• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Hasil Penelitian

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan normal atau tidak (Priyatno, 2010). Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program SPSS versi 18. Jika nilai p > 0,05 maka data yang diperoleh memiliki sebaran yang normal.

Tabel. 9

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk

Berdasarkan tabel 9 tersebut dapat diketahui bahwa sebaran data dalam penelitian ini memiliki distribusi normal. Hal ini dapat dilihat nilai p pada skala kepuasan kerja (efektif) sebesar 0,200 dan 0,176 (tidak efektif).

b. Uji Homogenitas

Dari data penelitian ini dapat diketahui bahwa signifikansi uji homogenitas sebesar 0,031. Hasil ini didapatkan dengan menggunakan fasilitas dari program SPSS 18 dan dapat dilihat dari outputLevene’s Test

for Equality of Variances. Dalam uji homogenitas jika signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data kepuasan kerja berdasarkan efektivitas kepemimpinan situasional mempunyai varian yang berbeda atau tidak homogen.

2. Uji Hipotesis

a. Skor Efektivitas Kepemimpinan Situasional 1) Perilaku Pemimpin

Perilaku pemimpin dalam kepemimpinan situasional dapat ditentukan dengan melihat skor perilaku tugas dan skor perilaku kepemimpinan

situasional

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skortotal

dimension1

tidak efektif .110 50 .176 .948 50 .028

hubungan. Kemudian dibuat grafik yang memuat kategori-kategori gaya kepemimpinan situasional, yaitu telling (G1), selling (G2),

participating (G3), dan delegating (G4). Telling (G1) merupakan gaya kepemimpinan yang mengharuskan seorang pemimpin untuk selalu menerapkan perilaku tugas yang tinggi dan perilaku hubungan rendah dengan bawahan. Selling (G2) merupakan gaya kepemimpinan yang melibatkan perilaku tugas dan hubungan yang tinggi antara atasan dengan bawahan. Participating (G3) merupakan gaya kepemimpinan yang mengharuskan seorang pemimpin melibatkan perilaku hubungan yang tinggi dan perilaku tugas rendah terhadap bawahannya.

Delegating (G4) merupakan gaya kepemimpinan yang rendah hubungan maupun tugas sehingga pemimpin memberikan kebebasan terhadap bawahannya.

Setelah membuat grafik yang membagi 4 kuadran berupa G1, G2, G3, dan G4 dengan nilai tengah 22,5 pada sumbu X dan Y, kemudian skor total dari skala perilaku tugas dimasukkan ke dalam sumbu X dan skor total dari skala perilaku hubungan dimasukkan pada sumbu Y. kemudian dari sumbu X dan Y ditarik garis sehingga bertemu pada suatu titik. Titik pertemuan itulah yang merupakan gaya pemimpin dalam kepemimpinan situasional. Dari hasil analisis ditemukan bahwa gaya pemimpin dalam kepemimpinan situasional hampir sebagian besar berada pada G3, yaitu pemimpin menerapkan

gaya kepemimpinan yang melibatkan perilaku hubungan yang tinggi dan perilaku tugas rendah.

2) Kematangan Karyawan

Dalam menentukan kematangan karyawan, dapat ditentukan dengan membuat range kategori pada skala kematangan pekerjaan dan psikologis (M). M1 merupakan karyawan yang tidak mampu dan tidak mau memikul tanggung jawab dalam tugas-tugasnya (6-15). M2 merupakan karyawan yang tidak mampu tetapi mau memikul tanggung jawab dalam tugas-tugasnya (16-27). M3 merupakan karyawan yang mampu tetapi tidak mau memikul tanggung jawab dalam tugas-tugasnya (28-39). M4 merupakan karyawan yang sudah memiliki kemampuan dan kemauan dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai karyawan (40-48).

Kemudian setelah mengetahui range kategori M1, M2, M3, dan M4, skor dari skala kematangan pekerjaan dan psikologis dapat dijumlah dan dimasukkan dalam kategori yang sesuai. Setelah mendapatkan hasilnya, ternyata sebagian besar dari kematangan pekerjaan dan psikologis karyawan masuk ke dalam kategori M4 (40-48), yang berarti karyawan memiliki kemampuan dan mau memikul tanggung jawab pekerjaannya.

Gambar. 3

Level Kematangan Karyawan Matang

TINGGI SEDANG RENDAH

M4 M3 M2 M1

Tidak matang 3) Efektivitas Kepemimpinan Situasional

Berdasarkan hasil skoring dari skala perilaku hubungan, perilaku tugas, serta skala kematangan pekerjaan dan psikologis, kemudian dilakukan penyesuaian hasil (kategori) pada skala perilaku hubungan dan perilaku tugas dengan skala kematangan pekerjaan dan psikologis. Jika hasil penyesuaian tersebut sama (sesuai), maka skor yang didapatkan adalah 1. Sedangkan jika hasil penyesuaian tidak sama (tidak sesuai), maka skor yang didapatkan adalah 0.

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa jumlah subjek yang memiliki kesesuaian antara skala kematangan pekerjaan dan psikologis dengan skala perilaku hubungan dan tugas sebanyak 34 subjek (40,48%). Sedangkan sisanya yang berjumlah 50 (59,52%) tidak memiliki kesesuaian antara skor kematangan pekerjaan dan psikologis dengan skor skala perilaku tugas dan hubungan.

b. Uji Independent Sample T-Test

Analisis data untuk uji beda antara variabel kepuasan kerja dan efektivitas kepemimpinan situasional menggunakan Uji Independent

Sample T-Test dari program SPSS 18. Skor kepemimpinan situasional merupakan hasil kesesuaian antara skor skala kematangan pekerjaan dan psikologis (M) dengan skor skala perilaku hubungan dan tugas (G). Dalam melakukan uji t, ada syarat yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu data yang diperoleh dari uji normalitas harus menghasilkan distribusi yang normal (Agung, 2010). Dari uji normalitas menggunakan

Kolmogorov-Smirnov, dihasilkan skor normalitas untuk kepuasan kerja karyawan yang efektif dan yang tidak efektif dalam gaya kepemimpinan situasional yaitu sebesar 0,200 dan 0,176. Dari uji normalitas tersebut dapat dinyatakan bahwa data dalam penelitian yang memiliki variabel kepuasan kerja dan kepemimpinan situasional berdistribusi normal (>0,05).

Tabel. 10.

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Differenc e Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper

skortotal Equal variances assumed

4.793 .031 -.266 82 .791 -.598 2.246 -5.066 3.870

Equal variances not assumed

-.254 59.621 .800 -.598 2.350 -5.298 4.103

Berdasarkan hasil dari uji homogenitas terlihat bahwa output data menunjukkan varian dari dua kelompok yang tidak sama (tidak

homogen) karena nilai signifikansinya 0,031 (<0,05). Maka dari itu, dilakukan uji analisis Independent Samples T-Test menggunakan nilai yang Equal variances not assumed. Hasil analisis Uji Independent Samples T-Test antara kepuasan kerja dengan gaya kepemimpinan situasional menunjukkan t hitung sebesar -.254 dengan p sebesar 0,800.

Kesimpulan dari hasil analisis Independent Samples T-Test adalah Ho diterima karena p > 0,05 atau 0,800> 0,05. Dari hasil tersebut maka tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kepuasan kerja karyawan, baik yang memiliki gaya kepemimpinan situasional yang efektif ataupun yang tidak efektif. Hal ini bisa juga dilihat dalam nilai

mean kepuasan kerja karyawan, baik yang memiliki kesesuaian (64,88) ataupun ketidaksesuaian (65,48) gaya kepemimpinan situasional menunjukkan nilai mean yang tinggi, artinya kedua kelompok (efektif dan tidak efektif) sama-sama memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Dengan kata lain tidak ada perbedaan kepuasan kerja karyawan berdasarkan efektivitas gaya kepemimpinan situasional.

Dokumen terkait