• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen Tugas Membuat Skripsi Matkul Metode Penu (Halaman 30-35)

Penelitian untuk merelokasikan beberapa gempa bumi yang terjadi di Myanmar dengan menggunakan Metode Modified Joint Hypocenter Determination, mendapatkan beberapa hasil dari penelitian tersebut, yaitu :

4.1 Relokasi Aftershock dan Bidang Patahannya

Dalam melakukan penelitian, cukup sulit untuk menentukan bidang patahan dari mainshock hanya menggunakan distribusi hiposenter dari ISC karena tidak cukup akurat. Maka dari itu, perlu menganalisis gempa bumi untuk menentukan bidang patahan menggunakan metode MJHD, dan didapatkan hasil sebagai berikut :

a. Untuk menentukan bidang patahan gempa bumi 6 Agustus 1988, peneliti merelokasi aftershock dari 6 Agustus 1988 hingga 21 Agustus 1988. Bidang patahan dari mainshock tidak dapat ditentukan jika menggunakan peta distribusi hiposenter dari International Seismological Center (ISC) pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Distribusi hiposenter dari gempa bumi 6 Agustus 1988 dan aftershock-nya oleh ISC. Ukuran dari simbol menunjukkan magnitude dari event. Warna dan bentuk dari simbol menunjukkan jarak kedalaman dari gempa.

Gambar 4.2 Hiposenter MJHD dari gempa bumi 6 Agustus 1988 dan aftershock-nya. Simbol yang menunjukan jarak kedalaman dari gempa adalah sama dengan Gambar 4.1. Garis A-B dan C-D merupakan dua nodal plane yang ditampilkan dengan garis utuh pada sayatan melintang. solusi moment tensor diambil dari katalog Global CMT.

31

Peneliti mengidentifikasi 236 stasiun di seluruh dunia dan phase data dengan residual waktu tempuh (O-C) dimana jika (O-C) ≥ 2,0 detik maka akan dianulir. Mainshock dan gempa susulan yang direlokasi untuk mengidentifikasi bidang patahan menggunakan metode MJHD pada Gambar 4.2. Distribusi hiposenter pada event ini menunjukkan bidang nodal ditampilkan di penampang C-D dapat berupa bidang patahan yang terkait dengan event ini seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2, karena mainshock dan gempa susulan semua terletak sepanjang bidang nodal ini. Strike dan dip dari bidang patahan adalah 148° dan 54° yang telah ditentukan oleh Global CMT sebelumnya. b. Peneliti dapat menentukan bidang patahan gempa 6 November 1988 dengan skala

kekuatan gempa 7,0 Mw yang terjadi di wilayah perbatasan Cina-Myanmar seperti ditunjukkan pada Gambar 4.3. Aftershock terbesar diikuti dengan kekuatan 6,9 Mw dalam waktu 12 menit setelah mainshock dan beberapa gempa susulan yakni sembilan gempa terjadi pada hari yang sama dengan kekuatan ≥ 4,5 Mw. Dari peta hiposenter MJHD, peneliti dapat menemukan dengan jelas bidang patahan gempa setelah relokasi dari dua bidang nodal. Bidang nodal yang ditampilkan di penampang A-B adalah bidang patahan karena gempa susulan terkonsentrasi sepanjang bidang ini. Sudut strike dan dip pada bidang patahan ini adalah 333° dan 78° sebagaimana ditentukan oleh Global CMT. Dan juga, peneliti dapat menentukan bidang patahan dari gempa 21 September 2003 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.4. Bidang nodal, yang ditampilkan di penampang C-D mungkin saja bidang patahan gempa. Aftershock terkonsentrasi sepanjang bidang nodal ini dan semua gempa bumi yang kedalaman sekitar 20 sampai 50 km. Strike dan dip dari bidang patahan adalah 100° dan 83° yang telah ditentukan oleh Global CMT sebelumnya.

Gambar 4.3. Hiposenter MJHD dari 6 November 1988 gempa utama dan gempa susulan. Simbol sama seperti pada Gambar 4.2.

Gambar 4.4. MJHD hiposenter dari 21

September 2003 gempa dan gempa susulan. Simbol sama seperti pada Gambar 4.2.

32

Tapi sulit menentukan bidang patahan gempa tanggal 5 Januari 1991 karena kurangnya aftershock. Walau begitu, peneliti berpikir bahwa bidang nodal yang ditampilkan di penampang A-B mungkin bidang patahan gempa ini karena gempa susulan terjadi di dekat bidang nodal. Peneliti dapat menentukan hiposenter yang akurat tetapi peneliti tidak dapat menentukan bidang patahan hanya dengan menggunakan metode MJHD. Untuk gempa bumi 23 April 1992, gempa bumi 11 Juli 1995 dan gempa bumi 7 Juni 2000, peneliti tidak dapat menentukan bidang patahan karena kurangnya aftershock meskipun gempa bumi terjadi pada kedalaman yang dangkal.

4.2 Relokasi Gempa Bumi Historis

Untuk memahami seismisitas yang tepat sepanjang patahan Sagaing, peneliti merelokasi hiposenter dari gempa bumi besar yang bersejarah sejak tahun 1929 sampai tahun 1956 menggunakan data dari International Seismological Summary (ISS). Dengan mengombinasikan gempa bumi historis dan gempa bumi terkini dari tahun 1961 sampai dengan Maret 2007 menggunakan data dari International Seismological Summary (ISC), peneliti merelokasi gempa-gempa tersebut secara bersamaan untuk meningkatkan akurasi lokasi gempa bumi historis dengan metode MJHD (Hurukawa dkk., 2008).

Gambar 4.5 (a) menunjukkan lokasi lima sub-regoin dan lokasi tujuh gempa bumi historis oleh ISS data dan pada gambar bagian (b) menunjukkan hasil relokasi dengan metode MJHD. Hanya waktu tiba gelombang P yang digunakan dalam relokasi hiposenter ini karena akurasi bacaan waktu tiba gelombang S lebih buruk daripada waktu tiba gelombang P.

33

Pada Gambar 4.5 tersebut, perbandingan antara sebelum dan setelah relokasi pada lima sub-daerah. Pada gambar bagian (a) lokasi ISS dan gambar bagian (b) MJHD lokasi. Persegi dengan biru warna (A-E) menunjukkan lima sub-daerah untuk relokasi gempa di sepanjang lingkaran merah dan patahan Sagaing menunjukkan episenter dari gempa bumi historis.

Diwilayah A, peneliti merelokasi 223 gempa bumi dari tahun 1961 hingga Maret 2007 dan dua gempa bumi historis menurut catatan sejarah. Pada 19 Januari 1929 (M 7,0) dan 27 Januari 1931 (M 7,3). Peneliti memilih gempa bumi yang terjadi di antara lintang 25˚ LU–27˚ LU dan bujur 96˚ BT–99˚ BT. Phase data dengan residual waktu tempuh (O-C) dimana jika ≥ 2,0 detik maka akan dianulir. Setelah merelokasi dengan metode MJHD, peneliti dapat melihat dengan jelas bahwa gempa bumi aktif berkonsentrasi sepanjang patahan Sagaing dan kedalaman dari gempa-gempa dangkal tersebut adalah sekitar 10 – 40 km. Dua gempa bumi historis setelah direlokasi bergerak lebih mendekati patahan Sagaing dengan titik kedalaman sekitar 0-20 km ditunjukan pada Gambar 4.6, sementara beberapa gempa bumi yang terjadi pada kedalaman 40-50 km. Perbedaan lokasi untuk gempa bumi 19 Januari 1929 (M 7,0) yakni episenter berada pada lintang 0,47˚ LU, bujur 1,1˚ BT, dan kedalamannya adalah 204 km. Peneliti dapat menentukan hiposenter dari gempa bumi historis tersebut dengan akurat karena kesalahan hiposenternya tidak begitu besar.

Distribusi episenter E-W dan N-S pada garis A-B dan C-D yang ditunjukan pada Gambar 4.6 dan garis bar pada lingkaran mewakili kesalahan standar dari hiposenter.

Gambar 4.6. Relokasi hiposenter oleh metode MJHD diwilayah A. Simbol sama pada Gambar 4.1. S.F adalah patahan Sagaing.

Salah satu gempa bumi yang bersejarah (M=7,3) terjadi pada 12 September 1946 di wilayah B, gempa bumi yang lebih dalam yang terjadi diluar dari patahan Sagaing.

34

Berdasarkan hasil relokasi, lokasi dari gempa bumi historis tahun 1946 tersebut berpindah ke Utara dan kedalaman yang tetap dangkal. Peneliti merelokasi gempa bumi historis 16 Juli 1956 di wilayah C. Peneliti berpikir bahwa hiposenter akan salah lokasi karena peneliti merelokasikan gempa bumi ini menggunakan beberapa data stasiun yang stasiun– stasiun tersebut jauh dari episenter. Peneliti merelokasi gempa bumi dari tahun 1961 hingga Maret 2007 dan gempa bumi historis 8 Agustus 1929 di wilayah D.

Kumpulan gempa bumi tersebut terjadi antara patahan Sagaing dan patahan kecil lain dari peta distribusi episenter. Mengenai gempa bumi historis tersebut, peneliti berpikir bahwa hiposenter akan salah lokasi karena peneliti merelokasikan gempa bumi ini menggunakan beberapa data stasiun yang stasiun–stasiun tersebut jauh dari episenter. Di wilayah E, peneliti melokasikan 61 gempa bumi selama dari tahun 1961 hingga Maret 2007 termasuk dua gempa bumi historis yang terjadi pada 5 Mei 1930 dan 3 Desember 1930. Setelah relokasi, peneliti dapat menentukan kedalaman gempa tersebut yakni kedalaman sekitar 5-40 km.

35 BAB 5

Dalam dokumen Tugas Membuat Skripsi Matkul Metode Penu (Halaman 30-35)

Dokumen terkait