• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PERBAHASAN

5.1 Hasil penelitian 5.1.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus USU (Universitas Sumetara Utara) sebagai kampus utama berlokasi di Keluarahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Kampus ini mulai digunakan sejak tahun 1957. Salah satu fakultasnya adalah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) . Lokasi dan alamat FK USU adalah Jalan dr.T Mansur, No 5 Kampus USU 20155 Medan, yang terletak bersebelahan dengan Fakultas Psikologi dan dibelakang FK USU terdapat Fakultas Kesehatan Masyarakat. Pada tahun 2009, terdapat mahasiswi bermula dari angkatan 2007, 2008 hingga 2009. Jumlah populasi mahasiswi FK USU dari angkatan 2007-2009 pada tahun 2009 adalah sebanyak 694 orang.(Tabel 5.1)

Tabel 5.1

Jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Angkatan mahasiswi Jumlah Persen(%)

2007 230 33.14

2008 232 33.42

2009 232 33.42

Total 694 100

Pada penelitian ini, sebanyak 200 lembar kuesioner telah diedarkan kepada mahasiswi FK USU, tetapi hanya 148 lembar yang dikembalikan untuk dijadikan

sampel dalam penelitian efek analgesik NSAID terhadap volume darah menstruasi pada mahasiswi yang mengalami dismenorea.

5.1.2 Deskripsi volume darah Responden yang mengalami dismenorea

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara yang mengalami nyeri haid (dismenorea) pada 3 bulan terakhir semasa penelitian ini dilakukan. Karakteristik responden dapat terbagi kepada dua yaitu penderita dismenorea yang menggunakan analgesik dan penderita dismenorea yang tidak menggunakan analgesik. Jumlah penderita dismenorea yang menggunakan analgesik dan tidak menggunakan analgesik adalah sama yaitu masing-masing sebanyak 74 orang.

Berdasarkan tabel 5.2 dah diagram 5.1 diketahui bahawa, setelah dilakukan perhitungan, volume darah penderita dismenorea yang menggunakan analgesik, terdapat pertambahan volume darah sebanyak 47 (63,5%) orang mahasiswa manakala sebanyak 27 (36,5%) orang mahasiswa penderita dismenorea yang menggunakan analgesik, diketahui bahawa terjadinya pengurangan volume darah pada bulan tersebut.

Berlainan pula bagi penderita dismenorea yang tidak menggunakan analgesik, sebanyak 42 (56,8%) orang diketahui mengalami pertambahan volume darah, manakala sebanyak 32 (43,2%) orang mahasiswa diketahui mengalami pengurangan volume darah menstruasi setelah tidak menggunakan dismenore pada saat terjadinya dismenorea. ( Tabel 5.2)

Tabel 5.2

Jumlah responden yang mengalami dismenore primer yang menggunakan analgesik dan tidak menggunakan analgesik.

Volume darah Penggunaan analgesik total

Ber (+) Ber(-) total + - 89 59 148 47 27 74 42 32 74 Diagram 5.1

Jumlah mahasiswa yang mengalami pertambahan dan pengurangan volume darah setelah menggunakan analgesik dan tidak menggunakan analgesik

47

27

42

32

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

jumlah mahasiswi

analgesik

(+)

analgesik

(-)

penggunaan analgesik volume darah bertambah volume darah berkurang

5.1.3 Hubungan intensitas nyeri haid dengan penggunaan analgesik.

Intensitas nyeri haid yang dialami oleh seseorang diketahui adalah berbeda, hal ini disebabkan oleh ambang nyeri dalam tubuh seseorang untuk menghasilkan keluhan nyeri adalah tidak sama. (Diagram 5.2)

13

2

54 52

7

20

0

10

20

30

40

50

60

berat

sedang

ringan

analgesik (+) analgesik (-)

Diagram 5.2 Tingkat Keparahan nyeri penderita dismenorea yang menggunakan analgesik dan tidak menggunakan analgesik

Berdasarkan diagram 5.2 dapat diketahui bahawa, tingkat keparahan nyeri haid yang berskala dari 0 hingga 3 dikatakan nyeri haid adalah ringan yaitu sebanyak 7 (9.46%) orang mahasiswa dari kumpulan yang menggunakan analgesik, merupakan bagian yang terkecil manakala perbandingan tingkat keparahan nyeri pada mahasiswa yang tidak menggunakan analgesik adalah sebanyak 20 (27.03%) orang. Selain itu, sebanyak 54 (73%) orang mahasiswi yang mengalami nyeri haid tingkat sedang yang mewakili skala intensitas nyeri haid dari skala 4 hingga 7 dan merupakan bagian yang

Tingkat keparahan nyeri Jumlah mahasiswa

terbesar dari penelitian yang telah dilakukan, dibandingkan dengan yang tidak menggunakan analgesik adalah sebanyak 52 (70.27%) orang. Satu bagian lain dari diagram seperti diatas, 13 (17.57%) orang adalah mewakili tingkat keparahan nyeri haid yang berat untuk mahasiswa yang menggunakan analgesik manakala 2 (18,91%) orang mahasiswa tidak menggunakan analgesik. Intensitas berat yang mewakili skala yang lebih besar dari skala 7 berdasarkan skala intensitas nyeri haid.

Dari ketiga-tiga bagian tingkat keparahan nyeri yang disebabkan oleh haid dari diagram tersebut, mahasiswa sering mengeluhkan bahawa nyeri yang dialami saat menstruasi merupakan salah satu alasan mengapa mereka membuat keputusan untuk mengambil cuti sakit dan tidak dapat hadir ke kelas kerana menurut mereka, kehadiran ke kelas dengan nyeri haid yang dialami menyebabkan mereka tidak dapat menumpukan perhatian yang sepenuhnya terhadap pembelajaran di dalam kelas terutamanya mereka yang mengalami nyeri haid pada tingkat yang berat yaitu skala yang lebih dari 7 pada skala intensitas nyeri haid.

Mahasiswi yang mengalami nyeri haid yang berat majoriti menyatakan bahawa mereka harus bedrest selama mereka mengalami nyeri haid sehinggakan aktivitas harian yang biasa mereka terganggu. Berlainan pula dengan mahasiswi yang mengalami nyeri haid tingkat sedang, majoriti mengatakan bahawa aktivitas harian mereka sedikit terganggu tetapi tidaklah separah mereka yang mengalami nyeri haid tingkat berat. Selain itu, mahasisiwi yang mengalami nyeri haid tingkat ringan, mereka menyatakan bahawa mereka hanya mengeluhkan nyeri haid yang biasa dan aktivitas harian mereka tidak terganggu.

Berdasarkan diagram 5.2 juga dapat diketahui bahawa pada tingkat nyeri keparahan yang bagaimana mahasiswi cenderung untuk menggunakan analgesik suapaya dapat mengurangkan nyeri haid yang dialami. Diagram menunjukkan, jumlah mahasiswi pada tingkat keparahan nyeri yang sedang merupakan mahasiswi yang paling ramai menggunakan analgesik diikuti oleh tingkat keparahan ringan dan seterusnya tingkat keparahan yang berat.

5.1.4 Hubungan penggunaan analgesik dengan jumlah/ volume darah haid. Tabel 5.3. Volume Darah

Penggunaan analgesik Analgesik (+) Analgesik(-) Mean SD 100.5 ml 87.4 ml 47.1 ml 40.5 ml F: 0.247 P value: 0.620 95% CI df: 146 t hit:1.811 t tabel : 0.072

Berdasarkan tabel 5.3. diatas dapat dinyatakan bahwa rata-rata volume darah menstruasi penderita dismenorea yang menggunakan analgesik adalah 100.50 ml dengan standard deviation (SD 47.091) dan rata-rata volume darah menstruasi penderita dismenorea yang tidak menggunakan analgesik adalah 87.42 ml dengan SD 40.525. Hasil uji varian (F) hitung adalah 0.247 dan p value adalah 0.620,f hitung lebih kecil dari nilai p yang berarti tidak dapat perbedaan varian sehingga uji t yang digunakan adalah uji t dengan varian yang sama. Hasil uji t adalah 1.811 dan p value adalah 0.072 dan nilai p dalam penelitian ini adalah lebih besar dari 0.05 (p>0.05). Meskipun, pada pemakai obat analgesik dijumpai jumlah pendarahan yang lebih banyak (13.08 ml) daripada yang tidak menggunakan analgesik. Secara hitungan statistik, ternyata tidak berbeda signifikan.

Tabel 5.4 jenis analgesik yang biasa digunakan oleh mahasiswi untuk mengurangi nyeri haid yang dialami.

Jenis analgesik Contoh obat yang digunakan frekuensi (orang) Analgesic antipiretik - paracetamol

- panadol 41 NSAID - pontalon

- ponstan 23 Analgesik kombinasi

(kandungan: paracetamol

+ pamabrom) -panadol menstruasi 10

Berdasarkan tabel 5.4. sebanyak 74 orang mahasiswi menggunakan analgesik pada saat nyeri haid manakala sisa 74 orang tidak menggunakan analgesik. Hasilnya dapat diketahui bahwa jenis analgesik yang biasa digunakan oleh mahasiswi untuk mengurangi nyeri haid yang dialami terdiri dari kelas analgesik antipiretik, analgesik combinasi yang terdiri dari paracetamol dan juga pamabrom (obat untuk mengurangkan bloating dalam tubuh) serta non steriod antiinflamatory drugs (NSAID). Sebanyak 41 orang mahasiswi menggunakan analgesik antipiretik seperti panadol atau paracetamol untuk mengurangkan nyeri manakala mahasiswi yang menggunakan analgesik kombinasi sebanyak 10 orang. Mahasiswi yang menggunakan NSAID pula adalah sebanyak 23 orang

Tabel 5.5. Perbedaan keefektivitas analgesik dalam mengurangi nyeri haid

Mahasiswi yang telah menggunakan analgesik dalam mengurangi nyeri haid yang dialami telah dapat kita ketahui berdasarkan table diatas bahwa sekurang- kurangnya sebanyak 62 (83.8%) orang mahasiswi mengaku efektivitas analgesik dalam mengurangi nyeri haid adalah tinggi, mereka juga menyatakan bahwa sekurang- kurangnya penggunaaan analgesik ini membolehkan mereka melakukan aktiviti harian seperti biasa. Sebanyak 12 (16.2%) orang menyatakan bahawa keefektivitas analgesik ini adalah sedang, biasanya dinyatakan oleh mahasiswi yang mengalami tingkat keparahan nyeri haid yang berat ditambah dengan penggunaan analgesik seperti paracetamol yang dibisa di dapat di toko-toko sahaja .

5.2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 148 orang Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dari angkatan 2007 hingga 2009, diperoleh data yang akan dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir sebagai berikut:

Efektivitas Jumlah mahasiswi persen Tinggi 62 83.8

Sedang 12 16.2

5.2.1. Jumlah responden dismenore primer yang mengalami pertambahan dan pengurangan dengan penggunaan analgesik dan tidak menggunakan analgesik.

Berdasarkan table 5. 2, sebanyak 47 orang dismenorea yang mengunakan analgesik, diketahui bahwa setelah dilakukan pengiraan volume darah berdasarkan tabel pengukuran darah yang telah disediakan, didapati terdapat peningkatan volume darah berdasarkan referensi, volume darah yang lebih dari 80 ml dikatakan volume darah menstruasi bertambah. Selain itu dari golongan mahasiswi yang menggunakan analgesik, sebanyak 27 orang mahasiswi diketahui volume darah menstruasinya berkurang.

Hal yang sama terjadi pada penderita dismenore yang tidak menggunakan analgesik, dalam tabel 5.2. menyatakan bahwa sebanyak 42 orang yang tidak menggunakan analgesik terjadi pertambahan volume darah menstruasi dan 32 orang mahasiswi diketahui terjadinya pengurangan volume darah. Walaupun terjadi pertambahan volume darah menstruasi pada penderita yang menggunakan analgesik dan tidak menggunakan analgesik, nampaknya jumlah mahasiswi yang terjadi pertambahan volume darah dari kumpulan yang menggunakan analgesik lebih tinggi jika dibandingkan kumpulan mahasiswi yang tidak menggunakan analgesik.

5.2.2 Pengaruh pengambilan analgesik berdasarkan tingkat keparahan dismenorea

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui keputusan individu dalam pengambilan analgesik untuk mengurangi nyeri haid yang dialami adalah berbeda. Ada yang mengambil analgesik setelah nyeri yang haid yang dirasakan itu adalah berat atau sederhana dan juga ada yang ringan.

Tiap-tiap individu mempunyai reaksi yang berbeda-beda untuk mengatasi setiap permasalahannya masing-masing termasuklah penanganan nyeri haid yang dialami. Pengambilan analgesik ini merupakan salah satu cara bagi setiap individu dalam

menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan keinginan yang dicapai dengan harapan nyeri teratasi dan respon terhadap situasi seperi nyeri haid yang bagi mereka adalah suatu ancaman terhadap kualitas hidup sehari setelah menstruasi. Jadi, pengambilan analgesic ini adalah wajar bagi tiap-tiap individu tersebut.

Interpretasi seseorang terhadap sakit dapat berbeda sehingga mempengaruhi keputusan yang diambil, misalnya nyeri haid yang diperberat dengan kelelahan diinpretasikan sebagai nyeri haid yang berat dan begitulah sebaliknya. (Supardi dan Notosiswoyo, 2003)

Keputusan dalam pengambilan analgesik juga dipengaruhi oleh beberapa faktor individu yaitu:

1. pengalaman- pengalaman diri sendiri dan juga orang lain menyakinkan bahawa penggunaan analgesik bisa mengurangi nyeri sama ada yang ringan, sederhana dan juga berat

2. tingkat pendidikan- semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang individu, semakin luas tingkat pengetahuan, dan individu tersebut akan cuba untuk memahami dan mencari penyelesaian tentang masalah yang berlaku pada diri sendiri

3. fasilitas dan ekonomi- kemudahan atau fasilitas dan ekonomi yang tidak bermasalah untuk mendapatkan obat ditempat tinggal juga mempengaruhi seseorang individu dalam pengambilan analgesik untuk mengurangi nyeri haid yang dialami.

4. keberhasilan- keberhasilan penggunaan analgesik dalam mengirangi nyeri haid yang berat atau ringan sebelumnya juga bisa mempengaruhi pengambilan analgesik untuk nyeri yang berikutnya. (Supardi dan Notosiswoyo, 2003)

5.2.3 Hasil T-test

Hasil T-test pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan volume darah menstruasi pada penderita dismenorea yang menggunakan analgesik dibandingkan dengan penderita dismenorea yang tidak menggunakan analgesik yaitu 100.50 ml dibandingkan dengan 87.42ml masing-masing.

Walaupun perbedaan volume darah adalah dari kedua-kedua kumpulan ini tidak begitu jauh, dapat diketahui bahawa berdasarkan jenis obat yang biasa digunakan untuk menghilangkan nyeri akibat haid ini terdapat sedikit kaitan dengan volume darah menstruasi responden yaitu dari golongan analgesik antipiretik, analgesik kombinasi dan juga NSAID.

Analgesik antipiretik ini seperti panadol, paracetamol adalah golongan obat yang sering digunakan, mudah di dapatidan harganya murah dibandingkan obat yang lain, yaitu tergolong dari obat bebas yang bisa di dapat di toko-toko tanpa memerlukan resep doktor (Lallanila M, 2009). Biasanya kerja dari obat panadol dan paracetamol adalah majority untuk menghilangkan nyeri di sistem saraf sentral dengan menghambat biosintesis dari prostaglandin yang mana prostaglandin inilah salah satu bahan kimia tubuh yang bertanggungjawab terjadinya nyeri termasoklah nyeri akibat haid.

Terhambatnya sintesa prostaglandin hanya terjadi sekiranya jumlah asam arachidonik dalam jumlah yang sedikit. (Garry G, 2003) Prostaglandin ini tidak akan bersirkulasi ke otak dan sistem saraf akan mengurangkan nyeri yang dialami, paracetamol ini jarang berkerja di sistem saraf perifer. Akhir-akhir ini, penemuan terbaru menyatakan bahwa kerja dari paracetamol atau panadol ini adalah dengan menghambat COX-3 yang berada di otak dan juga medulla spinalis untuk mengurangi nyeri. Tetapi, sesetengah mahasiswa menunjukkan peningkatan volume darah menstruasi selepas menggunakan panadol dan penyebabnya adalah tidak diketahui kemungkinan yang bisa dinyatakan adalah akibat efek yang minimal dari paracetamol terhadap inflamasi perifer.

Efek paracetamol ini terhadap nyeri akibat inflamasi di perifer adalah sedikit jika dibandingkan dengan obat anti inflamasi yang lain. Disebabkan penggunaan panadol ini, kemungkinan peningkatan volume darah penderita dismenorea yang menggunakan obat jenis ini adalah tidak ketara.

Kerja obat dari golongan NSAID adalah lebih kurang sama dengan paracetamol atau panadol tetapi efeknya adalah lebih mengurangkan nyeri akibat stimulasi saraf

perifer oleh prostaglandin. Efek anti inflamasi di perifer tubuh dari NSAID ini adalah lebih banyak jika dibandingkan dengan paracetamol karena menghambat jalur COX-1 dan COX-2 yang mana enzim-enzim ini lebih banyak di perifer tubuh. Nyeri haid yang dialami oleh sesetengah wanita adalah akibat dari stimulasi saraf perifer yaitu di uterus, jadi, obat NSAID ini dikatakan menghambat inflamasi dan nyeri dengan menghambat terbentuknya prostaglandin. (Kieran F, 2003). Terhambatnya prostaglandin inilah yang menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah di uterus dan terjadinya peningkatan volume darah menstruasi ( Dawood Y, 2008)

Dokumen terkait