• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

SUMATERA UTARA Mariam Ratna Kirana Sarumaha 1

HASIL PENELITIAN

(a) Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Kinerja PNS Wanita

Tabel 5. Tabulasi Silang Konflik Peran Ganda dengan Kinerja PNS Wanita

Kinerja Konflik Peran Ganda Total Rendah Sedang Tinggi

Rendah 12 3 2 17 16,4% 30,0% 100,0% 20,0% Sedang 42 5 0 47 57,5% 50,0% 0,0% 55,3% Tinggi 19 2 0 21 26,0% 20,0% 0,0% 24,7% Total 73 10 2 85 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Sumber : telah diolah kembali

Data di atas menunjukkan bahwa, dari responden yang berkinerja rendah, paling banyak memiliki konflik peran ganda tinggi yaitu 100%. Dari responden yang berkinerja sedang, paling banyak memiliki konflik peran ganda rendah yaitu 57,5%. Dari responden yang berkinerja

tinggi, paling banyak memiliki konflik peran ganda rendah yaitu 26%.

Uji statistik selanjutnya adalah uji Gamma untuk mengetahui kekutaan hubungan, dan Dahlan (2013) juga menyebutnya sebagai sebagai uji korelasi.

Tabel 6. Uji Gamma Konflik Peran Ganda dan Kinerja PNS Wanita

Symmetric Measures

Value Asymp.

Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Gamma -,423 ,244 -1,519 ,129

N of Valid Cases 85

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Berdasarkan tabel di atas, kekuatan hubungan simetris antara variabel konflik peran ganda dengan kinerja PNS wanita menggunakan uji statistik Gamma menunjukkan angka -0,423. Maka dapat disimpulkan bahwa hubungan dalam penelitian ini adalah cukup. Tanda negatif (-) menunjukkan arah hubungan variabel yang berarti semakin tinggi skor pada variabel konflik peran ganda akan cenderung memiliki skor yang rendah pada variabel kinerja dan begitu sebaliknya.

Hipotesis dalam penelitian ini antara lain adalah Ho = tidak ada hubungan antara konflik peran ganda dengan kinerja PNS wanita di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, sedangkan Ha = ada hubungan antara konflik peran ganda dengan kinerja PNS wanita di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Uji hipotesis dalam hubungan ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov karena tidak memenuhi syarat chi-square.

Tabel 7. Uji Kolmogorov-Smirnov Konflik Peran Ganda dan

Kinerja PNS Wanita setelah Penggabungan Kategori Kinerja Tinggi = Sedang

Test Statisticsa

Kategori Peran Ganda Most Extreme Differences

Absolute ,191

Positive ,191

Negative ,000

Kolmogorov-Smirnov Z ,705

Asymp. Sig. (2-tailed) ,703

a. Grouping Variable: Gabungan Kategori Tinggi Sedang

Sumber : SPSS 21

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi menunjukkan angka 0,703, dimana 0,703 > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Ha ditolak dan Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan

antara konflik peran ganda dengan kinerja PNS wanita di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.

(2) Hubungan Dukungan Sosial dengan Kinerja PNS Wanita

Tabel 8. Tabulasi Silang Dukungan Sosial dengan Kinerja PNS Wanita

Kinerja Dukungan Sosial Total

Rendah Sedang Tinggi

Rendah 8 9 0 17 27,6% 21,4% 0,0% 20,0% Sedang 18 22 7 47 62,1% 52,4% 50,0% 55,3% Tinggi 3 11 7 21 10,3% 26,2% 50,0% 24,7% Total 29 42 14 85 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

Sumber : telah diolah kembali

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari responden yang berkinerja rendah, paling banyak memiliki dukungan sosial rendah yaitu 27,6%. Dari responden yang berkinerja sedang, paling banyak memiliki dukungan sosial sedang yaitu 62,1. Dari responden yang berkinerja tinggi, paling banyak memiliki dukungan sosial tinggi yaitu 50%.

Hipotesis dalam hubungan ini adalah, Ho = tidak ada hubungan antara dukungan sosial dengan kinerja pns wanita di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera, dan Ha = ada hubungan antara dukungan sosial dengan dengan kinerja PNS wanita di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera.

Tabel 9. Lanjutan Uji Chi Square Dukungan Sosial dan Kinerja PNS Wanita setelah Penggabungan Kategori Kinerja Rendah = Sedang

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 8,080a 2 ,018

Likelihood Ratio 8,042 2 ,018

Linear-by-Linear Association 7,818 1 ,005

N of Valid Cases 85

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,46.

Dari tabel 9 dapat diketahui nilai

pearson chi square atau biasa disebut nilai chi-square hitung adalah 8,080, angka

signifikansi adalah 0,018, dan derajat bebas atau df = 2. Sedangkan nilai chi-square tabel adalah 5,991464547 atau 5,991. Berdasarkan nilai signifikansi diperoleh angka signifikansi hasil penelitian lebih kecil dari angka signifikansi yang dipilih atau 0,018 < 0,050, sehingga disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, atau dengan kata lain terdapat hubungan signifikan antara variabel dukungan sosial dengan kinerja PNS wanita dan signifikan. Berdasarkan nilai chi-square hitung atau pearson chi square diketahui bahwa nilai chi-square hitung lebih besar dari chi-square tabel atau 8,080 > 5,991, maka Ho ditolak dan Ha diterima, atau dengan kata lain terdapat hubungan antara variabel dukungan sosial dengan kinerja PNS wanita dan signifikan.

PEMBAHASAN

(1) Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Kinerja PNS Wanita

Berikut akan diuraikan masing-masing variabel dan dilanjutkan dengan hubungan bivariat keduanya. Berdasarkan hasil survei melalui penyebaran kuesioner

kepada responden, diketahui bahwa pada variabel konflik peran ganda, kebanyakanan responden cenderung memiliki konflik peran ganda yang rendah atau sekitar 85,9% dari total responden. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Anoraga (2009) dan Walgito (2008) yang menyatakan bahwa wanita yang berperan ganda cenderung memiliki beban dan konflik. Pada dimensi atau parameter WFC, mayoritas atau kencenderungan responden memiliki konflik rendah yakni sebanyak 75,3% dari total responden, sedangkan dimensi FWC dalam penelitian menunjukkan bahwa responden cenderung atau dominan memiliki konflik FWC yang rendah yaitu 91,8%. Adapun rendahnya WFC tersebut dikarenakan antara lain : konsistensi pekerjaan dan kesibukaan pada waktu-waktu tertentu, para ibu yang bekerja hanya fokus pada satu pekerjaan, sikap responden yang menganggap bekerja bukanlah sebagai hukuman dan beban, serta Rincian tugas yang belum jelas, sedangkan WFC yang rendah dikarenakan : faktor usia anak yang sudah memiliki aktivitas sendiri, komunikasi, komitmen dalam keluarga, dan suami turut serta membantu dalam mengurus rumah tangga.

wanita dapat diketahui bahwa dominan responden memiliki kinerja yang sedang yakni sebanyak 55,3% dari total responden. Berdasarkan uraian dimensi variabel kinerja dapat diketahui bahwa kinerja ibu pns yang mayoritas berkinerja sedang dijelaskan oleh ketrampilan, perilaku dalam bekerja, dan tindakan responden penelitian yang sedang; sikap dan pengalaman terhadap pekerjaan responden yang tinggi; serta pengetahuan yang rendah. Dapat dikatakan kekurangan kinerja para responden yang sangat kontras adalah pada pengetahuan yang rendah.

Hasil uji Gamma menunjukkan kekuatan hubungan antara konflik peran ganda dengan kinerja pns wanita menunjukkan nilai koefisien sebesar – 0,423, sehingga disimpulkan bahwa kekuatan hubungan di antara konflik peran ganda dengan kinerja bersifat menengah atau cukup dan tanda negatif menunjukkan arah hubungan yang berbeda yakni semakin rendah konflik peran ganda akan cenderung diikuti dengan semakin tinggi kinerja pns wanita, begitu juga sebaliknya.

Uji hipotesis Kolmogorov menghasilkan nilai signifikansi 0,703 atau lebih besar dari 0,05 (0,703 > 0,05),

sehingga Ha ditolak dan Ho diterima atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan antara peran ganda dengan kinerja pns wanita di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Signifikansi ini berarti, hubungan antara konflik peran ganda dengan kinerja hanya bisa berlaku pada level sampel pns wanita di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, sedangkan pada level populasi tidak berlaku.

Ketiadaan hubungan secara signifikan diantara kedua variabel tersebut berbeda dengan penelitian penelitian Indriyani (2009) pada perawat wanita Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang dan penelitian Ahmad Dwi Arianto (2012) di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat. Hal ini bisa disebabkan karena keterbatasan penelitian pada sampel yang seharusnya merujuk pada teknik sensus berjumlah 99 orang, namun yang berhasil terkumpul 85 kuesioner. Juga bisa disebabkan oleh adanya faktor lain yang lebih berperan.

Selain itu hasil penelitian ini juga memiliki kesamaan pada penelitian Jimad (2010) dan Supriatna (2012). Hal ini bisa sesuai dengan pendapat Dadang Hawari dalam Achir (1983) wanita dapat

berperan sebagai karyawati, sebagai istri dan ibu rumah tangga. Keragaman peran ini, bisa membenarkan wanita sebagai makluk multitasking yakni dapat menangani berbagai hal dalam waktu bersamaan. Dengan rendahnya konflik peran ganda pada diri wanita berarti bisa dikatakan tidak ada lagi sosialisasi yang mandek (terhenti) tentang pemahaman kesetaraan gender. Sosialisasi mandek yang dimaksudkan ini adalah tidak hanya bertumpu pada anggapan pria saja, tapi juga diharapkan wanita tidak lagi mempersepsikan dirinya hanya sebatas kodrat wanita (fungsi reproduksi) sehingga membatasi kegiatannya, melainkan memiliki kesempatan seluasnya untuk mengembangkan diri atau potensinya dengan tetap memperhatikan kodratnya.

Sebagai penjelasan alternatif lainnya melalui tabel trivariat, pada level sampel, hubungan konflik peran ganda dengan kinerja juga terjadi pada karakteristik respon antara lain : pada usia responden 29-39 tahun, 40-50 tahun, 51-55 tahun; pada masa kerja responden 1-10 tahun, 21-30 tahun; pada pendidikan responden SLTA, D1-D3, dan S2; pada responden yang tidak memiliki eselon; pada responden yang belum mempunya anak, memiliki 2 orang anak, memiliki anak lebih dari 2; pada

responden yang memiliki anak berusia 1-5 tahun, berusia 6-12 tahun, 13-18 tahun; pada responden yang status suaminya bekerja; pada responden yang pendidikan suaminya tidak tamat sekolah, tamatan SLTP, tamatan SLTA, tamatan S1/D4, dan tamatan S2; pada responden yang tidak memiliki pihak yang membantu dalam mengurus rumah tangga dan responden yang memiliki pihak yang membantu dalam mengurus rumah tangga.

Adapun uji analisis jalur menunjukkan bahwa hubungan konflik peran ganda terhadap kinerja ini lebih diperkuat dengan mempertimbangkan variabel kontrol antara lain usia responden, masa kerja, pendidikan akhir, golongan ruang, eselon, jumlah anak, usia anak terakhir, status kerja suami, pendidikan akhir suami, dan ketersediaan pihak yang membantu mengurus rumah tangga.

(2) Hubungan Dukungan Sosial dengan Kinerja PNS Wanita

Berikut akan diuraikan variabel dukungan sosial, sedangkan kinerja telah diuraikan sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan hubungan bivariat keduanya. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kebanyakanan

responden merasakan dukungan sosial sedang yakni 49,4% dan terbanyak kedua adalah dukungan sosial rendah 34,1%. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa kebanyakanan responden mendapatkan atau merasakan dukungan emosional sedang yaitu 48,2%. Untuk dukungan instrumental, kebanyakan responden merasakan dan mendapatkan dukungan instrumental rendah yaitu 47,1%. Untuk dukungan penghargaan, kebanyakan responden merasakan dan mendapatkan dukungan penghargaan sedang yaitu 67,1%. Untuk dukungan informasi, kebanyakanan responden merasakan dan mendapatkan dukungan informasi sedang yaitu 62,4%. Dari keempat macam dukungan sosial tersebut, diketahui bahwa tidak banyak responden yang merasakan dukungan dalam kategori tinggi.

Berdasarkan uji korelasi dengan Gamma diperoleh bahwa hubungan dukungan sosial dengan kinerja di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,470, dan berada pada derajat kekuatan hubungan yang menengah atau berkorelasi cukup, serta tanda (+) yang berarti bila salah satu dukungan sosial meningkat, maka kinerja pada pns wanita juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya.

Sedangkan, uji hipotesis hubungan bivariat ini melalui chi-square didapatkan angka signifikansi hasil penelitian lebih kecil dari angka signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,018 < 0,05, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain terdapat hubungan signifikan antara dukungan sosial dengan kinerja pns wanita di Dinas Kesajahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Signifikan ini berarti hubungan dukungan sosial dan kinerja ini berlaku pada taraf populasi pns wanita di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sopiah (2008) di atas yakni dukungnya positif maka akan berdampak pada kinerja positif. Selain itu, juga sesuai dengan hasil penelitian : Djastuti dan Lestari (2005) yang menghasilkan variabel dukungan sosial memiliki pengaruh signifikan positif terhadap variabel kinerja tenaga penjual asuransi di Kota Semarang.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa responden lebih banyak merasakan dukungan sosial sedang dengan kinerja wanita yang juga berada di kategori sedang. Menurut Suwarto (2010) menyatakan bahwa keefektifan perilaku individu atau kelompok sangat penting untuk mencapai prestasi organisasi

yang efektif, dan Wirawan juga (2012) menyatakan bahwa tinggi rendahnya kinerja pegawai secara teoritis menentukan tinggi rendahnya kinerja organisasi. Jika dukungan sosial tinggi maka kinerja pns wanita juga akan semakin tinggi, maka perlu untuk memperhatikan dukungan sosial baik di lingkungan kerja maupun dari pasangan.

Melalui tabel tivariat, dapat diketahui bahwa adanya hubungan signifikan antara dukungan sosial dengan kinerja ini, juga sangat didukung atau berkaitan dengan karakteristik pns wanita antara lain : masa kerjanya pada 1-30 tahun; pada pendidikan SLTP, D1-D3; pada responden golongan II, III dan IV; pada responden yang tidak bereselon dan bereselon III; pada responden yang belum memiliki anak,dan 2 orang anak; usia anak 1-5 tahun dan 19-25 tahun; pada responden yang suaminya bekerja; pada responden yang suaminya tamatan SLTA, S1/D4, S2; dan pada keadaaan ada dan tidak ada pihak yang membantu dalam mengurus rumah tangga.

KESIMPULAN

Tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui hubungan antara

konflik peran ganda dengan kinerja pns wanita di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara; dan kedua, untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kinerja pns wanita di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini, hanya melibatkan 85 orang responden dari target responden sebanyak 99 orang. 1. Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Kinerja PNS wanita di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan uji Gamma diperoleh bahwa pada level sampel, kekuatan hubungan antara konflik peran ganda dengan kinerja pns wanita berada pada derajat kekuatan hubungan yang menengah atau cukup, yaitu -0,423. Tanda negatif menunjukkan arah hubungan yang berbeda atau berlawanan arah, yaitu jika variabel konflik peran ganda tinggi, maka cenderung diikuti oleh kinerja responden yang rendah, dan begitu sebaliknya.

Sedangkan, uji hipotesis dengan Kolmogorov Smirnov membuktikan bahwa hubungan antara konflik peran ganda dengan kinerja pns wanita di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi

Sumatera Utara tidak signifikan, yaitu dilihat dari angka signifikansi penelitian 0,703 > 0,05. Hal ini menandakan bahwa hubungan antara konflik peran ganda dengan kinerja tidak berlaku pada level populasi pns wanita di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Ketidaksignifikansi hubungan tersebut para taraf populasi, ada yang sesuai dan tidak sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Ketidaksesuaian ini bisa saja disebabkan karena ada faktor lain yang lebih berhubungan dengan kinerja pns wanita.

2. Hubungan Dukungan Sosial dengan Kinerja PNS wanita di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan uji Gamma diperoleh bahwa pada level sampel, diperoleh kekuatan hubungan antara dukungan sosial dengan kinerja pns wanita berada pada derajat kekuatan hubungan yang menegah atau cukup, yaitu sebesar 0,470. Tanda positif menunjukkan arah yang sama pada kedua variabel tersebut, yang berarti jika variabel dukungan sosial tinggi juga akan diikuti dengan variabel kinerja yang tinggi.

Sedangkan, uji hipotesis dengan

chi-square membuktikan bahwa hubungan antara dukungan sosial dengan kinerja pns wanita di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara berhubungan signifikan, yaitu dengan angka signifikansi hasil 0,018 < 0,050. Hal ini menandakan bahwa hubungan antara dukungan sosial dengan kinerja berlaku pada level populasi pns wanita di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.

SARAN

Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini antara lain :

1. Kepada Kepala Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

- Agar lebih banyak lagi melibatkan pns wanita untuk mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan yang mampu meningkatkan pengetahuan ataupun kertampilannya terkait dengan bidang pekerjaannya. Hal ini perlu diperhatikan karena akan mempermudah bagi diri pns wanita untuk melaksanakan pekerjaanya.

- Menghimbau untuk lebih

menciptakan dukungan sosial yang lebih baik lagi, baik pada lingkungan

pekerjaan maupun keluarga (ditujukan untuk pasangan).

- Perlu memperhatikan pembagian kerja yang seimbang kepada pegawai di dinas secara umum, dan kepada ibu pns yang berstatus masih staf secara khusus.

- Perlu adanya penataan ulang pembagian kerja yang seimbang sehingga pns yang berstatus staf bisa bersama ikut terlibat dengan pekerjaan secara keseluruhan.

- Agar pimpinan bisa mempertimbangakan pns wanita dipercaya memegang jabatan tertentu.

2. Kepada Peneliti Selanjutnya.

- Agar dalam penelitian selanjutnya, jumlah responden bisa mencakup seluruh populasi responden di lokasi penelitian.

- Variabel dukungan sosial dengan kinerja dalam penelitian ini, berlaku dalam level populasi, sehingga dapat digunakan lebih lanjut untuk memprediksi seberapa besar pengaruh variabel dukungan sosial terhadap kinerja atau dalam

hubungan kausalitas.

- Disarankan untuk melibatkan variabel lain yang juga merupakan faktor-faktor penentu kinerja.

Dokumen terkait