• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS SANAD MATAN HADITS DAN PANDANGAN

4. Hasil Penelitian Sanad

a. Hadits larangan Menggauli Wanita Hamil 1. Hadits Riwayat Imam Abu Daud

Hadits tersebut selain diriwayatkan Imam Abu Daud, juga diriwayatkan oleh Imam ad-Darimi dan Imam Ahmad bin Hambal. Bila melihat jumlah keseluruhan dalam rangkaian periwayat yang terdapat dalam seluruh sanad, maka hadits tersebut adalah hadits yang berstatus gharib201 pada tingkat pertama (tingkat sahabat) yakni Abu Sa‟id al-Khudri, kemudian pada tingkat kedua (tingkat tabi‟in) yakni Abu Wadak dan Qais bin Wahab, kemudian pada tingkat ketiga (tingkat tabi‟ut tabi‟in) yakni Syarik, dan dari Syarik inilah baru hadits tersebut diriwayatkan menjadi tiga jalur. Oleh karena itu, hadits tersebut dapat dikatakan

gharib pada awalnya dan masyhur202 pada akhirnya.

Setelah sanad Imam Abu Daud ini diteliti ternyata unsur keshahihan sanad yaitu sanadnya bersambung, perawinya bersifat „adil dan dhabit dan terhindar dari syadzdan „illat.

2. Hadits Riwayat Imam ad-Darimi

201 Gharib menurut bahasa adalah 1. ba‟id „an wathan (yang jauh dari tanah), dan 2. Kalimat yang sukar dipahami. Secara istilah adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi. Dalam pengertian lain adalah hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan, di mana saja penyendiriannya itu terjadi. Lihat M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), Cet. Ke-2, h. 137-138.

202

Masyhur menurut bahasa berasal dari ٌرْىُهْشَمَوًةَرْهُش ُرَهْشَي َرَهَش diartikan tenar, terkenal dan menampakkan. Dalam istilah hadits, masyhur terbagi menjadi dua macam, yaitu 1. Masyhur ishthilahi adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang lebih pada setiap tingkatan pada beberapa tingkatan sanad, tetapi tidak mencapai kriteria mutawatir, 2. Masyhurghair ishthilahi

adalah hadits yang popular pada ungkapan lisan (para ulama), tanpa ada persyaratan yang definitif. Lihat Abdul Majid Khon, Op. Cit, h. 155-156.

Hadits tersebut selain diriwayatkan Imam ad-Darimi, juga diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ahmad bin Hambal. Bila melihat jumlah keseluruhan dalam rangkaian periwayat yang terdapat dalam seluruh sanad, maka hadits tersebut adalah hadits yang berstatus gharib pada tingkat pertama (tingkat sahabat) yakni Abu Sa‟id al-Khudri, kemudian pada tingkat kedua (tingkat tabi‟in) yakni Abu Wadak dan Qais bin Wahab, kemudian pada tingkat ketiga (tingkat tabi‟ut tabi‟in) yakni Syarik, dan dari Syarik inilah baru hadits tersebut diriwayatkan menjadi tiga jalur. Oleh karena itu, hadits tersebut dapat dikatakan

gharib pada awalnya dan masyhur pada akhirnya.

Setelah sanad Imam ad-Darimi ini diteliti ternyata unsur keshahihan sanad yaitu sanadnya bersambung, perawinya bersifat „adil dan dhabit dan terhindar dari syadzdan „illat.

3. Hadits Riwayat Imam Ahmad bin Hambal

Hadits tersebut selain diriwayatkan Imam Ahmad bin Hambal, juga diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam ad-Darimi. Bila melihat jumlah keseluruhan dalam rangkaian periwayat yang terdapat dalam seluruh sanad, maka hadits tersebut adalah hadits yang berstatus gharib pada tingkat pertama (tingkat sahabat) yakni Abu Sa‟id al-Khudri, kemudian pada tingkat kedua (tingkat tabi‟in) yakni Abu Wadak dan Qais bin Wahab, kemudian pada tingkat ketiga (tingkat tabi‟ut tabi‟in) yakni Syarik, dan dari Syarik inilah baru hadits tersebut diriwayatkan menjadi tiga jalur. Oleh karena itu, hadits tersebut dapat dikatakan

Setelah sanad Imam Ahmad bin Hambal ini diteliti ternyata unsur keshahihan sanad yaitu sanadnya bersambung, perawinya bersifat „adil dan dhabit dan terhindar dari syadzdan „illat.

b. Hadits Larangan Bagi Orang Yang Beriman Menggauli Wanita Hamil 1. Hadits Riwayat Imam Abu Daud

Hadits tersebut selain diriwayatkan Imam Abu Daud, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal. Bila melihat jumlah keseluruhan dalam rangkaian periwayat yang terdapat dalam seluruh sanad, maka hadits tersebut adalah hadits yang berstatus gharib pada tingkat pertama (tingkat sahabat) yakni Ruwaifi‟ bin Tsabit, kemudian pada tingkat kedua (tingkat tabi‟in) yakni Hanas an-Shan‟ani, Abi Marzud, Yazid bin Abi Habib dan Muhammad bin Ishaq, dan dari Muhammad bin Ishaq inilah baru hadits tersebut diriwayatkan menjadi dua jalur. Oleh karena itu, hadits tersebut dapat dikatakan gharib pada awalnya dan „aziz203 pada akhirnya.

Setelah sanad Imam Abu Daud ini diteliti ternyata unsur keshahihan sanad yaitu sanadnya bersambung, perawinya bersifat „adil dan dhabit dan terhindar dari syadzdan „illat.

2. Hadits Riwayat Imam Ahmad bin Hambal

Hadits tersebut selain diriwayatkan Imam Ahmad bin Hambal, juga diriwayatkan oleh Imam Abu Daud. Bila melihat jumlah keseluruhan dalam rangkaian periwayat yang terdapat dalam seluruh sanad, maka hadits tersebut

203Hadits „aziz adalah hadits yang hanya diriwayatkan oleh dua orang rawi pada salah satu

tingkatan sanadnya, dan dapat dipahami bahwa hadits „aziz lebih lemah kedudukannya bila ditinjau dari segi kuantitas rawinya ketimbang hadits masyhur. Lihat M. Alfatih Suryadilaga, dkk, Ulumul Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2010), h. 231.

adalah hadits yang berstatus gharib pada tingkat pertama (tingkat sahabat) yakni Ruwaifi‟ bin Tsabit, kemudian pada tingkat kedua (tingkat tabi‟in) yakni Hanas an-Shan‟ani, Abi Marzud, Yazid bin Abi Habib dan Muhammad bin Ishaq, dan dari Muhammad bin Ishaq inilah baru hadits tersebut diriwayatkan menjadi dua jalur. Oleh karena itu, hadits tersebut dapat dikatakan gharib pada awalnya dan

„aziz pada akhirnya.

Setelah sanad Imam Abu Daud ini diteliti ternyata unsur keshahihan sanad yaitu sanadnya bersambung, perawinya bersifat „adil dan dhabit dan terhindar dari syadzdan „illat.

c. Hadits Pezina yang telah dihukum cambuk tidak boleh menikah kecuali dengan pezina juga

1. Hadits Riwayat Imam Abu Daud

Hadits tersebut selain diriwayatkan Imam Abu Daud, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal. Bila melihat jumlah keseluruhan dalam rangkaian periwayat yang terdapat dalam seluruh sanad, maka hadits tersebut adalah hadits yang berstatus gharib pada tingkat pertama (tingkat sahabat) yakni Abu Hurairah, kemudian pada tingkat kedua (tingkat tabi‟in) yakni Sa‟id Maqburi, Umar bin Syu‟aib, dan Habib, kemudian pada tingkat ketiga (tingkat tabi‟ut tabi‟in) yakni Abdul Warits, dan dari Abdul Warits inilah baru hadits tersebut diriwayatkan menjadi tiga jalur. Oleh karena itu, hadits tersebut dapat dikatakan gharib pada awalnya dan masyhur pada akhirnya.

Setelah sanad Imam Abu Daud ini diteliti ternyata unsur keshahihan sanad yaitu sanadnya bersambung, perawinya bersifat „adil dan dhabit dan terhindar dari syadzdan „illat.

2. Hadits Riwayat Imam Ahmad bin Hambal

Hadits tersebut selain diriwayatkan Imam Ahmad bin Hambal, juga diriwayatkan oleh Imam Abu Daud. Bila melihat jumlah keseluruhan dalam rangkaian periwayat yang terdapat dalam seluruh sanad, maka hadits tersebut adalah hadits yang berstatus gharib pada tingkat pertama (tingkat sahabat) yakni Abu Hurairah, kemudian pada tingkat kedua (tingkat tabi‟in) yakni Sa‟id Maqburi, Umar bin Syu‟aib, dan Habib, kemudian pada tingkat ketiga (tingkat tabi‟ut tabi‟in) yakni Abdul Warits, dan dari Abdul Warits inilah baru hadits tersebut diriwayatkan menjadi tiga jalur. Oleh karena itu, hadits tersebut dapat dikatakan gharib pada awalnya dan masyhur pada akhirnya.

Setelah sanad Imam Ahmad bin Hambal ini diteliti ternyata unsur keshahihan sanad yaitu sanadnya bersambung, perawinya bersifat „adil dan dhabit dan terhindar dari syadz dan „illat.

Dokumen terkait