• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian bahwa kinerja merupakan proses sistematik untuk menilai segenap perilaku kerja dalam kurun waktu tertentu yang akan menjadi dasar penetapan kebijakan dan pengembangan. Kinerja juga diartikan sebagai prestasi kerja yang dapat dicapai oleh seseorang. Prestasi kerja atau kinerja merupakan hasil akhir dari suatu aktifitas yang telah dilakukan seseorang untuk meraih suatu tujuan.Kinerja seorang guru menggambarkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas-tugas keguruannya mulai dari proses pembelajaran di dalam kelas. membimbing siswa, memberikan motifasi kepada siswa, menyelesaikan administrasi sekolah dan sebagainya.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi guru-guru non penjasorkes terhadap kinerja guru penjasorkes di SMP Negeri 2 Batangan dan di 3 sekolah Mts se-Kecamatan Batangan Kabupaten Pati, pada bidang studi penjasorkes.

Kinerja yang diukur dalam penelitian ini meliputi empat fokus yaitu kompetensi profesional guru,kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik dan kompetensi sosial guru. Terdapat 2 (dua) analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisa deskriptif persentase dan analisa kualitatif. Berikut ini adalah hasil analisis dan dari hasil penelitian yang telah dilakukan :

4.2. Diskriptif Responden Penelitian

Responden penelitian ini adalah adalah guru-guru non penjasorkes yang berada di SMP Negeri 2 dan tiga MTs se-Kecamatan Batangan Kabupaten Pati,Tahun 2008/2009 sebanyak 71 responden.Berdasarkan penyebaran angket di tingkat SMP/MTs se-Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun 2008/2009 memperoleh skor 6407 dengan persentase 91,15 %, termasuk kategori baik, dengan skor rata-rata 90,239.

Ditinjau dari skor persepsi masing-masing dari persepsi guru non penjasorkes terhadap knerja guru penjasorkes diperoleh hasil seperti disajikan pada tabel berikut :

Tabel 1

Distribusi Persepsi guru Non Penjasorkes terhadap Kinerja Guru Penjasorkes No. Interval Presentase Kategori distribusi Persentase

1 2 3 77,79 – 100,0 55,56 – 77,78 33,33 – 55,55 Baik Cukup Kurang 68 3 0 96 % 4 % 0 % Jumlah 71 100.%

Sumber : Data penelitian tahun 2008

Lebih jelasnya deskripsi data persepsi guru non penjasorkes terhadap kinerja guru penjasorkes tersebut dapat disajikan secara gambar diagram batang berikut :

Gambar 1

Diagram distribusi persepsi guru non penjasorkes terhadap kinerja guru penjasorkes 96% 4% 0% 0% 20% 40% 60% 80% 100%

baik cukup kurang

Kriteria D ist ri b u si ( 5)

Berdasarkan gambar 1 tersebut diatas diketahui bahwa sebagian besar guru non penjasorkes yaitu 68 guru atau 96% memiliki persepsi kompetensi baik terhadap kinerja guru penjasorkes sedangkan selebihnya yaitu 3 guru atau 4 % memiliki persepsi yang cukup, dan hanya ada 0 guru atau 0 % yang memiliki persepsi kurang baik tidak ada terhadap kinerja guru penjasorkes tidak Dengan demikian secara umum menunjukkan bahwa persepsi guru-guru non penjasorkes terhadap kinerja guru penjasorkes tingkat SMP/ MTs se-Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun ajaran 2008/2009 sudah baik.

Secara lebih rinci tentang gambaran persepsi guru non penjasorkes terhadap kinerja guru penjasorkes SMP/MTs se-Kecamatan Batangan Kabupaten

Pati tahun ajaran 2008 / 2009 dapat dilihat dari deskripsi masing-masing aspek kinerja guru penjasorkes yang dapat disajikan sebagai berikut :

1. Aspek Kompetensi Kepribadian

Penilaian kinerja guru ditinjau pada aspek kepribadian guru mengarah pada penilaian atas berbagai tindakan dan penampilan guru sebagai sosok pendidik yang seharusnya bertindak sesuai dengan norma-norma yang ada di masyarakat dan berpenampilan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, mantap, stabil, dewasa, serta arif dan berwibawa sehingga dapat menjadi teladan bagi para siswa.

Hasil penelitian tentang kompetensi kepribadian guru penjasorkes tingkat SMP/Mts se-Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun Ajaran 2008/2009 diperoleh skor sebesar 1690 dengan persentase 99.18 %,dengan rata-rata 23,80 terdiri dari 71 guru atau 100%, yang masuk kategori baik, kategori cukup 0 guru (0 %), dan yang kategori kurang 0 guru (0 %), dengan rata-rata skor 23.80 Ditinjau dari penilaian masing-masing guru non penjasorkes pada aspek kepribadian guru penjasorkes diperoleh hasil seperti disajikan pada gambar diagram berikut

Gambar 2

Diagram Distribusi persepsi guru non penjasorkes terhadap kompetensi Kepribadian Guru 100% 0% 0% 0% 20% 40% 60% 80% 100%

baik cukup kurang Kriteria Di st ri b u si ( % )

Berdasarkan gambar 2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru non penjaskes yaitu 71 guru atau 100 % memiliki persepsi yang baik tentang kepribadian, terdiri dari 68 guru atau (96 %) berkompetensi baik, 3 guru (4%) memiliki kategori cukup.dan o guru atau 0 % tidak ada yang memiliki persepsi kepribadian yang kurang baik,

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa guru penjasorkes tingkat SMP/MTs di Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun ajaran 2008/2009 secara umum telah memiliki kepribadian yang baik .

2. Aspek Kompetensi Pedagogik

Penilaian kinerja guru pada aspek paedagogik mengarah pada penilaian kemampuan guru dalam menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, menguasai teori belajar dan prinsip – prinsip pembelajaran yang mendidik, mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasi potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar yang efektif, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, serta melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Hasil penelitian tentang kompetensi paedagogik guru penjasorkes tingkat SLTP/MTs di Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun ajaran 2008/2009 diperoleh skor 1578 dengan persentase 92,61 % yang termasuk kategori baik.

sebanyak 63 guru (88.73%), kategori cukup 8 guru atau (11.27%),dan yang berkategori kompetensi kurang 0 guru (0%),dengan skor rata-rata 22,23.Ditinjau dari pernyataan masing-masing guru non penjasorkes pada aspek kompetensi paedagogik guru penjasorkes diperoleh hasil seperti disajikan pada gambar berikut :

Gambar 3

Diagram distribusi persepsi guru non penjasorkes terhadap kompetensi Pedagogik guru penjasorkes

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa secara umum guru penjasorkes tingkat SMP/MTs se-Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun ajaran 2008/2009 sepenuhnya memiliki kompetensi profesional yang mengembangkan peserta didik secara optimal.

3. Aspek Kompetensi Profesional

Penilaian pada aspek kompetensi profesional diarahkan pada penilaian kemampuan guru dalam menguasai materi, struktur , konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, kemampuan menguasai

88,73% 11,27% 0,00% 0% 20% 40% 60% 80% 100%

baik cukup kurang

Kriteria Di st ri b u si ( % )

standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran / bidang pengembangan yang diampu, kemampuan mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, kemampuan mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, serta kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri sehingga pada akhirnya guru tersebut mampu menjalankan tugasnya secara professional.

Hasil penelitian pada aspek kompetensi profesional guru penjasorkes tingkat SMP/MTs se-Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun ajaran 2008/2009 diperoleh skor 2050 dengan persentas 87.49 %, yang masuk kategori baik 58 guru (82%).kategori cukup 13 guru (18%),dan 0 guru (0%) tidak ada yang menyatakan kurang, dengan rata-rata skor 28.87 Ditinjau dari pernyataan masing-masing penjasorkes diperoleh hasil prosentase seperti disajikan pada gambar berikut :

Gambar 4

Diagram Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Kompetensi Profesional dari Guru Penjasorkes

82% 18% 0% 0% 20% 40% 60% 80% 100%

baik cukup kurang

Kriteria D is tr ibus i ( % )

4. Aspek Kompetensi Sosial

Penilaian pada aspek kompetensi sosial diarahkan pada penilaian kemampuan guru dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis dengan berbagai komponen sekolah yaitu kepala sekolah, sesama guru, siswa, orang tua siswa maupun masyarakat dilingkungan sekolah dalam rangka menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Hasil penelitian pada aspek kompetensi sosial guru penjasorkes tingkat SMP Negeri se-Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun ajaran 2008/2009 diperoleh skor 1089 dengan persentase 85,21 %,dengan rata-rata skor 15.34.

Ditinjau dari penilaian masing-masing guru non penjasorkes pada kompetensi sosial guru penjasorkes tingkat SMP/MTs se-Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun ajaran 2008/2009 diperoleh hasil seperti disajikan pada gambar diagram distribusi persepsi guru non penjasorkes pada aspek kompetensi sosial berikut :

Gambar 5

Diagram Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Kompetensi Sosial Guru Penjasorkes.

78,87% 19,72% 1,41% 0% 20% 40% 60% 80% 100%

baik cukup kurang Krite ria D is tr ibus i ( % )

Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa sebagian guru non penjasorkes yaitu 57 guru atau 78,87% menyatakan kompetensi sosial guru penjasorkes baik, 14 guru (19.72%), berkompetensi kinerja cukup,dan 1 guru atau(1.41%), menyatakan kompetensi sosial guru penjasorkes kurang baik.

4.3. Analisa Kualitatif

Seperti yang telah diungkapkan pada bab III bahwa analisis yang digunakan selain deskriptif persentase adalah analisis kuantitatif.Tujuan analisis ini memahami kebenaran yang diungkapkan oleh responden dan memahami kebenaran tersebut dan latar belakangnya. Hasil analisa diskriptif menunjukkan bahwa sebagian besar guru bidang studi penjasorkes di SMP Negeri 2 dan di tiga MTs se-Kecamatan Batangan Kabupaten Pati memiliki kinerja dalam kategori baik.Hal ini disebabkan guru fokus dengan anak didik mereka di satu instansi artinya guru tidak mengajar di lain sekolah atau lebih sehingga mereka dapat memberikan perhatian yang baik terhadap semua anak didiknya.

Menurut hasil keterangan dari salah satu Kepala Sekolah dikatakan bahwa pendapatan atau gaji yang mereka terima dirasakan sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan diluar tempat mengajar mereka memiliki usaha tambak udang atau usaha pertanian padi, sehingga antara pendapat dengan kebutuhan keluarga sudah sangat memadai, juga didukung tempat dan jarak rumah dengan sekolah bekerja relatif dekat.

Keberhasilan pembelajaran juga didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang cukup memadai.Materi yang diajarkan dapat langsung dipraktekan

oleh siswa dengan fasilitas yang dimiliki di sekolah.Sehingga siswa juga merasa sangat antusias dengan materi-nateri yang diajarkan oleh guru mereka.

Hasil penelitian juga diketahui ada tiga guru yang memiliki kompetensi kategori cukup yaitu satu (1) guru penjasorkes yang mengajar di SMP Negeri 2 Batangan dan dua (2) guru yang mengajar di MTs Klayusiwalan Kecamatan Batangan Kabupaten Pati, ini disebabkan karena ketika responden melakukan pengisian kuesioner tidak mengisi semua pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner karena alasan bersifat pribadi, Pertimbangan-pertimbangan etika yang tidak dapat diungkapkan dalam pendapat kuesioner, ini juga sesuai dengan bentuk penelitian survai yang memiliki kelemahan-kelemahan diantaranya adalah:dapat menimbulkan kesan yang menyenangkan bagi observer atau observee, atau tugas observasi dapat terganggu karena peristiwa yang tak terduga, juga dapat menimbulkan kesan yang menyenangkan bagi observer atau sebaliknya observee.(Sutrisno Hadi:1994:155)

4.4. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan sebanyak 71 guru (91.15%) dengan rata-rata 90.239, tentang pesepsi kinerja guru non penjasorkes di SMP Negeri 2 dan MTs se-Kecamatan Batangan memiliki kinerja dalam kategori baik, terdiri dari 68 guru (96%), memiliki kinerja dalam kategori baik, dan 3 guru (4%), dan 0 guru (0%), guru tidak ada yang memiliki kompetensi kurang.

Berdasarkan angket yang telah diisi oleh subyek penelitian bahwa kinerja guru mata pelajaran penjasorkes SMP Negeri 2 dan MTs se-Kecamatan Batangan Kabupaten Pati baik, karena guru-guru fokus terhadap kinerja guru di sekolah tersebut dan tidak mengajar di sekolah lain.Kompetensi dan Profesional guru juga baik, karena didasari adanya sarana prasarana, siswa dalam mengikuti pelajaran

sangat antusias, dan keuangan sekolah yang lancar dan didukung administrasi yang baikdemikian wawancara yang disampaikan oleh salah seorang guru.

Dengan demikian secara umum kinerja guru penjasorkes Tingkat SMP/MTs se-Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun ajaran 2008/2009, memiliki kinerja kategori baik dengan persentase 91.15% . Dari 4 (empat) aspek kinerja guru penjasorkes yaitu aspek kompetensi kepribadian, aspek kompetensi paedagogik, aspek kompetensi professional, dan aspek kompetensi sosial memiliki kompetensi baik

Kondisi yang baik tersebut tentunya akan berdampak pada kualitas pengajaran yang dilaksanakan guru penjasorkes sebab profesionalnya guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan salah satunya ditentukan oleh kinerja dari guru penjasorkes itu sendiri dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang guru.Terkait dengan temuan yang diperoleh dari hasil penelitian ini maka dapat di jabarkan persepsi kinerja guru sebagai berikut :

4.5. Kompetensi Kepribadian

Sebagai seorang pendidik, guru dituntut untuk memiliki kepribadian yang baik, dimana dalam segala tindakannya harus sesuai norma-norma yang ada di masyarakat dan dalam segala penampilannya harus mencerminkan pribadi yang jujur, berakhlak mulia, stabil, dewasa, serta arif dan berwibawa sehingga dapat menjadi teladan bagi para siswa.

Secara umum berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru penjasorkes tingkat SMP/MTs se-Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun ajaran 2008/2009 memiliki skor1690, atau

99,18% Terdiri dari 71 guru (100%) memiliki kompetensi kepribadian baik dan 0 guru atau 0% tidak ada yang menyatakan cukup, dan 0 guru (0%) tidak ada yang menytakan kepribadian kurang

Karena kepribadian guru penjasorkes yang baik,tingkat memungkinkan mereka dapat membimbing dan mengarahkan anak didik saat proses belajar mengajar dan terlebih dari itu mereka dapat menjadi teladan yang baik bagi siswa terkait dalam berperilaku dan tutur katanya.

Unsur kepribadian guru yang mantap dan stabil, dewasa, arif dan berwibawa serta memiliki akhlak mulai yang dapat menjadi teladan bagi para siswanya sangatlah penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, sebab tanpa adanya kepribadian yang baik dari guru, maka proses pembelajaran tidak akan dapat terlaksana dengan baik, di mana dalam pelaksanaan tugasnya guru dituntut memiliki berbagai ketrampilan dan perilaku yang mulia agar dapat menjadi teladan bagi siswa.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tanggal 4 Mei tahun 2007 ditegaskan bahwa setiap guru dituntut untuk dapat bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan Nasional Indonesia, menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Agar dapat melakukan pengelolaan kelas yang efektif dan efisien, guru penjasorkes dituntut untuk tidak mudah marah, mampu memberikan penghargaan dan pujian kepada siswa, dapat berperilaku yang teratur dan tertib, dapat melaksanakan kegiatan yang bersifat akademis, dapat kreatif dan hemat tenaga, aktif dan kreatif.

4.6. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik seorang guru berkaitan secara langsung terhadap kualitas pembelajaran yang akan dilaksanakan, sebab tanpa dimilikinya kompetensi pedagogik yang baik dari setiap guru yang mencakup kemampuan guru dalam memahami peserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melaksanakan evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal tidaklah mungkin proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dapat mencapai hasil yang optimal.

Secara umum kompetensi pedagogik guru penjasorkes tingkat SMP/MTs se-Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun ajaran 2008/2009, memiliki skor 1578 dengan prosentase 92.61 %, dari persepsi kinerja guru non penjasorkes yang menjadi sampel dalam penelitian ini ada 63 guru atau 88,73% yang menyatakan kompetensi pedagogik guru penjaskes baik 8 guru 11.27% menyatakan cukup, dan 0 guru (0%), tidak ada yang memiliki kompetensi kurang, dengan rata-rata 22,23.

Sebab sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 Tanggal 4 Mei Tahun 2007 tentang standar kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru, dimana setiap guru dituntut untuk dapat menguasai karakteristik

peserta didik dari aspek fisik, moral, social, kultural, emosional dan intelektual, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

Guru juga harus mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik, mampu memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki, mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, mampu memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, dan mampu melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

4.7. Kompetensi Profesional

Profesional guru dapat tercermin dari mengusainya terhadap materi, struktur, konsep,dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, kemampuan mengembangkan keprofesionalannya secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi guna mengembangkan diri sehingga pada akhirnya guru tersebut mampu melanjutkan tugasnya secara profesional.

Pentingnya profesionalisme bagi seorang guru dikarenakan pekerjaan sebagai guru merupakan pekerjaan profesi yang dituntut tingkat profesionalisme yang tinggi terkait dengan profesi yang dijalaninya tersebut. Oleh karena itu

jabatan sebagai seorang guru menuntut penguasaan materi terhadap setiap bidang studi yang diampu secara luas dan menyeluruh.

Namun pada kenyataannya berdasarkan hasil penelitian ini ternyata guru penjasorkes tingkat SMP/MTs se-Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun ajaran 2008/2009 sepenuhnya memiliki kompetensi profesional yang baik. Dengan skor 2050, atau 87.49 %, terdiri dari 58 guru atau 82 % yang menyatakan kompetensi profesional guru baik, sedangkan 13 guru atau 18 % menyatakan kompetensi profesionalnya cukup dan 0 guru atau 0 % tidak ada yang menyatakan kurang.

Kondisi tersebut tentunya akan berdampak lebih baik dalam meningkatkan kinerja tugas guru sebagai tenaga profesi yang professional yang pada akhiranya berimbas pada pencapaian hasil belajar yang akan profesional yang pada akhirnya berimbas pada pencapaian hasil belajar yang akan dicapai siswa.

Sebab sebagaimana digariskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 tanggal 4 Mei Tahun 2007, bahwa guru sebagai tenaga profesi dituntut untuk mampu menguasai materi,struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, mampu mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, mampu mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Selain dituntut memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik dan kompetensi professional yang baik, seorang guru juga harus memiliki kompetensi sosial yang baik. Batasan-batasan kompetensi sosial yang harus dikuasai guru

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan No 16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei Tahun 2007 adalah guru harus mampu bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi, mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarkat, mampu beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki karagaman sosial budaya, dan mampu berkomunikasi dengan komunitas profesi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sosial dari guru penjas orkes tingkat SMP/MTs se-Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun ajaran 2008/2009 secara umum memiliki skor 1089, dengan prosentase 85,21 %, sudah baik terdiri-dari 56 guru atau 78,87 % menyatakan berkompetensi sosial baik, 14 guru atau 19.72 % memiliki kompetensi sosial cukup, dan 1 guru atau 1,41 % yang menyatakan ada yang masih memiliki kompetensi sosial kurang baik.

Ada salah satu satu guru penjasorkes yang memiliki kompetensi sosial yang kurang, karena responden tidak begitu mengenal guru olahraga yang di observasi ketika mengisi kuesioner, Namum demikian guru-guru penjas orkes di tingkat SMP/MTs se-Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun ajaran

2008/2009 masih mampu memanfaatkan berbagai potensi yang ada dalam dirinya maupun potensi yang ada dalam lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat secara optimal.Kinerja guru dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai guru yang efesien dan efektif dapat tercapai karena guru memiliki kompetensi sosial yang baik

60 BAB V

Dokumen terkait