaran semacam ini tidak harus di dalam kelas, bisa juga diluar kelas agar peserta didik tidak harus di dalam kelas, bisa juga diluar kelas agar peserta didik tidak merasa bosan sebab penyakit yang banyak diderita peserta didik selama mengikuti pelajaran adalah kejenuhan.

Strategi index card match merupaan strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas, mereka sudah memilki bekal pengetahuan (Yasin, 2008: 184)

b. Langkah-langkah Penerapan Metode Index Card Match

Menurut Zaini (2008: 32) terdapat beberapa langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pihak guru terkait dengan penerapan metode ini, yaitu:

1) Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada dalam kelas.

2) Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama. 3) Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya

pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.

4) Pada separuh kertas lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tadi dibuat.

5) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara kartu soal dan kartu jawaban.

6) Beri setiap peserta didik satu kertas/kartu. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh peserta didik akan mendapatkan soal dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.

7) Minta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.

8) Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain.

9) Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Index Card Match

1) Kelebihan Penerapan Metode Index Card Match

Metode Index Card Match tidak hanya digunakan dalam mata pelajaran- mata pelajaran tertentu saja, namun metode ini juga

dapat diterapkan sebagai metode pembelajaran dalam mata pelajaran Al- Qur’an.

Kelebihan dari penerapan strategi Index Card Match, yaitu bahwa strategi ini dianggap sebagai salah satu strategi atau metode pembelajaran yang menyenangkan, sebab melalui penerapan strategi ini akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, karena di dalam strategi ini terdapat education games, dalam artian suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat merupakan cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik. Permainan edukatif bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, berpikir, serta bergaul dengan lingkungan, atau bermanfaat untuk menguatkan dan menerampilkan anggota badan si anak, mengembangkan kepribadian, mendekatkan hubungan antara pendidik dengan peserta didik, kemudian menyalurkan kegiatan peserta didik, dan sebagainya (Yasin, 2008:184).

Pada dasarnya masa anak sekolah dasar adalah masa bermain, anak memperoleh pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan perkembangan fisik. Melalui kegiatan bermain dalam strategi index card matc, maka proses pembelajaran tidak menjenuhkan, dan pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien serta menyenangkan, sehingga peserta didik dengan sendirinya termotivasi untuk selalu belajar (Yasin, 2008:184).

2) Kekurangan Penerapan Metode Index Card Match

Menurut Agus Sujarwo (2010), penggunaan metode tentunya juga perlu manajemen waktu yang tepat khususnya saat digunakan pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak. Guru juga harus siap dengan soal yang bervariatif. Pembacaan soal dan jawaban yang dilakukan oleh tiap-tiap pasangan jika jumlah siswa banyak akan memakan waktu tidak sedikit, disamping itu berpotensi mengakibatkan kebosanan pada siswa. Metode ini terkendala dilakukan jika jumlah siap tidak genap. Namun demikian dengan modifikasi dan menyesuaikan dengan kondisi siswa dan materi pelajaran yang ada metode ini tetap menarik untuk diterapkan.

Dokumen terkait