• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bagian ini akan disampaikan tentang hasil pemodelan iklim untuk membuat proyeksi curah hujan dan temperatur untuk wilayah Jakarta, Depok, dan Bogor. Karena cadangan air tanah merupakan salah satu unsur kerentanan iklim yang terjadi di wilayah Jakarta, maka model iklim yang di sampaikan pada bagian ini telah memproyeksikan unsur kerentanan tersebut hingga tahun 2035. Selain itu, pada laporan ini juga membahas mengenai proyeksi kenaikan muka laut di wilayah Jakarta Utara.

Namun sebelum membahas hasil-hasil proyeksi untuk setiap parameter yang sudah disebutkan di atas, model iklim tersebut harus divalidasi dengan menggunakan data observasi dengan menggunakan 3 metode, yaitu R-Square, R-Skill, dan RMSE.

3. 1 Hasil Validasi Pemodelan Iklim

Tabel 3. Hasil Validasi Proyeksi Temperatur

No Stasiun lon lat

R-Square (1985-2005) R-Skill (2006) RMSE (2006) 1 Cengkareng 106.66 -6.13 0.84 0.82 0.1 2 Kemayoran 106.85 -6.15 0.91 0.84 0.2 3 Tanjung Priok 106.88 -6.10 0.83 0.77 0.1 4 Pd Betung 106.75 -6.25 0.78 0.72 0.3 5 Dermaga Bogor 106.77 -6.50 0.73 0.68 0.2 6 Serang 106.13 -6.12 0.79 0.83 0.2 7 Citeko 107.13 -6.7 0.85 0.81 0.1 Rata-rata 0.82 0.78 0.17

Ppada Tabel 3 di bawah ini menunjukkan hasil verifikasi model proyeksi temperatur di 7 stasiun yang juga dianalisis dengan menghitung R-Square, R-Skill, dan RMSE. R-Square untuk model proyeksi temperatur ini menggunakan data 1985 hingga 2005. R-Square tertinggi dicapai pada stasiun Kemayoran, sebesar 0.84. Sedangkan R-Skill tertinggi juga diperoleh pada stasiun Kemayoran yang mencapai 0.91. Sedangkan RMSE, menunjukkan besarnya tingkat kesalahan nilai proyeksi temperatur terhadap temperatur hasil

PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta

observasi. Kesalahan paling kecil diperoleh pada Stasiun Cengkareng, Tanjung Priok, dan Citeko, sebesar 0.1.

Tabel 4. Hasil Validasi Proyeksi Curah Hujan

No Stasiun lon lat R-Square

(1980-2008) R-Skill (2009) RMSE (2009) 1 Cengkareng 106.66 -6.13 0.92 0.82 12 2 kemayoran 106.85 -6.15 0.82 0.77 25 3 Tj Priok 106.88 -6.10 0.75 0.78 33 4 Dermaga Bogor 106.77 -6.50 0.68 0.71 23 5 Ciledug 106.67 -6.27 0.78 0.81 34 6 Jkt Observatorium 106.82 -6.17 0.82 0.83 12 7 Halim 106.90 -6.26 0.84 0.82 4 8 Serang 106.13 -6.12 0.77 0.86 35 9 Citeko 107.13 -6.7 0.83 0.75 36 10 Batu Jaya 107.12 -6.07 0.9 0.83 20 11 Curug 106.65 -6.23 0.84 0.81 16

12 Gunung Mas Pabrik 107.02 -6.68 0.8 0.73 12

13 Kedoya 106.78 -6.19 0.71 0.72 25 14 Pakubuwono 106.80 -6.23 0.7 0.68 50 15 Cipayung 106.87 -6.65 0.69 0.71 39 16 Pacing 106.27 -6.1 0.84 0.69 22 17 Sunter Hulu 106.90 -6.10 0.77 0.72 8 18 Rawa Badak 106.89 -6.12 0.78 0.73 15 19 Kodamar 106.89 -6.1551 0.66 0.74 12 Rata-rata 0.78 0.76 22.78

Sedangkan Tabel 4 menunjukkan hasil verifikasi model proyeksi curah hujan di keseluruhan stasiun yang dianalisis dengan menghitung Square, Skill, dan RMSE. R-Square menunjukkan tingkat akurasi model terhadap data keselurahan tahun sebelumnya, yaitu 1980 hingga 2008. R-Square tertinggi dicapai pada stasiun

PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta

Cengkareng, sebesar 0.92. R-Skill menunjukkan tingkat akurasi hasil prediksi ke depan terhadap data observasi pada tahun yang sama. Pada uji ini, digunakan tahun 2009, dimana R-Skill tertinggi diperoleh pada stasiun Serang yang mencapai 0.86. Sedangkan RMSE, menunjukkan besarnya tingkat kesalahan nilai curah hujan prediksi terhadap curah hujan observasi. Kesalahan terkecil diperoleh pada Stasiun Halim, sebesar 4.

3. 2 Proyeksi Temperatur Hingga Tahun 2035 di Wilayah Jakarta

Berdasarkan kondisi Jakarta saat ini, jakarta diperkirakan akan menjadi kota pertama yang terkena dampak perubahan iklim akibat global warming di tahun 2029 dan di akhiri di kota Anchorage tahun 2071. Seperti tampak pada gambar 6.

Gambar 7. Perkiraan Potret Peta Dunia dalam Perubahan Iklim di Kemudian Hari, gambar: smithsonianmag.com

Salah satu parameter untuk memperkirakan terjadinya perubahan iklim adalah temperatur. Parameter ini digunakan untuk mengukur tingkat stabilitas atmosfer secara lokal maupun global. Untuk melihat dampak iklim secara global, maka proyeksi temperatur global yang diperlukan untuk memperkirakannya, dan berdasarkan hasil

PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta

penelitian-penelitian sebelumnya mengenai perubahan temperatur global ini, bisa mengakibatkan dampak perubahan iklim secara regional maupun lokal, termasuk diantaranya adalah dampak perubahan iklim di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Pada penelitian ditunjukkan hasil proyeksi temperatur di wilayah Jakarta hingga tahun 2035 yang ditunjukkan pada Gambar 8. Pada laporan ini, ditunjukkan proyeksi temperatur pada bulan Januari dan Februari setiap 5 tahun hingga tahun 2035.

PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

(g) (h) (i) (j) (k) (l)

Gambar 8. Proyeksi temperatur: (a) Januari 2012, (b) Februari 2010, (c) Januari 2015, (d) Februari 2015, (e) Januari 2020, (f) Februari 2020, (g) Januari 2025, (h) Februari 2025, (i) Januari 2030, (j) Februari 2030, (i) Januari 2035, (j) Februari 2035

PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta

Secara gradual, proyeksi temperatur baik di musim hujan maupun musim kemarau akan berpotensi mengalami kenaikan. Hal ini dapat dilihat dari pola kenaikan temperatur yang terlihat pada peta/gambar 8 dengan semakin meningkatnya warna merah pada beberapa daerah di Jakarta. Secara umum, wilayah Jakarta bagian Utara merupakan daerah yang palinh berpotensi karena memiliki temperatur paling tinggi dibanding bagian Selatan. Hal ini yang menimbulkan meningkatnya intensitas curah hujan di wilayah Utara. Selain itu, meningkatnya curah hujan juga bisa mendorong terjadinya rob dari gelombang pasang laut di Utara Jakarta.

Gambar 9. Data historis temperatur di wilayah Jakarta Utara

Pada Gambar 9 ditunjukkan data historis temperatur wilayah Jakarta Utara, dimana dari tahun ke tahun temperatur naik sekitar 0,1oC. Oleh karena itu, pada saat diproyeksikan menggunakan model iklim, temperatur akan juga akan naik secara gradual sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Perbedaan temperatur yang sangat tinggi antara wilayah daratan di Jakarta Utara dan Laut Jawa akan menyebabkan potensi angin yang lebih kencang dari biasanya, dan juga pertumbuhan awan konvektif di pantai utara Jakarta.

PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta

Pemicu dari kenaikan temperatur ini diperkirakan akibat perubahan tata guna lahan dan penggunaan transportasi yang cukup besar. Tata guna lahan yang berubah menjadi gedung-gedung dan perumahan akan menurunkan albedo dan penyerapan temperatur yang sangat tinggi. Sedangkan alat transportasi akan menyebabkan emisi karbon monoksida yang sifatnya panas, yang berpaengaruh terhadap tingkat temperatur di wilayah Jakarta Utara. Kedua sumber penyebab temperatur inilah yang juga dikenal dengan urban heat island di wilayah kota.

3. 3 Proyeksi Curah Hujan Hingga Tahun 2035 di Wilayah Jakarta

Secara global Dampak dari perubahan iklim yang akan terjadi diantaranya yaitu adanya peningkatan dan pengurangan curah hujan,yang menyebabkan kenikan curah hujan dibeberapa daerah dan berkurangnya curah hujan di beberapa daerah lainnya. Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta adalah salah satu wilayah yang sangat rentan terhadap peningkatan curah hujan yang berakibat pada terjadinya banjir yang hampir setiap tahun terjadi.

Data curah hujan bulanan stasiun meteorologi Jakarta dan sekitarnya yang dianggap dapat mewakili kawasan Jabotabek khususnya Jakarta memeperlihatkan kemiripan pola distribusi. Umumnya curah hujan bulanan pada bulan-bulan Januari dan Februari lebih besar dari 200 mm, kemudian pada bulan Juni sampai Agustus menurun secara gradual, namun jarang sekali mengalami tidak hujan sama sekali dalam satu bulan.

Pada monsun baratan (November s/d Maret) dimana iklim regional wilayah Indonesia mengalami musim hujan. Hujan dikawasan Jakarta terjadi hampir selalu menyebabkanbanjir. Surplus air (Water Surplus) dikawasan ini akanterjadi danmenjadirendaman. Sedangkan pada monsun tenggara, bulan April s/d Oktober,curahhujannyarendahdan surplus airnyakurang.

Berdasarkan keadaan geomorfologi daerah tangkapan pola aliran air permukaan Kawasan Jakarta menuju ke utara, fakta yang terjadi cocok dengan pola aliran Sungai Ciliwung yang bermuara ke arah laut Jawa. Limpasan air hujan dari daerah ketinggian yaitu bogor sebagian besar mengallir ke kawasan Jakarta. Padahal kapasitas lapang di kawasan Jakarta cepat sekali mengalami tingkat jenuh, karena tingkat kebasahan tanah mendekati tingkat kapasitas lapang. Sehingga akibatnya, limpasan air akan menggenang, dan sedikit sekali terjadi infiltrasi ke dalam tanah.

PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

(g) (h) (i) (j) (k) (l)

(a) (b)

Gambar 10. Proyeksi curah hujan: (a) Januari 2012, (b) Februari 2010, (c) Januari 2015, (d) Februari 2015, (e) Januari 2020, (f) Februari 2020, (g) Januari 2025, (h) Februari 2025, (i) Januari 2030, (j) Februari 2030, (i) Januari 2035, (j) Februari 2035

PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta

Pada penelitian ini telah dilakukan proyeksi curah hujan jangka panjang untuk daerah Jakarta hingga tahun 2035 (Gambar 10). Terlihat dari gambar tersebut bahwa untuk proyeksi curah hujan, hanya sedikit perubahan nilai curah hujan maksimum dari tahun ke tahun yaitu tetap 340 mm. Namun terdapat sedikit perubahan pada pola sebaran curah hujan, daerah dengan curah hujan tinggi (warna merah) sedikit demi sedikit meluas ke pusat dan utara. Hal tersebut berarti terdapat kenaikan jumlah curah hujan di beberapa daerah di sekitar Jakarta, terutama untuk yang berada di sebelah pusat dan utara wilayah Jakarta.

Untuk proyeksi curah hujan jangka panjang hasilnya adalah terdapat kenaikan curah hujan maksimum pada tahun 2025, 2030 dan 2035, curah hujan maksimum yang terjadi pada tahun 2020 sebesar 360 mm, pada tahun 2035 mengalami kenaikan hingga 20 mm yaitu 380 mm. Seperti proyeksi curah hujan jangka pendek, pada proyeksi jangka panjang juga terdapat perubahan pola sebaran curah hujan. Daerah dengan curah hujan besar (warna merah) yang berada di daerah selatan Jakarta mulai menyebar ke arah utara.

Dari proyeksi curah hujan tersebut, banjir Jakarta akan dapat disebabkan oleh adanya pergeseran awan konvektif (awan mengandung uap air) dari wilayah Bogor. Berdasarkan model iklim yang dikembangkan, secara keseluruhan (Bogor, Depok, dan Jakarta) diketahui adanya pergerakan awan konvetif tersebut dari wilayah Bogor menuju utara, memasuki wilayah Jakarta. Daerah yang dilalui awan tersebut antara lain Depok, Pasar Minggu, Bekasi, dan Cikarang. Pergeseran awan konvektif tersebut juga menyebabkan pergeseran pola curah hujan dari Bogor ke wilayah tersebut. Konsekuensinya, daerah-daerah tersebut menjadi daerah-daerah banjir.

Akibatnya wilayah Jakarta diguyur oleh hujan yang lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Adanya tambahan hujan ini dan kondisi daya tahan lingkungan di Jakarta yang semakin lama makin rendah menyebabkan tambahan curah hujan tersebut semakin tinggi di wilayah Jakarta. Apalagi dengan semakin meningkatnya laju perubahan iklim akan mempercepat terjadinya hujan dan banjir di Jakarta

PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta

3. 4 Proyeksi Cadangan Air Tanah di Jakarta

Salah satu masalah utama yang sering terjadi di Jakarta adalah masalah sumber daya air. Permasalahan air di Jakarta sudah sejak lama belum dapat dieselesaikan secara optimal. Bahkan Hujan yang terjadi kawasan Jakarta tidak dapat menjadikannya sebagai cadangan air tanah melainkan hujan tersebut menjadi bencana banjir yang merugikan masyarakat Jakarta.

Tingginya kebutuhan air di Jakarta dapat diukur dari laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan di kawasan Jakarta, semakin tinggi laju pertumbuhan penduduk maka akan semakin besar kebutuhan terhadap air di Jakarta. Berdasarkan data dari BPS DKI Jakarta menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta menunjukan pertumbuhan penduduk sebesar 6,6 persen dibandingkan nilai PDRB tahun 2010. Hasil penelitian yang dilakukan oleh McKinsey & Co (2011) menunjukkan Jakarta sebagai salah satu megacity dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan proyeksi PDRB perkapita sebesar $29.000 per tahun (estimasi 2025) atau setara dengan 4 kali lipat PDRB di tahun 2010. Dari data tersebut, maka jika dikorelasikan secara kasar, pada tahun 2025, masyakarat Jakarta akan memerlukan tambahan air minimal sebanyak 4 kali lipat dari tahun 2010.

Kekurangan cadangan air dan bencana banjir di Jakarta saat ini berkaitan dengan perubahan pola curah hujan yang disebabkan karena adanya dampak perubahan iklim. Frekuensi dan besarnya curah hujan yang terjadi di Jakarta saat ini menjadi sulit untuk diprediksi lagi sehingga pemerintah dan masyarakat kurang siap untuk dapat menjadikan air hujan tersebut menjadi cadangan air tanah untuk memenuhi tingginya kebutuhan masyarakat Jakarta terhadap air tanah. Sehingga sebagian besar air hujan menjadi limpasan dan tergenang di daerah-daerah yang berdataran rendah, bukan menjadi air tanah yang bisa dimanfaatkan untuk masyarakat Jakarta.

Permasalahan air di Jakarta akan mudah diatasi jika laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan. Namun fakta menunjukkan bahwa tingkat kepadatan penduduk semakin tinggi, bahkan berdasarkan hasil proyeksi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), peningkatan penduduk Jakarta tahun 2025 mencapai 5,6 persen dari jumlah

PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta

penduduk Jakarta tahun 2010. Dari perkiraan proyeksi penduduk tersebut, jika didistribusikan berdasarkan tata guna lahan di kawasan DKI Jakarta, maka lahan terbuka yang berada di kawasan Jakarta hanya akan tersisa sekitar 15% dari seluruh luas wilayah DKI Jakarta (BPS, 2008). Penurunan lahan terbuka ini akan mengakibatkan penyempitan lahan yang seharusnya berfungsi untuk infiltrasi air hujan yang akan menjadi cadangan air tanah.

Laporan ini menyajikan hasil riset berupa peta cadangan air di Jakarta, peta kerentanan sumber daya air. Peta cadangan air di Jakarta dan kerentanannya diproyeksikan untuk tahun 2010, 2015, 2020, 2025, 2030, dan 2035. Lebih lanjut, hasil riset juga untuk memperkirakan pilihan adaptasi yang akan digunakan di masa yang akan datang sekaligus dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan sumber daya air di Jakarta melalui pengembangan zona-zona kerentanan sumber daya air di Jakarta.

Pada laporan ini hanya ditunjukkan proyeksi curah hujan tahunan untuk menunjukkan perubahan jumlah curah hujan yang terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Untuk keperluan perhitungan estmasii cadangan air Jakarta, maka sebelumnya curah hujan bulanan juga telah diproyeksikan. Pada Gambar 11(a) diperlihatkan proyeksi temperatur tahunan yang menunjukkan kenaikan temperatur di wilayah Jakarta mencapai 0,3 oC hingga tahun 2035. Dari kelima stasiun yang dianalisis, stasiun Kemayoran memiliki kenaikan temperatur yang paling tinggi. Pada tahun 2011, temperatur rata-rata tahunan sebesar 30,5 oC dan akan meningkat mencapai 30,8 oC pada tahun 2035.

Proyeksi curah hujan tahunan di wilayah Jakarta ditunjukkan pada Gambar 11(b). Hingga tahun 2035, wilayah Jakarta mengalami penurunan jumlah curah hujan tahunan sebesar 232 mm per tahun. Pada tahun tersebut, curah hujan rata-rata tahunan mencapai 1205 mm dan puncaknya terjadi pada bulan Januari. Tanjung Priok merupakan daerah Jakarta yang memiliki curah hujan paling rendah diantara keempat daerah lainnya dimana pada tahun 2011, wilayah ini hanya memiliki curah hujan tahunan sebesar 1195 mm atau rata-rata sebesar 99 mm per bulan. Setelah diproyeksikan, curah hujan tahunan untuk wilayah Tanjung Priok adalah sebesar 819 mm atau rata-rata sebesar 68 mm per bulan.

PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta

(a)

(b)

Gambar 11. (a) Proyeksi temperatur rata-rata tahunan dan (b) proyeksi curah hujan tahunan

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Institute for Essential Services Reform (IESR, 2010) bahwa proyeksi curah hujan Jakarta menunjukkan trend naik dan menurun selama periode 2001-2100. Proyeksi curah hujan menunjukkan kondisi yang berbeda dengan temperatur yang menunjukkan trend naik. Curah hujan memiliki pola naik di pertengahan 2001-2100 dan kemudian turun di akhir rentang waktu yang sama.

Jumlah limpasan di wilayah Jakarta diproyeksikan mengalami penurunan pada masa mendatang. Hasil perhitungan tersebut belum memasukkan komponen tata guna lahan. Tetapi, tinggi jumlah limpasan sangat tergantung dari kadar air tanah di suatu permukaan. Umumnya, wilayah Jakarta bagian utara memiliki struktur tanah pasir lempung yang mengakibatkan kapasitas lapang dan kadar air tanah yang rendah, sehingga sangat memungkinkan curah hujan akan dikonversi menjadi limpasan. Berbeda dengan daerah Jakarta bagian selatan hingga masuk wilayah Bogor, limpasannya lebih rendah karena struktur tanahnya umumnya adalah tanah latosol.

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 2011 2015 2020 2025 2030 2035 Cengkareng kemayoran Tj Priok Dermaga Bogor Pd Betung oC 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 2011 2015 2020 2025 2030 2035 Cengkareng kemayoran Tj Priok Dermaga Bogor Pd Betung mm

PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta

Tetapi faktor struktur tanah tersebut menjadi sangat kecil pada saat dibandingkan dengan jumlah curah hujan. Perbedaan jumlah curah hujan yang signifikan antara wilayah Jakarta bagian selatan (termasuk Bogor) dan wilayah Jakarta bagian utara, mengakibatkan faktor struktur tanah menjadi sangat kecil. Sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 12, proyeksi jumlah limpasan sangat tinggi untuk wilayah Bogor dan sangat rendah untuk wilayah Tanjung Priok. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, jumlah curah hujan wilayah Bogor sangat tinggi sehingga menimbulkan jumlah limpasan yang juga tinggi.

Gambar 12. Proyeksi limpasan (total run-off)

Penurunan air tanah Jakarta disebabkan oleh tren curah hujan yang semakin menurun. Selain itu, temperatur yang cenderung meningkat menyebabkan kemampuan lingkungan untuk melakukan evapotranspirasi juga meningkat. Akibatnya, surplus air juga mengalami penurunan baik sebagai limpasan (run-off) maupun aliran dasar (base flow). Dari sisi fisik dan tekstur tanah Jakarta secara keseluruhan juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap air yang masuk ke dalam tanah. Jenis tanah memiliki kapasitas lapang berbeda-beda yang mempengaruhi kelembabannya. Karena semakin tinggi kelembaban tanah, maka kadar air tanahnya semakin menurun. Perbedaan dari terjadinya penurunan dan peningkatan kadar air tanah terlihat pada musim hujan dan musim kemarau. 0.0 1000.0 2000.0 3000.0 4000.0 5000.0 6000.0 2011 2015 2020 2025 2030 2035 Cengkareng kemayoran Tj Priok Dermaga Bogor Pd Betung mm

PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta

Gambar 13. Proyeksi air tanah (liter/m2) tahunan di Jakarta dan sekitarnya dengan asumsi tanpa pemukiman penduduk

Pada Gambar 13 di atas, terlihat Bogor secara umum selalu memiliki cadangan air tanah paling tinggi dibanding 4 daerah lainnya. Bogor memiliki jenis tanah latosol. Jenis tanah ini asosiasinya memiliki sifat tanah yang baik yang memiliki kadar air tanah yang tinggi sehingga mampu menyerap air hujan disamping curah hujan yang selalu tinggi di wilayah ini. Bogor juga memiliki temperatur paling rendah yang menyebabkan tingkat evapotranspirasi juga rendah, sehingga air cenderung menjadi surplus dibandingkan defisit karena evapotranspirasi di daerah ini.

Cengkareng merupakan daerah dengan cadangan air tanah yang paling rendah diantara 4 daerah pengamatan lainnya. Daerah Cengkareng umumnya memiliki tekstur tanah pasir kasar-halus, sedikit lempung dengan pecahan cangkang kerang. Kapasitas lapang untuk tekstur tanah jenis ini adalah sebesar 10 % (Saxton, dkk, 2006). Tekstur tanah ini merupakan tanah dengan kadar air tanah yang sangat rendah. Oleh karena itu, meskipun curah hujannya cukup tinggi (lihat Gambar 32(b)), kapasitas lapang untuk membuat surplus air sangat rendah dan kemampuan evapotranspirasi sangat tinggi. Sehingga, air hujan akan lebih banyak defisit dibandingkan surplus.

Hasil overlay (tumpang susun) antara peta proyeksi air tanah dengan kebutuhan air menghasilkan peta proyeksi cadangan air tanah Jakarta tahun 2010, 2015, 2020, 2025, 2030, dan 2035, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 14. Pada tahun 2010, kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, merupakan daerah dengan cadangan air tanah

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 2011 2015 2020 2025 2030 2035 Cengkareng kemayoran Tj Priok Dermaga Bogor Pd Betung liter/m2 tahun

PMI Greater Jakarta Urban Disaster Risk Reduction Project: Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing through Bogor, Depok, and North Jakarta

terendah, terhitung dalam simulasi menunjukkan cadangan air tanah terjadi defisit hingga 1.383 liter/m2 per tahun. Kecamatan Johar Baru memiliki jumlah penduduk sekitar 116.261 jiwa, dengan air tanah sebanyak 407 liter/m2 atau setara dengan 965.070.079 liter per tahun untuk seluruh wilayah Johar Baru pada tahun 2011. Hal demikian juga terjadi pada tahun 2035, kecamatan Johar Baru ini juga adalah daerah yang paling rentan terhadap cadangan air tanah. Pada tahun tersebut, kecamatan ini mengalami defisit air tanah hingga 3.462 liter/m2 atau setara dengan 8.206.608.622 liter (per luas wilayah kecamatan Johar Baru).

Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, merupakan daerah dengan cadangan air tanah tertinggi diantara seluruh kecamatan di Jakarta. Terhitung surplus sebanyak 228 liter/m2 atau setara dengan 6.321.636.052 liter per seluruh luas wilayah Kecamatan Cipayung pada tahun 2011, sedangkan pada tahun 2035, kecamatan ini hanya defisit air tanah sebanyak 208 liter/m2.

Secara keseluruhan, DKI Jakarta sangat rentan terhadap ketersediaan cadangan air tanah di masa mendatang. Hal ini sudah dibuktikan pada tahun-tahun sebelumnya, bahwa masyarakat Jakarta saat ini pun sudah mengambil bahan baku air dari daerah lain, termasuk daerah Jati Luhur dan sekitarnya, untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari. Adapun opsi adaptasi (penyesuaian kondisi) terhadap ketersediaan cadangan air tanah di masa mendatang adalah dengan cara meminimalisasi penggunaan air tanah,dengan cara menggunakan air permukaan, perpipaan, atau PAM. Saat ini pun perencanaan dapat dilakukan dengan cara pembangunan poulder-poulder air, yang berfungsi untuk mengambil air limpasan yang berasal dari air hujan. Melihat dari kondisi curah hujan terbanyak terjadi di wilayah Selatan, maka pembangunan poulder dapat dilakukan di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat. Sedangkan untuk

Dokumen terkait