• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

Dalam dokumen T1 802010021 Full text (Halaman 29-38)

Hasil Uji Deskriptif

a. Variabel Self-Control

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh pada skala self-control paling rendah

adalah 41 dan skor paling tinggi adalah 127, rata-ratanya adalah 89,84 dengan

standar deviasi 13,695.

Norma Kategorisasi hasil pengukuran Skala self-control dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 1.1 Kategorisasi Pengukuran Skala Self-Control No Interval Kategori Mean N Persentase

1 121,8 ≤ x ≤ 145 Sangat Tinggi 1 1,03% 2 98,6 ≤ x<121,8 Tinggi 23 23,71% 3 75,4 ≤ x<98,6 Sedang 89,84 64 65,98% 4 52,2 ≤ x <75,4 Rendah 8 8,25% 5 29 ≤ x <52,2 Sangat Rendah 1 1,03% Jumlah 97 100% SD = 13,659 Min = 41 Max = 127 Keterangan: x = Self-Control

Dapat dilihat bahwa 1 siswa memiliki skor self-control yang berada pada

kategori sangat tinggi dengan persentase 1,03%, 23 siswa memiliki skor self-control

yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 23,71%, 64 siswa memiliki skor

memiliki skor self-control yang berada pada kategori rendah dengan persentase

8,25%, dan 1 siswa yang memiliki skor self-control yang sangat rendah dengan

persentase 1,03%. Berdasarkan rata sebesar 89,84 dapat dikatakan bahwa

rata-rata self-control siswa berada pada kategori sedang. Skor yang diperoleh subjek

bergerak dari skor minimum sebesar 41 sampai dengan skor maksimum sebesar 127

dengan standard deviasi 13,659.

b. Variabel Prokrastinasi Akademik

Dan pada variabel Prokrastinasi Akademik diperoleh skor paling rendah adalah

58 dan skor paling tinggi adalah 159, rata-ratanya adalah 119,01 dengan standar

deviasi sebesar 19,916.

Norma Kategorisasi hasil pengukuran Skala Prokrastinasi dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 1.2 Kategorisasi Pengukuran Skala Prokrastinasi Akademik No Interval Kategori Mean N Persentase

1 172,2 ≤ x ≤ 205 Sangat Tinggi 0 0% 2 139,4 ≤ x <172,2 Tinggi 10 10,31% 3 106,6 ≤ x <139,4 Sedang 119,01 67 69,07% 4 73,8 ≤ x <106,6 Rendah 15 15,46% 5 41 ≤ x <73,8 Sangat Rendah 5 5,16% Jumlah 97 100% SD = 19,916 Min = 58 Max = 159

Keterangan: x = Prokrastinasi Akademik siswa

Dilihat bahwa tidak ada siswa memiliki skor prokrastinasi yang berada pada

kategori sangat tinggi dengan persentase 0%, 10 siswa memiliki skor prokrastinasi

prokrastinasi yang berada pada kategori sedang dengan persentase 115,46%, 15

siswa memiliki skor prokrastinasi yang berada pada kategori rendah dengan

persentase 15,46%, dan 5 siswa memiliki skor prokrastinasi yang berada pada

kategori sangat rendah dengan persentase 5,16%. Berdasarkan rata-rata sebesar

119,01, dapat dikatakan bahwa prokrastinasi akademik siswa berada pada kategori

sedang. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 58 sampai

dengan skor maksimum sebesar 159 dengan standar deviasi 19,916.

Uji Asumsi

Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji

normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.3 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Self-Control

Prokrastinasi Akademik

N 97 97

Normal Parametersa Mean 119.01 89.84

Std. Deviation 19.916 13.659 Most Extreme Differences Absolute .121 .091 Positive .084 .085 Negative -.121 -.091 Kolmogorov-Smirnov Z 1.194 .900

Asymp. Sig. (2-tailed) .115 .392

Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas pada tabel 4.7 di atas, kedua variabel

memiliki signifikansi p>0,05. Variabel self-control memiliki nilai K-S-Z sebesar 1,194

dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,115 (p>0.05). Oleh karena nilai

signifikansi p>0,05, maka distribusi data self-control berdistribusi normal. Hal ini juga

probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,392. Dengan demikian data prokrastinasi juga

berdistribusi normal.

Sementara dari hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.4 Uji Linearitas ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. Prokrastinasi Akademik * Self-Control Between Groups (Combined) 10083.99 4 45 224.089 1.460 .095 Linearity 46.165 1 46.165 .301 .586 Deviation from Linearity 10037.82 9 44 228.132 1.486 .086 Within Groups 7827.367 51 153.478 Total 17911.36 1 96

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,1486 dengan sig.= 0,086

(p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara self-control dengan prokrastinasi

adalahlinear

Uji Korelasi

Dari perhitungan uji korelasi antara variable bebas dan terikat, dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 1.5 Hasil Uji Korelasi antara Self-Control dengan Prokrastinasi Akademik Correlations

Self-Control Prokrastinasi Akademik

Self-Control Pearson Correlation 1 -.311**

Sig. (1-tailed) .000

Prokrastinas i Akademik

Pearson Correlation -.311** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 97 97

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara

self-control dengan prokrastinasi sebesar -0,311 dengan sig. = 0,000 (p < 0.05) yang berarti

ada hubungan negatif yang signifikan antara self-control dengan prokrastinasi.

PEMBAHASAN

Hasil pengukuran diatas membuktikan terdapat hubungan negatif yang signifikan

antara self-control dengan perilaku prokrastinasi akademik pada siswa SMA Negeri 4

Ambon. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, kedua variabel memiliki r sebesar

-0,311 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti kedua variabel yaitu

self-control dengan prokrastinasi akademik memiliki hubungan negatif yang signifikan yang

artinya semakin tinggi self-control siswa maka semakin rendah perilaku prokrastinasi

akademik yang dilakukan, begitu juga sebaliknya semakin rendah self-control siswa

maka semakin tinggi perilaku prokrastinasi akademiknya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Green (1982),

yang menyatakan bahwa keadaan yang merugikan pelajar dalam belajar, dikarenakan

hanya sedikit pelajar yang menggunakan kontrol diri sebagai strategi mengelola

lingkungan belajar dan mengurangi secara langsung prokrastinasi akademiknya. Secara

demikian, pelajar yang memiliki self-control dan disiplin diri yang tinggi efektif dalam

meningkatkan ketepatan waktu dalam mengerjakan tugas, belajar mandiri di rumah,

kehadiran di sekolah dan mengurangi kelambanan, serta menunda-nunda tugas maupun

pekerjaan. Demikian pula, hasil penelitian oleh Muhid (2009), yang menyatakan bahwa

Ghufron (2003), yang menunjukkan bahwa semakin rendah self-control semakin tinggi

prokrastinasi akademik pada remaja, begitu pula sebaliknya, semakin tinggi self-control

remaja semakin rendah prokrastinasi akademik remaja terbukti. Jadi, prokrastinasi

akademik berkorelasi dengan self-control seseorang. Aini & Mahardayani (2011)

mengemukakan bahwa dengan kontrol diri yang tinggi mahasiswa yang sedang

menyelesaikan skripsi mampu segera menyelesaikan skripsi tersebut dan mencurahkan

segala kekuatannya agar pekerjaaan tersebut segera selesai dan terhindar dari perilaku

prokrastinasi dalam menyelesaikan skripsi.

Menurut Averill (dalam Thalib, 2010), kemampuan kontrol diri mencangkup :

mengontrol perilaku yang meliputi kemampuan mengatur pelaksanaan dan kemampuan

mengatur stimulus, mengontrol kognitif yang meliputi kemampuan untuk memperoleh

informasi dan kemampuan melakukan penilaian, serta mengontrol keputusan.

Berdasarkan kemampuan mengontrol diri yang diungkapkan oleh Averill (dalam Thalib,

2010), siswa yang memiliki self-control yang tinggi akan mampu untuk mengontrol

perilakunya untuk tidak menunda tugas atau belajar sehingga berujung pada perilaku

prokrastinasi akademik, adanya kesadaran di dalam diri untuk mengontrol pekerjaan

yang lebih penting serta didahulukan dan dapat mengetahui konsekuensi yang dilakukan

ketika menunda hal yang lebih penting tersebut, jadi siswa dapat mengetahui bagaimana

dan kapan suatu stimulus tidak dikehendaki (stimulus menghambat penyelesaian tugas

atau belajar) dan dapat mengelola dan menghadapi stimulus tersebut.

Setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu dan mengarahkan

perilaku yaitu kontrol diri (Ghufron, 2003). Ketika seorang siswa memiliki kontrol diri

yang tinggi maka siswa akan dapat mengarahkan perilakunya ketika stimulus negatif

seperti dalam hal belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah. Dengan adanya kontrol diri

yang baik maka siswa dapat mampu mempertimbangkan tindakan tepat yang akan dia

ambil dan dapat menghindari perilaku prokrastinasi akademik. Sedangkan individu yang

self-controlya rendah tidak mampu mengarahkan dan mengatur perilakunya, dan

bertindak lebih kearah negatif, seperti melakukan hal-hal yang dirasa lebih

menyenangkan pribadinya (Muhid, 2009) misalnya dengan lebih banyak menonton

televisi, bermain media sosial, atau pun jalan-jalan bersama teman dari pada

mengerjakan tugas atau belajar di rumah, bahkan akan menunda-nunda tugas yang

sebenarnya harus dikerjakan terlebih dahulu. Self-control yang rendah inilah siswa tidak

mampu memilih tindakan yang tepat untuk dirinya sendiri dalam menggunakan waktu

atau pun sekedar mengatur dorongan hatinya.

Sumbangan efektif yang diberikan oleh variabel self-control terhadap perilaku

prokrastinasi akademik adalah sebesar 9,61% (diperoleh dari r²) dan sisanya sebesar

90,39% yang dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor-faktor lain tersebut kemungkinan

adalah rendahnya motivasi, self esteem, self efficacy, kecemasan sosial, kurangnya

pengawasan, gaya pengasuhan orang tua, persepsi terhadap guru, kurangnya dukungan,

kesulitan memperoleh bahan, kurangnya sarana, dan aktifitas lain (Aini & Mahardayani,

2011).

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa

self-control sebesar 89,84 berada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan 64 siswa SMA

Negeri 4 Ambon memiliki pengontrolan diri yang sedang, ini menunjukkan bahwa

belum semuanya memiliki pengontrolan diri yang baik. Pada perilaku prokrastinasi

akademik siswa sebesar 119,01 yang berada pula pada kategori sedang. Hal ini

yang masih rendah dan 5 orang pada kategori sangat rendah, artinya banyak melakukan

prokrastinasi akademik.

Kontrol diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain faktor internal (dari

dalam diri individu), dan faktor eksternal (lingkungan individu). Faktor-faktor ini yang

dapat mempengaruhi kontrol diri siswa yang masih berada pada kategori sedang. Seperti

Faktor Internal adalah usia. Nasichah (2001) mengatakan bahwa semakin bertambahnya

usia seseorang maka, semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang itu. Pada

jenjang Sekolah Menengah Atas kita tahu sendiri bahwa pada masa remaja inilah para

siswa masih dalam masa pencarian jati diri serta belum matang dalam proses berpikir.

Ini dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan dan mengolah perilaku negatif

serta positif. Faktor eksternal adalah lingkungan keluarga. Hurlock (1973),

mengemukakan lingkungan keluarga terutama orangtua menentukan bagaimana

kemampuan mengontrol diri seseorang. Berdasarkan pengamatan langsung peneliti

sebagian orangtua yang menerapkan pola asuh acuh tak acuh (Permissif Indifferent)

pada anak-anaknya di Ambon, tidak adanya pendampingan dan pengajaran secara

intensif serta peraturan yang diterapkan orangtua kepada anak akan membuat kurangnya

kontrol diri. Dan berdampak secara langsung terhadap seringnya mengabaikan

tugas-tugas sekolah dan jam belajar. Dengan demikian, ketika tingginya sikap disiplin akan

memacu kesungguhan dan pemanfaatan waktu yang efektif bagi para siswa. Sikap ini akan memacu para siswa sesegera mungkin untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas – tugasnya terutama tugas akademiknya. Dan sikap seperti ini juga akan menjauhkan emosi – emosi yang tidak menyenangkan seperti kecemasan dan perasaaan bersalah dari diri mereka (Nuroh, 2006).

Hal yang sama pada hasil analisis deskriptif perilaku prokrastinasi akademik siswa

akan kegagalan atau fear of failure pada siswa. Banyak alasan mengapa siswa

melakukan penundaan, belum tentu karena tidak dapat mengelola waktu atau

perilakunya tapi kemungkinan siswa tersebut ingin mendapatkan hasil yang terbaik

dalam tugas-tugas akademiknya. Anggreani (2008) mengemukakan bahwa fear of

failure ketakutan yang berlebihan untuk gagal, dalam penelitian tersebut seseorang

menunda-nunda mengerjakan tugas akhir yang dihadapinya karena takut jika gagal

menyelesaikannya akan mendatangkan penilaian negatif tentang kemampuan yang

dimilikinya.

Faktor lain seperti gaya pengasuhan orang tua dan lingkungan yang kondusif dapat

mempengaruhi perilaku prokrastinasi akademik siswa. Hasil penelitian Ferrari dan

Ollivete (dalam Nurpitasari, 2000) menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah

menyebabkan munculnya kecenderungan prokrastinasi, sedangkan tingkat pengasuhan

pengasuhan otoritatif ayah tidak menyebabkan prokrastinasi. Hasil dari pengamatan

peneliti, dalam keseharian dan budaya orang timur terutama di Ambon, pola asuh yang

banyak diterapkan kebanyakan orangtua adalah pola asuh otoriter yang keras serta

segala aturan orangtua harus ditaati oleh anak.

Dari pengamatan langsung peneliti, banyak anak tidak dapat membantah orangtua

karena dirasa belum besar dan belum tahu apa-apa, anak seolah “robot” yang harus

mengikuti orangtua. Hal ini dapat membuat anak menjadi memberontak, nakal atau

disiplin tetapi hanya sebagai bentuk menyenangkan hati orangtua saja, dan di belakang

orang tua, anak akan menunjukan perilaku yang berbeda. Dengan pola asuh yang keras

inilah, ketika orangtua menerapkan disiplin yang tinggi dapat saja anak hanya

perilaku yang jauh dari pengajaran orangtua serta melakukan perilaku prokrastinasi

hasil dari bentuk kepatuhan yang semu atau pemberontakan.

Dan ditambahkan oleh Burka & Yuen (1983) bahwa kondisi lingkungan yang

lenient prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah

dalam pengawasan daripada lingkungan yang penuh pengawasan.

Dalam dokumen T1 802010021 Full text (Halaman 29-38)

Dokumen terkait