• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, selanjutnya akan dikemukakan hasil- hasil penelitian dan temuan yang diperoleh, adapun hasil penelitian diuraikan sebagai berikut: A. Soal Nomor 1

Pada soal nomor 1, terdapat 6 ekspresi soal, jawaban, dan alasanya. Pada ekspresi 1,

89 + 64 .... 89 + 65. Siswa (berinisial YP) menjawab dengan tanda “>”, dengan alasan ”karena89 + 64dengan89 + 65lebih besar yang89 + 65”.

Dari jawaban yang dilakukan siswa menunjukkan bahwa siswa masih ada yang menjawab salah untuk pertanyaan diatas. Jika dilihat dari alasanya, siswa belum mampu berfikir secara relasional, melainkan dengan prosedur konseptual tanpa adanya relasional. Dari jawaban yang diperoleh siswa tersebut diduga jawaban siswa salah dikarenakan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:

a. Siswa belum memiliki cara menjawab dengan relasional. b. Siswa kurang teliti dalam melakukan operasi bilangan bulat. c. Siswa tidak melakukan operasi secara terurut.

d. Siswa salah meletakkan tanda.

Aritmetika merupakan suatu operasi dasar yang harus ditanamkan secara benar. Untuk penanaman konsep akan lebih efektif jika menggunakan alat peraga seperti mistar, kancing- kancing magnet. Dengan mulai dari bilangan aritmetika yang sederhana dahulu.

B. Soal Nomor 2

Pada soal nomor 2, terdapat 6 ekspresi soal, jawaban, dan alasanya. Siswa diperkenankan menambah atau mengurangkan sebuah bilangan sehingga kedua ruas menjadi sama. Siswa (berinisial YAS) untuk ekspresi soal nomor 3 yaitu 79 + 38 = 81 + 40.... Siswa menjawab dengan jawaban -3, dengan alasan “karena 79 + 38 hasilnya tidak sama dengan

81 + 40”. Sedangkan untuk ekspresi soal nomor 6 yaitu 96 –48 ... = 95–50. Siswa menjawab dengan jawaban -1, dengan alasan “karena96–48hasilnya tidak sama dengan95-50”.

Dari jawaban yang dilakukan siswa menunjukan bahwa siswa masih ada yang menjawab salah untuk pertanyaan diatas.

Dari jawaban yang diperoleh siswa tersebut diduga jawaban siswa salah dikarenakan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:

a. Siswa belum memahami tentang operasi pengurangan aatau penjumlahan dua bilangan. b. Siswa kurang teliti dalam melakukan operasi aritmetika.

c. Siswa kurang mampu mengubah tanda-tanda pada operasi aritmetika. C. Soal Nomor 3

Pada soal nomor 3, terdapat 4 ekspresi soal, jawaban, dan alasanya. Siswa mengisi nilai hasil penjumlahan atau pengurangan bilangan, sehingga terdapat hubungan dari ekspresi tersebut. Siswa (EAI) untuk ekspresi soal nomor 4 yaitu 524– 237 = 287, maka 525 – 235= .... Siswa menjawab dengan jawaban 280, dengan alasan “karena sudah dikurangi hasilnya memang itu.

Jika dilihat dari jawaban, maka jawaban siswa adalah salah yang seharusnya 290. Siswa tidak melihat bagaimana prosedur relasionalnya, hanya mengisi berdasarkan konsep yang dihafalnya.

Dari jawaban yang diperoleh siswa tersebut diduga jawaban siswa salah dikarenakan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:

a. Siswa kurang teliti dalam memahami soal.

b. Siswa kurang mampu dalam menyelesaikan soal pengurangan. c. Siswa kurang teliti dalam menuliskan hasilnya.

Berdasarkan jawaban-jawaban yang salah tersebut kesulitan belajar yang menjadi penyebab kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika adalah: kesulitan dalam menggunakan proses yang tepat, kesulitan dalam menerapakan aturan yang relevan, kesulitan menguasai fakta dan konsep prasyarat, kesulitan dalam bekerja kurang teliti, kesulitan dalam pemahaman konsep, kesulitan dalam melakukan perhitungan.

Langkah yang seharusnya dilakukan guru jika siswa mengalami kesulitan belajar matematika adalah:

1. Memberikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif sesuai dengan karakteristik materi. 2. Memberikan perhatian kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.

3. Memberikan remidial kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. 4. Penggunaan alat peraga yang tepat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian disimpulkan bahwa:

1. Siswa belum terbiasa dengan soal yang membutuhkan kreatifitas jawaban, hal ini diduga pembelajaran yang diberikan guru belum dapat menumbuhkan kreatifitas siswa untuk berpikir relasional

2. Faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar adalah kecerobohan siswa dan masalah siswa dalam belajar seperti siswa belajar asal belajar, belajar dengan menghafal, belajar tanpa rencana, siswa pasif dalam pembelajaran, belajar tanpa konsentrasi.

3. Kesulitan belajar yang menjadi penyebab kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika adalah: kesulitan dalam menggunakan proses yang tepat, kesulitan dalam menerapakan aturan yang relevan, kesulitan menguasai fakta dan konsep prasyarat, kesulitan dalam bekerja kurang teliti, kesulitan dalam pemahaman konsep, kesulitan dalam melakukan perhitungan.

Mengingat peran pendidikan matematika di sekolah dasar sangat penting bagi pendidikan dan kehidupan siswa di kemudian hari dan berdasarkan kesimpulan penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut guru memberikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif sesuai dengan karakteristik materi, penggunaan alat peraga yang tepat sebagai jembatan bagi anak untuk dapat memahami matematika yang bersifat abstrak.

2. Guru hendaknya dapat memaksimalkan kegiatan pembelajaran, tidak hanya mengejar materi untuk target kurikulum terselesaikan tapi juga memperhatikan tingkat penguasaan materi siswa.

3. Guru hendaknya mengarahkan siswa untuk dapat berfikir secara relasional, sehingga pola berfikir kreatif siswa dapat terbentuk.

4. Guru dapat mengajarkan konsep dengan cara menekankan definisi dan sifat-sifat yang dapat diturunkan dari definisi, menekankan contoh dan alasannya, membandingkan objek yang tidak sesuai dengan konsep dan memberikan contohnya.

5. Guru hendaknya memberikan tes dan pekerjaan rumah diakhir pelajaran, yang selalu diperiksa guru dan siswa diminta untuk menjelaskan setiap langkah dalam mengerjakan soal sehingga guru tahu yang belum dikuasai siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Baiduri dkk. 2013. Analisis Proses Berpikir Relasional Siswa Sekolah Dasar Membuat Perencanaan Penyelesaian Masalah Matematika (Kasus Siswa Berkemampuan Matematika Rendah). KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia. Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Tersedia Online. fmipa.um.ac.id/index.php/component/attachments/download/150.html

Booker, G. 2005, Thinking mathematically-making sense and solving problems, The Mathematics Education into the 21th Century Project Universiti Teknologi Malayasia, Reform, Revolution and Paradigm Shift in Mathematics Education, Johor Bahru, Malaysia, Nov th

25 - Des th 1

Carpenter, T.P., Franke, M.L., & Levi, L., 2003, Thinking mathematically: Integrating arithmetic and algebra in elementary school, Posrtmouth: Heinemann

Kieran, C, 1992, Learning and teaching of school algebra. In D.A. Grows (Ed), Handbook of research on mathematics teaching learning, pp. 390-419, New York: Macmillan. Leibenberg, R.E, Linchevski, L, Sasman, M.C & Olivier, 1999, Focusing on the structural

aspects of numerical expressions, In J. Kuiper (Ed), Proceedings 7thof the annual conference of the South Arican Association for Research in Mthemathics and Science Education, pp. 249-256, Harare, Zimbabwe:SAARMSE

Mason, J., 1985,Thinking mathematically, Wokingham: Addison-Wesley Publishing Company Polya, G. 1973.How to Solve it.2nd Ed. Princeton University Press, ISBN 0-691-08097-6 Stephens, M, 2004,Researching relational thinking, Japan: University of Tsukuba

Tarmidi, R. D. S.Matkita: Profil. Tersedia online pada www.matkita.com. Diakses tanggal 20 Juni 2011.

Waren, E, 2001, Algebraic understanding: The Importance of learning in the early years. In H. Chick (Eds), The future of the teaching and learning of algebra (Proceeding th

12 of the ICMI study conference, pp. 663-640), Melbourne, Australia: University Melbourne.