• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian biomedik yang berjudul pengaruh pemberian ekstrak herba meniran (Phyllanthus niruri L.) pada tikus putih jantan hiperurisemia telah dilaksanakan pada bulan November 2009 - Februari 2010. Tikus putih jantan galur Wistar ditimbang dengan berat badan rata-rata 150-200 gram sebanyak 36 ekor, berumur ± 3 bulan. Hewan coba ini mendapat makanan per oral berupa makanan standart laboratorium (BR) dan makanan perlakuan berupa jus hati ayam, alopurinol, CMC 1%, atau ekstrak herba meniran. Herba meniran diekstraksi dengan larutan etanol 70% dengan metode maserasi. Ekstrak kental herba meniran yang didapat kemudian diuji secara kualitatif. Hasil identifikasi ekstrak herba meniran secara kualitatif dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan uji kualitatif ekstrak herba meniran

Senyawa Cara Kerja Hasil

Pengamatan

Pustaka (Robinson, 1995) Lignan maserat diekstraksi dengan

etanol → ditambah larutan Kalium Hidroksida pekat dalam air.

Endapan (+) Reaksi (+) : terbentuk endapan

Flavonoid maserat ditambah serbuk Mg, larutan alkohol : asam klorida (1:1) dan pelarut amil alkohol→ dikocok kuat-kuat → dibiarkan memisah. Reaksi (+) : warna kuning pada lapisan amil alkohol Reaksi (+) : warna merah / kuning / jingga pada lapisan amil alkohol.

Alkaloid 2ml maserat ditambah 1ml HCl 2% → larutan dibagi tiga sama banyak dalam tabung reaksi lain :

Tabung I sebagai pembanding.

Tabung II ditambah 2 tetes reagen Dragendorf.

Tabung III ditambah 2 tetes Mayer.

Reaksi (-) Reaksi (+) Tabung

II :

kekeruhan/endapan coklat.

Reaksi (+) Tabung III : endapan putih kekuningan.

Senyawa aktif yang diidentifikasi adalah lignan dan flavonoid. Uji kualitatif senyawa lignan memberikan hasil yang positif yaitu terbentuknya endapan dan senyawa flavonoid memberikan hasil yang positif yaitu larutan berwarna kuning pada lapisan amil alkohol. Senyawa lain yang juga diidentifikasi adalah alkaloid. Hasil uji kualitatif senyawa alkaloid adalah negatif yaitu tidak terbentuk endapan kekuningan.

Penelitian biomedik dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Universitas Setia Budi. Pengukuran kadar asam urat darah dilakukan di Laboratorium Biomedik Universitas Setia Budi. Kadar asam urat darah diukur sebanyak 3 kali yaitu pada hari ke-0, ke-7, dan ke-14. Hasil pengukuran kadar asam urat darah adalah data primer. Kadar asam urat darah yang diukur kemudian dirata-rata dan ditabulasi. Rata-rata kadar asam urat darah hari ke-0 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Rata-rata kadar asam urat darah (mg/dl) sebelum induksi dan sebelum perlakuan (hari ke-0)

No. tikus I II III IV V VI

1 1.1 2.4 2.6 1.3 2.2 2.2

3 1.3 1.6 1.7 1.2 1.7 1.8 4 1.4 1.0 2.3 1.1 0.8 1.3 5 2.0 2.1 1.8 1.6 1.1 1.8 6 1.3 3.4 1.4 1.4 1.2 1.4 Rerata 1.42 2.00 1.93 1.33 1.37 1.65 SD 0.31 0.84 0.44 0.18 0.50 0.35 Keterangan :

Kelompok I = belum mendapat induksi dan perlakuan Kelompok II = belum mendapat induksi dan perlakuan Kelompok III = belum mendapat induksi dan perlakuan Kelompok IV = belum mendapat induksi dan perlakuan Kelompok V = belum mendapat induksi dan perlakuan Kelompok VI = belum mendapat induksi dan perlakuan

Tabel 4.2 merupakan rata-rata kadar asam urat darah sebelum induksi dan sebelum perlakuan (hari ke-0). Rata-rata awal kadar asam urat darah untuk semua kelompok adalah antara (1.33±0.18 mg/dl) dan (2.00±0.84 mg/dl). Dengan menggunakan uji homogenitas (Levene’s test) terhadap data di atas, didapatkan nilai probabilitas 0.172 (p>0.05) berarti kadar asam urat darah awal semua kelompok adalah homogen. Kadar asam urat hari ke-0 kemudian dianalisis dengan uji anova one way, didapatkan nilai probabilitas 0.077 (p>0.05) (Lampiran 1). Dengan demikian Ho diterima yang berarti bahwa pada kondisi awal, tidak ada perbedaan rata-rata kadar asam urat darah antar kelompok tikus putih secara nyata. Gambaran yang lebih jelas bisa dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Rata-rata k sebelum perlakuan ( Keterangan : Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI

Kadar asam urat darah tikus ayam sebanyak 3 ml/200gBB

I sebagai kelompok kontrol normal dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3. Rata-rata k sebelum perlakuan ( No. tikus I 1 1.2 2 1.5 3 1.5 1.42 0 0.2 0.4 0.6 0.81 1.2 1.4 1.6 1.82 2.2 2.4 I Kad ar as am u rat d ar ah (m g/ dl )

rata kadar asam urat darah sebelum induksi dan sebelum perlakuan (hari ke-0)

= belum mendapat induksi dan perlakuan = belum mendapat induksi dan perlakuan = belum mendapat induksi dan perlakuan = belum mendapat induksi dan perlakuan = belum mendapat induksi dan perlakuan = belum mendapat induksi dan perlakuan Kadar asam urat darah tikus ditingkatkan dengan pemberian jus hati ayam sebanyak 3 ml/200gBB sekali sehari selama tujuh hari. Hanya kelompok I sebagai kelompok kontrol normal yang tidak diinduksi. Data lebih lengkap

Tabel 4.3.

rata kadar asam urat darah (mg/dl) sesudah induksi dan sebelum perlakuan (hari ke-7)

II III IV V 4.0 2.7 3.6 2.3 2.8 2.2 3.6 3.3 2.7 6.1 3.0 3.3 2 1.93 1.33 1.37 1.65 II III IV V VI Kelompok

sebelum induksi dan

= belum mendapat induksi dan perlakuan dan perlakuan = belum mendapat induksi dan perlakuan = belum mendapat induksi dan perlakuan = belum mendapat induksi dan perlakuan = belum mendapat induksi dan perlakuan

n jus hati hari. Hanya kelompok Data lebih lengkap

induksi dan

VI 2.5 3.9 3.7

4 1.5 3.1 2.4 2.4 3.6 2.8 5 2.1 3.4 2.6 3.1 3.2 4.5 6 1.5 3.0 2.4 5.6 2.3 3.9 Rerata 1.55 3.17 3.07 3.55 3.00 3.55 SD 0.30 0.48 1.50 1.10 0.56 0.75 Keterangan :

Kelompok I = Tanpa induksi jus hati ayam = Kontrol normal Kelompok II = Mendapat induksi jus hati ayam

Kelompok III = Mendapat induksi jus hati ayam Kelompok IV = Mendapat induksi jus hati ayam Kelompok V = Mendapat induksi jus hati ayam Kelompok VI = Mendapat induksi jus hati ayam

Pada Tabel 4.3, rata-rata kadar asam urat darah hari ke-7 kelompok I adalah (1.55±0.30 mg/dl) sedangkan kelompok II – VI adalah antara (3.00±0.56 mg/dl) dan (3,55±1.10 mg/dl). Hasil analisis anova one way, didapatkan nilai probabilitasnya adalah 0.005 (p<0.05) (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antar kelompok. Perbedaan yang nyata itu ditemukan pada kelompok yang diinduksi jus hati ayam (kelompok II-VI) dengan kelompok yang tidak diinduksi jus hati ayam (kelompok I). Perbedaan ini diuji dengan statistik analisis post hoc tipe Dunnet t (2-side). Nilai probabilitas kelompok II, III, IV, V, VI terhadap kelompok I, berturut-turut adalah 0.014 (p<0.05), 0.023 (p<0.05), 0.002 (p<0.05), 0.032 (p<0.05), dan 0.002 (p<0.05) (Lampiran 3). Dengan nilai probabilitas <0.05 pada uji post hoc tipe Dunnet t (2-side), maka dapat diinterpretasikan bahwa kelompok yang diinduksi jus hati ayam (kelompok II, III, IV, V dan VI)

memiliki kadar asam urat darah yang berbeda jauh dengan kadar asam urat darah kelompok yang tidak diinduksi jus hati ayam (kelompok I).

Rata-rata kadar asam urat darah kelompok II-VI yaitu antara (3.00±0.56 mg/dl) dan (3.55±1.10 mg/dl), dianalisa lebih lanjut dengan uji anova one way. Secara statistik, didapatkan nilai probabilitasnya adalah 0.761 (p>0.05) (Lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa antar kelompok yang diinduksi jus hati ayam yaitu kelompok II, III, IV, V, dan VI, tidak memiliki rata-rata yang berbeda jauh.

Pada Tabel 4.3, kelompok III dan IV memiliki simpangan baku yang besar yaitu ±1.50 dan ±1.10. Simpangan baku yang besar ini dapat disebabkan karena perbedaan yang besar antara nilai yang tertinggi dengan nilai yang terendah pada satu kelompok, dan karena jumlah sampel yang sedikit. Oleh karena itu, dilakukan uji normalitas data yaitu Shapiro-Wilk untuk menguji sampel yang sedikit (kurang atau sama dengan 50) (Dahlan, 2008), nilai probabilitasnya adalah 0.056 (p>0.05) (Lampiran 2). Hal ini berarti data kadar asam urat darah semua kelompok pada Tabel 4.3, memiliki distribusi yang normal sehingga data yang menyebabkan simpangan baku yang besar tidak dieliminasi (Santoso, 2003).

Berikut disajikan gambaran yang lebih jelas mengenai rata-rata kadar asam urat sesudah induksi dan sebelum perlakuan (hari ke-7) pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Rata-rata k perlakuan (

Keterangan :

Kelompok I = Tanpa induksi

Kelompok II = Mendapat induksi jus hati ayam Kelompok III = Mendapat induksi jus hati ayam Kelompok IV = Mendapat induksi jus hati ayam Kelompok V = Mendapat induksi jus hati ayam Kelompok VI = Mendapat induksi jus hati ayam

Setelah diinduksi, k

III, IV, V, dan VI kemudian diberi perlakuan berupa alopu herba meniran. Sedangkan kelompok II, kadar

diperlakukan sebagai kelompok kontrol negatif yang tidak mendapat perlakuan. Perlakuan alopurinol

dosis 10mg/200gBB pada kelompok IV,

20mg/200gBB pada kelompok V, dan ekstrak herba meniran dosis 40mg/200gBB pada kelompok VI,

dengan pengukuran kadar asam ura 1.55 0 0.4 0.8 1.2 1.6 2 2.4 2.8 3.2 3.6 I Kad ar as am u rat d ar ah (m g/ dl )

rata kadar asam urat darah sesudah induksi dan sebelum perlakuan (hari ke-7)

= Tanpa induksi jus hati ayam = Kontrol normal = Mendapat induksi jus hati ayam

= Mendapat induksi jus hati ayam Mendapat induksi jus hati ayam = Mendapat induksi jus hati ayam = Mendapat induksi jus hati ayam

Setelah diinduksi, kadar asam urat darah yang meningkat pada kelompok kemudian diberi perlakuan berupa alopurinol dan ekstrak herba meniran. Sedangkan kelompok II, kadar asam uratnya tetap

diperlakukan sebagai kelompok kontrol negatif yang tidak mendapat alopurinol pada kelompok III, ekstrak herba meniran dosis 10mg/200gBB pada kelompok IV, ekstrak herba meniran dosis 20mg/200gBB pada kelompok V, dan ekstrak herba meniran dosis 40mg/200gBB pada kelompok VI, diberikan selama tujuh hari dan

ukuran kadar asam urat darah pada hari ke-14. Berikut disajikan

3.17 3.07 3.55

3

3.55

II III IV V VI

Kelompok

sesudah induksi dan sebelum

pada kelompok n ekstrak asam uratnya tetap tinggi, diperlakukan sebagai kelompok kontrol negatif yang tidak mendapat ekstrak herba meniran ekstrak herba meniran dosis 20mg/200gBB pada kelompok V, dan ekstrak herba meniran dosis diberikan selama tujuh hari dan diakhiri Berikut disajikan

rata-rata kadar asam urat darah sesudah induksi dan sesudah perlakuan (hari ke-14) pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Rata-rata kadar asam urat darah sesudah induksi dan sesudah perlakuan (hari ke-14)

Keterangan :

Kelompok I = Tanpa induksi dan tanpa perlakuan = kontrol normal Kelompok II = Hanya induksi dan tanpa perlakuan = kontrol negatif Kelompok III = Induksi dan perlakuan alopurinol = kontrol positif Kelompok IV = Induksi dan perlakuan ekstrak herba meniran dosis rendah

= uji dosis I

Kelompok V = Induksi dan perlakuan ekstrak herba meniran dosis sedang = uji dosis II

Kelompok VI = Induksi dan perlakuan ekstrak herba meniran dosis tinggi = uji dosis III

Rata-rata kadar asam urat darah sesudah induksi dan sesudah perlakuan (hari ke-14) berturut-turut pada kelompok I, II, III, IV, V, dan VI adalah 2.15, 3.80, 2.33, 2.02, 2.10, dan 2.22 (mg/dl) (Lampiran 5). Pada Gambar 4.3, kadar asam urat kelompok perlakuan (III, IV, V, dan VI) secara deskriptif

2.15 3.8 2.33 2.02 2.1 2.22 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 I II III IV V VI Kad ar as am u rat d ar ah (m g/ dl ) Kelompok

setara dengan kelompok kontrol normal (I). Untuk memastikan apakah rata-rata kadar asam urat darah kelompok perlakuan (III, IV, V, dan VI) setara dengan kelompok kontrol normal (I) secara analitis, maka data kemudian diuji dengan menggunakan uji anova one way. Didapatkan nilai probabilitas 0.902 (p>0.05) (Lampiran 6) yang berarti bahwa secara analitis, penurunan kadar asam urat darah kelompok perlakuan (III, IV, V, dan VI) terhadap kelompok kontrol negatif (II) sebanding dengan kelompok kontrol normal (I).

Besarnya penurunan kadar asam urat darah kelompok perlakuan (III, IV, V, dan VI) terhadap kelompok kontrol negatif (II) dapat dihitung menggunakan uji statistik analisis regresi linier ganda. Sebelumnya, data untuk olahan statistik analisis regresi linier ganda didapatkan dari perhitungan selisih kadar asam urat darah sesudah induksi dan sesudah perlakuan (hari ke-14) dikurangi kadar asam urat darah sesudah induksi dan sebelum perlakuan (hari ke-7). Hasil analisis regresi linier ganda disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil analisis regresi linier ganda (ANCOVA) tentang pengaruh pemberian ekstrak meniran terhadap penurunan kadar asam urat Variabel B (koefisien regresi) P Confidence Interval 95% Batas bawah Batas atas Perlakuan - Kontrol negatif 0 - 0 0 - Alopurinol -1.4 <0.001 -1.9 -0.9

- Ekstrak meniran rendah -1.9 <0.001 -2.4 -1.4 - Ekstrak meniran sedang -1.6 <0.001 -2.2 -1.1 - Ekstrak meniran tinggi -1.7 <0.001 -2.2 -1.2

Kadar asam urat sebelumnya 0.4 0.001 0.2 0.5 Konstanta 2.7 <0.001 1.9 3.4 N observasi = 30 P < 0.001 Adjusted R2 = 0.73 Keterangan :

Kelompok II = Hanya induksi dan tanpa perlakuan = kontrol negatif Kelompok III = Induksi dan perlakuan alopurinol = kontrol positif Kelompok IV = Induksi dan perlakuan ekstrak herba meniran dosis rendah

= uji dosis I

Kelompok V = Induksi dan perlakuan ekstrak herba meniran dosis sedang = uji dosis II

Kelompok VI = Induksi dan perlakuan ekstrak herba meniran dosis tinggi = uji dosis III

Dengan statistik analisis regresi linier ganda (ancova), besarnya penurunan kadar asam urat darah karena pengaruh pemberian ekstrak herba meniran dapat dijelaskan lebih detail (Lampiran 7). Penurunan kadar asam urat darah kelompok perlakuan alopurinol (III), ekstrak herba meniran dosis rendah (IV), ekstrak herba meniran dosis sedang (V), dan ekstrak herba meniran dosis tinggi (VI) masing-masing memiliki nilai probabilitas di bawah 0.001. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian alopurinol dan ekstrak herba meniran mempunyai pengaruh yang nyata terhadap penurunan kadar asam urat

darah tikus. Nilai 0.001 dapat diartikan bahwa penelitian ini jika diulang sampai 999 kali akan memberikan hasil yang sama dan hanya 1 kali penelitian yang gagal di antara 1000 kali penelitian.

Kelompok perlakuan alopurinol (III) mempunyai koefisien regresi -1,4 terhadap kontrol negatif (II) yang berarti bahwa pemberian alopurinol dapat menurunkan kadar asam urat darah sebesar 1,4. Kelompok perlakuan ekstrak herba meniran dosis rendah (IV) memiliki koefisien regresi paling besar yaitu -1.9. Hal ini berarti bahwa pemberian ekstrak herba meniran mampu menurunkan kadar asam urat darah sebesar 1.9 terhadap kelompok kontrol negatif (II). Kelompok perlakuan ekstrak herba meniran dosis sedang (V) memiliki koefisien regresi -1.6 yang berarti bahwa pemberian ekstrak herba meniran dosis sedang (V) mampu menurunkan kadar asam urat darah sebesar 1.6 terhadap kelompok kontrol negatif (II). Dan kelompok perlakuan ekstrak herba meniran dosis tinggi (VI) memiliki koefisien regresi sebesar -1.7 terhadap kelompok kontrol negatif (II). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak herba meniran dosis tinggi (VI) mampu menurunkan kadar asam urat darah sebesar 1.7 terhadap kelompok kontrol negatif (II).

Nilai adjusted R2 mempunyai arti berapa besar nilai persamaan yang diperoleh mampu menjelaskan penurunan kadar asam urat darah. Semakin mendekati 100%, maka persamaan yang diperoleh semakin baik (Dahlan, 2008). Pada Tabel 4.4, nilai adjusted R2 adalah 0.73, artinya variabel bebas yang diperoleh mampu menjelaskan penurunan variabel tergantung sebesar 73 %. Di sini berarti pemberian ekstrak herba meniran dinyatakan dapat

menjelaskan penurunan kadar asam urat darah tikus sebesar 73%. Sedangkan 27% sisanya, dijelaskan oleh variabel/sebab-sebab lain yang tidak diteliti (Santoso, 2003).

Tabel 4.5. Hasil analisis Bonferroni tentang perbandingan signifikansi dan selisih kadar asam urat darah (mg/dl) sebelum perlakuan (hari ke-7) dan sesudah perlakuan (hari ke-14)

Rerata baris - rerata kolom

Alopurinol Ekstrak meniran rendah Ekstrak meniran sedang Ekstrak meniran rendah 0.8 0.753 Ekstrak meniran sedang 0.17 1.000 -0.63 1.000 Ekstrak meniran tinggi 0.6 1.000 -0.2 1.000 0.43 1.000

Selisih rata-rata kadar asam urat darah antar kelompok perlakuan diuji dengan statistik analitis Bonferroni (Lampiran 7). Nilai probabilitas selisih antara rata-rata kelompok perlakuan alopurinol (III) dengan kelompok perlakuan ekstrak herba meniran dosis rendah, dosis sedang, dosis tinggi (IV, V, VI) berturut-turut adalah 0.753, 1.000, 1.000 (p>0.05). Hal ini berarti bahwa pemberian alopurinol dibandingkan dengan ekstrak herba meniran tidak berbeda nyata dalam menurunkan kadar asam urat darah.

Pada Tabel 4.5, efektivitas antar kelompok perlakuan ekstrak herba meniran memiliki nilai probabilitas masing-masing adalah 1.000 (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara statistik signifikan

pengaruh ekstrak herba meniran dosis rendah dibandingkan dengan dosis yang lebih tinggi.

Dokumen terkait