• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.10. Hasil Penelitian Terdahulu

Sudah ada beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan terkait dengan topik penelitian ini, baik dari sisi objek penelitian (DAS, air baku permukaan, dan air minum) maupun metodologi yang digunakan (MDS, valuasi ekonomi, dan ISM). Namun, secara metodologi, belum ada penelitian yang mengkombinasikan antara metode MDS, Prospektif dan permodelan dengan sistem dinamis. Kebanyakan penelitian yang dilakukan berhenti sampai model konseptual. Namun belum ada yang mengkombinasikan antara model kualitatif dengan model analitikal. Disamping itu belum ada penelitian tentang Model Pengelolaan Air Baku Air Minum yang Berbasis DAS. Banyak penelitian tentang ketersediaan, kebutuhan dan kualitas air serta banyak pula penelitian tentang DAS. Namun penelitian penelitian yang telah ada dilakukan secara parsial dan tidak terintegrasi. Penelitian ini mempunyai nilai novelty karena topiknya tentang ketersediaan air baku, kebutuhan air baku dan kualitas air baku air minum yang diteliti secara bersamaan dan diintegrasikan dalam bentuk Model Sitem Dinamis berbasis DAS.

Secara rinci hasil penelitian terdahulu dalam bentuk nama peneliti, judul penelitian, tahun penelitian, motodologi yang digunakan, dan kesimpulan yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 5.

minum secara berkelanjutan

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Waktu

Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan

1. Fauzi dan Anna Evaluasi Status Keberlanjutan

Sumberdaya Perikanan: Aplikasi Pendekatan Rapfish (Studi Kasus Perairan Pesisir DKI Jakarta) 2002 Rapid appraisal multidimensional: dengan menggunakan aplikasi Rapfish

Menghasilkan atribut yang sensitif mempengaruhi status keberlanjutan masing-masing dimensi adalah: 1. Dimensi ekonomi: marketable right, sector employment, dan other income; 2. Dimensi sosial: education level, environmental knowledge, fishing income; 3. Dimensi teknologi: selective gear, on-board handling Ice 1.5, dan gear; 4. Dimensi etika: just management, illegal fishing, dan alternative; dan 5. Dimensi ekologi: range collapse, change in level, dan size of fish caught.

2. Susilo Keberlanjutan

Pembangunan Pulau-Pulau Kecil: Studi Kasus Kelurahan Pulau

Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

2003 Rapid appraisal multidimensional: dengan

menggunakan aplikasi Rapfish dan simulasi model ekonomi-ekologis.

Ada lima dimensi yang dikaji (ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, hukum dan kelembagaan) didapatkan bahwa dimensi ekonomi memiliki nilai keberlanjutan paling rendah dan kondisi ekonomi dan ekologi di lokasi tersebut dalam kondisi tidak seimbang.

3. Syaukat dan Glen Model Pengelolaan Air Tanah dan Air

Permukaan di Wilayah Jakarta 2004 Pendekatan system dengan menggunakan tools GAMS Software

Meneliti keberadaan air tanah dan air permukaan secara terintegratif, conjunctive water. Diperoleh 3 driven faktor skenario kebijakan yang harus dilakukan yaitu; meningkatkan investasi dalam infrastruktur perpipaan; meningkatnya permintaan terhadap air dan memperhatikan nilai bunga investasi.

4. Ansofino Peranan Kebijakan Penentuan Harga Air Bagi Pemanfaatan Sumberdaya Air ke arah Berkelanjutan dengan Fokus Studi Wilayah Jakarta 2005 Pendekatan system dengan menggunakan analisis ekonometrika, dalam membangun fungsi permintaan

Hasil penelitian menunjukan bahwa permintaan air di wilayah perkotaan lebih besar dari pada penawarannya dan telah mengalami decreasing return to scale.

Faktor yang sangat menentukan permintaan (demand) air di wilayah penelitian adalah jumlah penduduk pada tahun sekarang (2.6%), jumlah penduduk pada periode dua tahun lalu (t-2) (4.4%), jumlah sumur bor (3.5%), jumlah pelanggan

No. Nama Peneliti Judul Penelitian

Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan

dan penawaran air secara dinamik. Software

rumahtangga (final demand) (2.2%), dan nilai rumah pada tahun sebelumnya (1.13%). Faktor (input) yang mempengaruhi penawaran air kepada penduduk di wilayah DKI Jakarta adalah: harga marginal pada tahun sebelumnya, pengambilan air sungai waktu sekarang dan satu tahun sebelumnya, jumlah karyawan teknis, nilai pajak perolehan air yang harus dibayar ke hulu, jumlah pengambilan air tanah, dan luas lahan kritis di wilayah DAS Citarum.

5. Nurandani Hardyanti dan Nurmeta Diana Fitri

Studi Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Bersih untuk Kebutuhan Domestik dan Non Domestik (Studi Kasus Perusahaan Tekstil Bawen Kabupaten Semarang)

2006 Analisis kualitatif dan deskriptif

Kinerja bangunan pengolahan air secara keseluruhan belum memenuhi kriteria desain yang berlaku, yaitu koagulasi, flokulasi, dan clarifier sehingga menyebabkan proses pengolahan air kurang optimal. Kualitas air baku dan air bersih yang digunakan telah memenuhi standar baku mutu untuk air baku Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 maupun standar baku mutu untuk air bersih Permenkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002, kecuali satu parameter berasal dari air sungai yaitu warna yang belum memenuhi standar baku mutu air bersih.

6. Retno

Sulistiyaning Asih

Kajian Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Penyediaan Air Bersih Secara Individual di Kawasan Kaplingan Kota Blora

2006 Analisis deskriptif kuantitatif.

Aspek yang mempengaruhi kontinuitas penyediaan air bersih individual adalah jumlah pemakaian air bersih, pola pemakaian air bersih dan ketersediaan air bersih. Untuk menjaga pemanfaatan penyediaan air bersih secara individual perlu adanya pengendalian agar pemanfaatan air tanah dapat dikurangi serta agar penyediaan air bersih secara individual tidak diterapkan dengan bebas di kawasanyang lain.

7. Ariya Asghara Strategi Peningkatan Kapasitas Pelayanan Air Bersih di Kota Bangko Kabupaten Merangin

2007 Analisis deskriptif, Analisis SWOT dan Superimpose

Strategi yang perlu dilakukan untuk meningkatan kapasitas pelayanan air bersih di Kota Bangko Kabupaten Merangin guna pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat adalah untuk wilayah Desa Sungai Ulak dapat memanfaatkan Sungai Tantan sebagai sumber air baku dan jaringan air bersih PDAM 45

No. Nama Peneliti Judul Penelitian

Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan

melalui IPA Sumur Bor II dengan menggunakan sistem pompa, untuk wilayah Desa Salam Buku dapat memanfaatkan Sungai Masumai sebagai sumber air baku dan jaringan air bersih PDAM melalui IPA Waskita Karya dengan menggunakan sistem gravitasi, untuk wilayah Selatan dan Timur Kota Bangko dapat memanfaatkan jaringan air bersih PDAM melalui IPA RPD Bangko Tinggi dengan menggunakan sistem pompa, untuk masyarakat yang yang berada didalam wilayah pelayanan air bersih PDAM dapat memanfaatkan jaringan pipa distribusi induk yang sudah ada dengan cara menambah jaringan pipa distribusi secara langsung ke tiap sambungan rumah, melakukan pemanfaatan kelebihan kapasitas produksi air bersih PDAM, memperluas wilayah/cakupan pelayanan pada wilayah atau daerah yang berpotensial membutuhkan air bersih PDAM.

8. Muhammad Dicky Implikasi Perubahan Guna Lahan terhadap Kualitas Air Baku Kota Batam

2008 Analisis kualitas air baku, analisis penggunaan lahan

Nilai kandungan bakteri Coliform sudah di atas ambang batas yang diizinkan. Perairan Dam Duriangkang termasuk dalam ambang batas yang kurang memenuhi baku mutu air sebagai sumber air baku air minum yang mensyaratkan nilai E-coli di bawah 100 MPN/100 ml.

Produksi limbah domestik yang turut andil mencemari Dam Duriangkang merupakan hasil dari aktifitas penduduk di perumahan-perumahan di sekitar. Dam Duriangkang, terutama yang berasal dari perumahan-perumahan di Batam Centre. Untuk itu, perlu pengawasan dan pengendalian yang sangat ketat dari pemerintah dengan melibatkan masyarakat untuk menjaga kelestarian sumber air baku.

No. Nama Peneliti Judul Penelitian

Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan

9. Lily Montarcih L Analisa Ketersediaan Air untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Baku Dalam Perencanaan Embung Tambak Pocok Bangkalan

2009 Analisis Curah Hujan NRECAH

Hasil simulasi keandalan embung dengan melakukan proses simulasi tiap data debit hasil bangkitan sepanjang 20 tahun dengan masa proyeksi selama 20 tahun, diketahui bahwa data debit untuk NRECA mengalami kegagalan pada data debit tahun 2004 dengan peluang keandalan 100% pada tahun 2007 dan 25% pada tahun 2026. Sedangkan untuk data debit F.J Mock peluang keandalan 100% pada tahun 2007 sampai tahun 2026 untuk semua simulasi data debit. Dikarenakan tidak adanya data debit di lapangan, maka pemilihan data debit dilakukan dengan mengambil Qmin untuk masing-masing data debit dari 2 metode didapatkan untuk Qmin F.J Mock embung memiliki tingkat keandalan 100% pada tahun 2007 sampai 2026. Untuk Qmin NRECA embung embung hanya mampu melayani seluruh penduduk (100%) pada tahun 2007 sedangkan untuk tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan hingga 25% pada tahun 2026.

10. Febrihan Akmal Analisis Kebutuhan Air Baku Kabupaten Rejang Lebong

2010 Analisis Tingkat Pertumbuhan

Pada tahun 2014 kebutuhan air baku domestik yaitu 35 268.88 m3/hari. Kebutuhan air baku non domestik yaitu 30 344.75 m3/hari, kebutuhan air harian rata-rata yaitu 65 613.63 m3/hari,

kebutuhan air harian maksimum yaitu 78 736.36 m3/hari, kehilangan air yaitu 19 684.09 m3/hari , dan jumlah kebutuhan air per tahun yaitu 23 948 974.95 m3/tahun.

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Bulan November 2010 dan selesai Bulan Oktober 2011. Penelitian dilakukan di daerah aliran sungai (DAS) Babon Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Adapun dasar pertimbangan lokasi penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. DAS Babon Semarang melintasi tiga wilayah kabupaten/kota (Kabupaten Semarang, Kota Semarang, dan Kabupaten Demak) dengan topografi wilayah yang berbeda, yaitu perbukitan, lembah, dan daerah pesisir (transboundary watershed).

2. Badan sungai DAS Babon Semarang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain: untuk irigasi pertanian, perikanan (tambak), air baku untuk kebutuhan domestik, industri, dan sebagai sumber air baku PDAM Semarang.

3. Daerah bagian hulu dan tengah DAS Babon Semarang merupakan daerah pertanian, permukiman, dan industri sedangkan bagian hilir merupakan areal tambak dan sumber air baku PDAM Semarang.

4. Pengelolaan air baku di DAS Babon Semarang belum dilakukan secara terpadu, hulu-hilir, sehingga fungsi DAS sebagai sumber air baku air minum tidak terjamin kelestariannya (unsustainable).

Gambar 3 Peta administrasi DAS Babon.

3.2. Pendekatan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan pendekatan sistem dalam rangka merumuskan model pengelolaan air baku air minum serta mekanisme kerjasama kelembagaan instansi terkait dalam pengelolaan DAS Babon Semarang, agar keberlanjutan sumber air baku air minum tetap terjaga (lestari). Secara sistematis pendekatan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4 dan Tabel 6.

DAS Babon

Identifikasi Masalah Pengelolaan ABAM

DAS Babon (Ekologi, Ekonomi &

Sosial

Menetapkan Atribut Sensitif

(Analisis DS/ Leverage)

Menetapkan Atribut Kunci Analisis WTP Air Minum

Membangun Model dengan Pendekatan Sistem

Mekanisme Kerjasama Kelembagaan (ISM)

Tabel 6 Pendekatan sistem model pengelolaan air baku air minum berbasis DAS

No Tujuan

Khusus Jenis Data

Bentuk Data Sumber Data Metode Analisis Output yang diharapkan 1. Menentukan Atribut Atribut Kritis Primer Sekunder Hasil Wawancara dan Penyebaran Kuisioner Laporan Tahunan Dinas/Instan si Terkait Dinas/ Instansi Terkait Pendapat Pakar Multidime n sional Scaling (MDS) Monte Carlo Menghasilkan Atribut Atribut Kritis dari Aspek Lingkungan, Ekonomi dan Sosial 2. Menentukan Atribut Atribut Kunci Primer Sekunder Hasil Wawancara dan Penyebaran Kuestioner FGD Prospek tif Menghasilka n Atribut Atribut Kunci yang Mewakili Aspek Lingkungan, Aspek Ekonomi dan Aspek Sosial 3. Model Pengelolaan Air Baku Sekunder Text Book, Studi, BPS, PP dan Kepmen PU Dinas/Ins tansi Terkait Sistem Dinamik dengan Stella Terbangun Model Pengelolaan Air Baku Air Minum Berbasis DAS 4. Mekanisme Kerjasama Kelembagaan Primer Sekunder Hasil Wawancara dan Penyebaran Kuisioner FGD Interpre ta tive Struc tural Mode ling (ISM) Menghasilka n Model Struktur Pemangku Kepentingan DAS

3.3. Metode Pengumpulan Data

Dokumen terkait