• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penguji Balai Riset dan Standardisasi Industri (BARISTAN) Medan pada periode Agustus – Oktober 2016 dimana pelepasan ion nikel braket stainless steel slot 0.018 inci dengan preskripsi Edgewise, merk American Orthodontic® yang direndam dalam artificial saliva, obat kumur chlorhexidine, obat kumur fluoride, dan obat kumur ekstrak daun sirih hijau (Piper betle Linn) selama 1, 3, 5, dan 7 minggu. Sebanyak 48 sampel, dengan rincian 12 sampel braket direndam dalam artificial saliva selama 1, 3, 5 dan 7 minggu, 12 sampel braket direndam dalam obat kumur chlorhexidine selama 1, 3, 5 dan 7 minggu, 12 sampel braket direndam dalam obat kumur fluoride selama 1,3,5, dan 7 minggu, 12 sampel braket direndam dalam obat kumur ekstrak daun sirih hijau (Piper betle Linn) selama 1, 3, 5 dan 7 minggu. Seluruh sampel disimpan dalam inkubator (37o

Pembuatan kurva kalibrasi larutan standar logam nikel dilakukan dengan membuat larutan standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5 ppm kemudian diukur absrobansinya dengan alat AAS. Data absorbansi untuk larutan standar nikel dapat dilihat pada Tabel 4.1.

C) dan diukur pelepasan ion nikel setelah perendaman selama 1, 3, 5, dan 7 minggu. Pengukuran pelepasan ion nikel dilakukan dengan alat AAS merk Shimadzu AA-7000.

67

Tabel 4.1 Data absorbansi larutan standar nikel Standar Konsentrasi (ppm) Absorbansi

Std 1 0.1 0.0199

Std 2 0.2 0.0375

Std 3 0.3 0.0537

Std 4 0.4 0.0694

Std 5 0.5 0.0806

Hasil pengukuran absorbansi kemudian diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva kalibrasi larutan standar logam nikel pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Kurva kalibrasi larutan standar nikel

Nilai rerata pelepasan ion nikel setelah perendaman dalam artificial saliva 1, 3, 5, dan 7 minggu disajikan pada Tabel 4.2 dan grafik disajikan pada Gambar 4.2.

68

Tabel 4.2 Nilai rerata pelepasan ion nikel setelah perendaman dalam artificial saliva 1, 3, 5, dan 7 minggu.

Gambar 4.2 Grafik pelepasan ion nikel setelah perendaman dalam artificial saliva 1, 3, 5, dan 7 minggu

Nilai rerata pelepasan ion nikel setelah perendaman dalam chlorhexidine 1, 3, 5, dan 7 minggu disajikan pada Tabel 4.3 dan grafik disajikan pada Gambar 4.3.

KELOMPOK WAKTU PERENDAMAN

(MINGGU)

Perendaman dalam artificial saliva (kontrol)

(n=3) χ ± SD (ppm)

1 0.0033 ± 0.00577

3 0.0033 ± 0.00577

5 0.0133 ± 0.00577

7 0.0133 ± 0.00577

69

Tabel 4.3 Nilai rerata pelepasan ion nikel setelah perendaman dalam chlorhexidine 1, 3, 5, dan 7 minggu

Gambar 4.3 Grafik pelepasan ion nikel setelah perendaman dalam chlorhexidine 1, 3, 5, dan 7 minggu

Nilai rerata pelepasan ion nikel setelah perendaman dalam obat kumur fluoride 1, 3, 5, dan 7 minggu disajikan pada Tabel 4.4 dan grafik disajikan pada Gambar 4.4.

KELOMPOK WAKTU PERENDAMAN

(MINGGU)

Perendaman dalam chlorhexidine

(n=3) χ ± SD

(ppm)

1 0.18 ± 0.02

3 0.5567 ± 0.00577

5 0.9333 ± 0.00577

7 1.303 ± 0.00577

70

Tabel 4.4 Nilai rerata pelepasan ion Ni setelah perendaman dalam fluoride 1, 3, 5, 7, minggu

Gambar 4.4 Grafik pelepasan ion Ni setelah perendaman dalam fluoride 1, 3, 5, dan 7 minggu

Nilai rerata pelepasan ion nikel setelah perendaman dalam obat kumur daun sirih hijau (Piper betle linn) 1, 3, 5, dan 7 minggu disajikan pada Tabel 4.4 dan grafik disajikan pada Gambar 4.4.

KELOMPOK WAKTU PERENDAMAN

(MINGGU)

Perendaman dalam fluoride (n=3)

χ ± SD (ppm)

1 0.0233 ± 0.01528

3 0.0767 ± 0.01155

5 0.1167 ± 0.01528

7 0.1733 ± 0.01155

71

Tabel 4.5 Nilai rerata pelepasan ion nikel setelah perendaman dalam obat kumur ekstrak daun sirih hijau (Piper betle linn) 1, 3, 5, dan 7 minggu

Gambar 4.5 Grafik pelepasan ion nikel setelah perendaman dalam obat kumur daun sirih hijau (Piper betle linn)1, 3, 5, dan 7 minggu

KELOMPOK WAKTU PERENDAMAN

(MINGGU)

Perendaman dalam Piper betle linn

(n=3) χ ± SD

(ppm)

1 0.0167 ± 0.00577

3 0.0533 ± 0.00577

5 0.09 ± 0.01

7 0.13 ± 0.02

72

Untuk mengetahui sebaran data yang diperoleh dilakukan uji normalitas Shapiro-wilk. Hasil uji normalitas menunjukkan sebaran data hasil pengukuran pelepasan ion nikel tidak normal dengan nilai kemaknaan p<0.05 pada beberapa kelompok (Tabel 4.6), sehingga untuk melihat ada tidaknya perbedaan pelepasan ion nikel maka dilakukan uji Kruskal-Wallis.

Tabel 4.6 Uji normalitas Shapiro-Wilk

Berdasarkan Tabel di atas, terlihat kelompok dengan data yang tidak normal (p<0.05). Oleh karena itu tidak bisa dilakukan analisa data dengan uji ANOVA sehingga uji analisa data dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis.

Kelompok Waktu

Perendaman (minggu)

Shapiro-Wilk Statistic df Sig.

Perendaman dalam artificial saliva 1 0.000 3 0.750

3 0.000 3 0.750

5 0.000 3 0.750

7 0.000 3 0.750

Perendaman dalam Chlorhexidine 1 1 3 1

3 0.75 3 0.000

5 0.75 3 0.000

7 0.75 3 0.000

Perendaman dalam Piper betle Linn 1 0.75 3 0.000

3 0.75 3 0.000

73

Melalui uji Kruskal-Wallis perbedaan pelepasan ion nikel pada perendaman dalam artificial saliva menunjukkan adanya perbedaan signifikan yang terjadi antara minggu ke-1, ke-3, ke-5, dan ke-7 dengan nilai p=0.040 (p<0.05) (Tabel 4.7).

Tabel 4.7 Perbedaan pelepasan ion nikel pada kelompok perendaman dalam artificial saliva berdasarkan waktu 1, 3, 5,dan 7 minggu.

*p<0.05

Perbedaan pelepasan ion Ni pada kelompok perendaman dalam chlorhexidine berdasarkan waktu 1, 3, 5, dan 7 minggu menggunakan uji Kruskal Wallis menunjukkan adanya perbedaan signifikan yang terjadi antara minggu 1, 3, ke-5, dan ke-7 dengan nilai p=0.015 (p<0.05) (Tabel 4.8).

Tabel 4.8 Perbedaan pelepasan ion nikel pada kelompok perendaman dalam chlorhexidine berdasarkan waktu 1, 3, 5, 7 minggu.

*p<0.05

Melalui uji Kruskal-Wallis perbedaan pelepasan ion nikel pada perendaman dalam obat kumur daun sirih hijau (Piper betle linn) menunjukkan adanya perbedaan signifikan yang terjadi antara minggu ke-1, ke-3, ke-5, dan ke-7 dengan nilai p=0.015 (p<0.05) (Tabel 4.9).

74

Tabel 4.9 Perbedaan pelepasan ion nikel pada kelompok perendaman dalam obat kumur daun sirih hijau (Piper betle linn) berdasarkan waktu 1, 3, 5,dan 7 minggu

*p<0.05

Perbedaan pelepasan ion Ni pada kelompok perendaman dalam Fluoride berdasarkan waktu 1, 3, 5, 7 minggu menggunakan uji Kruskal Wallis menunjukkan adanya perbedaan signifikan yang terjadi antara minggu ke-1, ke-3, ke-5, dan ke-7 dengan nilai p=0.015 (p<0.05) (Tabel 4.8).

Tabel 4.10 Perbedaan pelepasan ion Ni pada kelompok perendaman dalam fluoride berdasarkan waktu 1, 3, 5, 7 minggu

*p<0.05

Tidak hanya berdasarkan waktu perendaman dalam larutan yang sama, peneliti juga dapat melihat perbandingan pelepasan ion nikel berdasarkan larutan pada waktu perendaman yang sama. Menurut uji Kruskal Wallis, dapat dilihat perbedaan pelepasan ion nikel antara kelompok perendaman dalam artificial saliva, obat kumur chlorhexidine, fluoride, dan ekstrak daun sirih hijau (Piper betle linn) pada perendaman 1 minggu, dimana menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai p=0.021(p<0.05) (Tabel 4.11)

Kelompok n P

75

Tabel 4.11 Perbedaan pelepasan ion nikel antara kelompok perendaman artificial saliva, obat kumur chlorhexidine, fluoride, ekstrak daun sirih hijau (Piper betle Linn) pada perendaman 1 minggu

*p<0.05

Perbedaan pelepasan ion nikel antara kelompok perendaman artificial saliva, obat kumur chlorhexidine, fluoride, ekstrak daun sirih hijau (Piper betle Linn) pada perendaman 3 minggu menggunakan uji Kruskal Wallis menunjukkan adanya perbedaan signifikan yang terjadi antara minggu ke-1, ke-3, ke-5, dan ke-7 dengan nilai p=0.015 (p<0.05) (Tabel 4.12).

Tabel 4.12 Perbedaan pelepasan ion nikel antara kelompok perendaman artificial saliva, obat kumur chlorhexidine, fluoride, ekstrak daun sirih hijau (Piper betle linn) pada perendaman 3 minggu

*p<0.05

Perbedaan pelepasan ion nikel antara kelompok perendaman artificial saliva, obat kumur chlorhexidine, fluoride, ekstrak daun sirih hijau (Piper betle linn) pada perendaman 5 minggu menggunakan uji Kruskal Wallis menunjukkan adanya

Kelompok n p

Perendaman dalam artificial saliva 3

0.021* Perendaman dalam chlorhexidine 3

Perendaman dalam piper betle linn 3

Perendaman dalam fluoride 3

Kelompok n P

Perendaman dalam artificial saliva 3

0.015* Perendaman dalam chlorhexidine 3

Perendaman dalam piper betle linn 3

Perendaman dalam fluoride 3

76

perbedaan signifikan yang terjadi antara minggu ke-1, ke-3, ke-5, dan ke-7 dengan nilai p=0.016 (p<0.05) (Tabel 4.13).

Tabel 4.13 Perbedaan pelepasan ion nikel antara kelompok perendaman artificial saliva, obat kumur chlorhexidine, fluoride, ekstrak daun sirih hijau (Piper betle linn) pada perendaman 5 minggu

*p<0.05

Perbedaan pelepasan ion nikel antara kelompok perendaman artificial saliva, obat kumur chlorhexidine, fluoride, ekstrak daun sirih hijau (Piper betle linn) pada perendaman 7 minggu menggunakan uji Kruskal Wallis juga menunjukkan adanya perbedaan signifikan yang terjadi antara minggu ke-1, ke-3, ke-5, dan ke-7 dengan nilai p=0.015 (p<0.05) (Tabel 4.14).

Tabel 4.14 Perbedaan pelepasan ion nikel antara kelompok perendaman artificial saliva, obat kumur chlorhexidine, fluoride, ekstrak daun sirih hijau (Piper betle Linn)pada perendaman 7 minggu

*p<0.05

Kelompok n P

Perendaman dalam artificial saliva 3

0.016* Perendaman dalam chlorhexidine 3

Perendaman dalam piper betle linn 3

Perendaman dalam fluoride 3

Kelompok n P

Perendaman dalam artificial saliva 3

0.015* Perendaman dalam chlorhexidine 3

Perendaman dalam piper betle linn 3

Perendaman dalam fluoride 3

BAB 5 PEMBAHASAN

Braket ortodonti umumnya terbuat dari stainless steel yang mengandung sekitar 8-12% nikel dan 17-22% kromium. Selama perawatan ortodonti, braket berada di dalam rongga mulut dalam waktu yang cukup lama. Lingkungan rongga mulut merupakan tempat yang ideal untuk terjadinya biodegradasi logam karena memiliki sifat enzimatis, mikrobiologis, termal, serta ion.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bagaimana pelepasan ion nikel selama perawatan ortodonti dalam saliva serta serum dapat berdampak pada kesehatan tubuh manusia. Konsentrasi nikel pada braket stainless steel telah banyak menimbulkan perdebatan, karena di satu sisi nikel dapat menimbulksn reaksi alergi selama perawatan ortodonti dan di sisi lain nikel merupakan salah satu elemen pembentuk logam stainless steel yang sangat penting.

51

Ion nikel menjadi perhatian khusus, karena dapat berpotensi memberikan efek merugikan bagi kesehatan tubuh. Ion nikel dapat menghasilkan reaksi alergi, toksik, asma, dan karsinogenik. Sekitar 10% dari populasi umum menunjukkan adanya hipersensitifitas terhadap nikel. Nikel dikenal sebagai sensitizer imunologi yang kuat dan yang paling umum menyebabkan alergi dermatitis kontak, yang mana merupakan respon imun hipersensitif tipe IV delayed. Penelitian in-vitro pada fibroblas gingiva manusia yang dikultur menunjukkan bahwa ion-ion yang dilepaskan dari aloi nikel dapat mengubah fungsi selular (Messer dan Lucas, cit. Huang dkk., 2004). Studi

1,4,52,53

78

sel-sel kultur yang terpapar aloi berbasis nikel (Wataha dkk., cit. Huang, 2004).

Beberapa penulis menyatakan akumulasi nikel pada perawatan ortodonti dapat menyebabkan pertumbuhan gingiva berlebih, dermatitis diluar mulut juga bisa berlanjut selama perawatan ortodonti, serta peningkatan level nikel di urine setelah 2 bulan pemakaian alat ortodonti.

Korosi dan pelepasan ion nikel selain berbahaya bagi tubuh juga dapat menghambat perawatan ortodonti itu sendiri. Material braket menjadi lemah sehingga mengakibatkan lepasnya sayap braket dari basisnya dan juga permukaan slot braket menjadi tidak rata sehingga memperparah terjadinya friksi. Hal ini dapat memperpanjang waktu perawatan dan juga menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien pada saat perawatan ortodonti.

26,54,55

Ketahanan korosi dapat ditingkatkan dengan menggunakan aloi dimana akan menghasilkan ikatan kimia yang kuat dengan oksigen sehingga membentuk film protektif (passive film) pada permukaan material. Passive film merupakan suatu lapisan pelindung pada permukaan luar stainless steel yang dapat diaplikasikan secara micro-coating atau dapat terbentuk secara alamiah. Sebagai pencegah korosi, passive film merupakan lapisan yang sangat tipis yang dapat mencegah korosi. Komposisi kimia dan struktur mikro passive film berbeda-beda pada setiap logam, bergantung pada komposisi logam tersebut. Secara umum ketebalan passive film berada di bawah 10 nm. Pelepasan ion yang terjadi karena proses korosi disebabkan karena hilangnya passive film terlebih dahulu.

7,24

Hilangnya passive film apabila disertai dengan faktor yang dapat memperparah terjadinya korosi dan pelepasan ion, akan menyebabkan semakin

56

79

besarnya ion nikel yang lepas di rongga mulut dan masuk ke tubuh. Asupan harian nikel yang didapat dari makanan adalah sekitar 300-500 µg/ hari dan dari minuman adalah 20 µg per liter. Sedangkan konsentrasi normal nikel didalam darah adalah 2.4-30 ng/ml.

Alat ortodonti di dalam rongga mulut terpapar berbagai macam komponen kimia dan fisik yang dapat merusak. Salah satu komponen kimia yang mempengaruhi adalah obat kumur yang umumnya diresepkan untuk mencegah karies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pelepasan ion nikel dari braket stainless steel yang direndam pada obat kumur yang berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu pertimbangan bagi ortodontis untuk meresepkan obat kumur dengan efek anti bakteri dan anti karies yang baik bagi pasien ortodonti tetapi memiliki pelepasan ion nikel yang minimal.

7,51,55

Penelitian ini menggunakan 48 sampel braket stainless steel slot 0.018 inci dengan preskripsi Edgewise merk American Orthodontic®, dengan rincian 12 braket direndam dalam artifisial saliva, 12 braket direndam dalam obat kumur chlorhexidine, 12 braket direndam dalam obat kumur fluoride, dan 12 braket direndam dalam obat kumur ekstrak daun sirih hijau (Piper betle Linn). Braket disimpan dalam inkubator dengan temperatur 37o

Dari hasil penelitian didapati bahwa pelepasan ion nikel braket stainless steel yang direndam dalam artifisial saliva, obat kumur chlorhexidine, fluoride, dan

C. Pengukuran pelepasan ion nikel menggunakan alat AAS pada periode waktu 1 minggu, 3 minggu, 5 minggu, dan 7 minggu.

80

bertambahnya waktu. Hasil ini sesuai dengan penelitian Amini (2012) dimana grafik pelepasan ion nikel menunjukkan peningkatan sampai dengan 6 bulan, dan penelitian ini berada pada rentang 7 minggu yang sama-sama menunjukkan pola yang terus meningkat.

Penelitian yang dilakukan Barret dkk. (1993) menyatakan bahwa puncak pelepasan ion nikel terjadi pada hari ke-7, kemudian selanjutnya menurun sampai periode 3 minggu berikutnya. Sedangkan Singh dkk (cit Talic, 2013) menyatakan bahwa level nikel dalam saliva dari 10 pasien yang sedang menjalani perawatan ortodonti mencapai level tertinggi pada 1 minggu setelah pemasangan piranti.

Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian ini dimana pelepasan ion nikel terus meningkat dari minggu ke-1 hingga ke-7.

25

Pelepasan ion nikel braket stainless steel pada minggu 1, 3, 5, dan 7 secara berurutan dari paling besar ke kecil yaitu pada perendaman obat kumur chlorhexidine, fluoride, ekstrak daun sirih hijau (Piper betle Linn), dan artifisial saliva. Dari hasil penelitian ini, pelepasan ion nikel braket stainless steel yang direndam dalam obat kumur fluoride, ekstrak daun sirih hijau (Piper betle Linn), dan artifisial saliva selama 1, 3, 5, dan 7 minggu masih dibawah rata-rata asupan nikel bagi tubuh. Akan tetapi faktor-faktor lain yang dapat memperbesar pelepasan ion nikel di rongga mulut seperti perubahan pH akibat makanan dan minuman, aliran rata-rata saliva, dan lainnya perlu menjadi pertimbangan.

51,57

Pelepasan ion nikel braket stainless steel yang direndam dalam obat kumur chlorhexidine selama 1, 3, 5, dan 7 minggu lebih besar dari rata-rata asupan nikel bagi tubuh. Pelepasan ion nikel pada minggu 1, 3, 5, dan 7 juga paling besar pada

81

perendaman dengan obat kumur chlorhexidine dibandingkan dengan obat kumur lainnya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Oztan dkk (2002) cit. Danaei dkk (2011) bahwa chlorhexidine memiliki efek irigasi yang besar terhadap stainless steel.

Penggunaan obat kumur chlorhexidine dalam jangka waktu lama sebaiknya tidak diresepkan pada pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat.

Jumlah pelepasan ion nikel braket stainless steel yang direndam dalam obat kumur fluoride merupakan ke-2 terbesar. Hal ini sesuai dengan penelitian Rafeeq dkk (2014) yang meneliti pelepasan ion nikel secara in vitro pada obat kumur fluoride dan obat kumur non fluoride (povidone iodine) menunjukkan bahwa pelepasan ion nikel lebih besar pada obat kumur fluoride walaupun pH obat kumur povidone iodine lebih rendah (asam). Pada penelitian ini tidak ada pengaruh dari acetic acid bakteri yang bila bertemu dengan fluoride menghasilkan hydrofluoric acid seperti bila terjadi di dalam mulut. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa adanya suasana asam itu sendiri, ion fluoride sudah bersifat korosif. Jumlah pelepasan ion nikel braket stainless steel akibat obat kumur fluoride dapat lebih besar bila terjadi di rongga mulut.

7,58

Kondisi cairan yang mempengaruhi pelepasan ion pada penelitian ini bersifat statis. Sedangkan secara klinis, kondisi di rongga mulut bersifat dinamis. Adanya asupan makanan dan minuman dengan pH yang rendah dan komposisi chloride yang tinggi di saliva dapat langsung mempengaruhi pelepasan ion alat ortodonti.

Karakteristik saliva juga berubah-ubah sesuai dengan kondisi kesehatan pasien dan perubahan waktu juga berpengaruh terhadap pelepasan ion metal. Passive oxide layer juga mudah hilang oleh karena aliran saliva dan juga penyikatan gigi. Ion nikel yang

59

82

tetapi, penelitian ini tidak menggunakan resin adhesif untuk menutupi basis braket sehingga permukaan yang terlibat pelepasan ion pada penelitian ini kurang lebih 2 kali lebih luas dibandingkan permukaan braket yang terlibat bila braket dipasang di rongga mulut. Hal ini dapat menyebabkan pelepasan ion pada penelitian ini lebih besar daripada di rongga mulut oleh karena lebih besarnya luas permukaan yang terpapar.

Obat kumur ekstrak daun sirih hijau (Piper betle Linn) memiliki bahan aktif kavikol yang merupakan turunan dari fenol dan bersifat anti bakteri. Fenol sendiri bersifat asam lemah sehingga memiliki sifat korosif. Penelitian ini menunjukkan bahwa pelepasan ion nikel braket stainless steel pada obat kumur ekstrak daun sirih hijau lebih besar dari artifisial saliva. Hal ini berkaitan dengan bahan aktif yang dimilikinya bersifat korosif. Sifat korosif obat kumur ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan obat kumur chlorhexidine dan fluoride.

7,58

Dapat disimpulkan bahwa dari penelitian ini pelepasan ion nikel braket stainless steel yang direndam dalam obat kumur fluoride dan ekstrak daun sirih hijau (Piper betle Linn) masih dalam ambang batas yang dapat ditolerir oleh tubuh.

Walaupun beberapa penulis menyatakan bahwa hal ini terlihat tidak mencapai ambang batas toksik selama perawatan ortodonti, tetapi bukan merupakan suatu jaminan, dikarenakan pelepasan ion logam dalam konsentrasi rendah yang berlangsung kronis dapat menghasilkan inflamasi, perubahan metabolisme/ morfologi selular, dan kerusakan/ instabilitas DNA. Sebagai tambahan, penggunaan obat kumur pada pasien dengan braket stainless steel dapat mempengaruhi mekanika perawatan ortodonti, karena potensi korosi yang meningkat akan menyebabkan friksi yang besar

44,48

83

pada slot braket stainless steel sehingga dapat menjadi penghambat selama mekanika sliding yang diperlukan pada perawatan ortodonti.

Adapun beberapa inkonsistensi yang didapat dari hasil penelitian ini dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya mungkin karena perbedaan dalam metode, pengumpulan dan analisa data, perbedaan dalam akurasi penggunaan alat pengukuran, dan juga tipe dan jenis braket stainless steel serta jumlah braket yang terlibat dalam penelitian ini.

32,60,61

BAB 6

Dokumen terkait