• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN Uji Asumsi

Dalam dokumen T1 802009149 Full text (Halaman 26-33)

Setelah mendapatkan data penelitian yang dibutuhkan, untuk mengetahui adanya hubungan antara komunikasi orang tua dan anak dengan perilaku seksual pada remaja maka dilakukan uji asumsi. Uji asumsi diantaranya uji normalitas dan linearitas untuk memastikan data yang diperoleh bisa dan layak untuk dipergunakan. Berdasarkan perhitungan melalui Kolmogorov-Smirnov SPSS 16.00, di dapatkan bahwa skor K-S-Z komunikasi orang tua dan anak tentang seksual dengan signifikansi sebesar 0,582 (p>0,05) sedangkan skor K-S-Z

18

perilaku seksual dengan signifikansi sebesar 1,844 (p>0,05). Dari hasil tersebut, maka data kedua variabel dapat dikatakan berdistribusi normal.

Uji liniearitas dilakukan dengan maksud mengetahui hubungan antar variabel memiliki hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Dari hasil uji liniearitas yang dilakukan dengan menggunakan ANOVA table of linearity, maka didapatkan hasil Fbeda dengan signifikansi sebesar 0,649 (p > 0,05). Artinya komunikasi orang tua dan anak tentang seksualitas dan perilaku seksual memiliki hubungan yang linear.

Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui kategorisasi tiap variabel. Dari hasil statistik deskriptif maka ditemukan total minimum pada variabel komunikasi orang tua-anak tentang seksualitas sebesar 30,00, total skor maksimum sebesar 76,00 dengan mean 53,13 dan standar deviasi 10, 31. Sedangkan hasil statistik deskriptif pada variabel perilaku seksual ditemukan total skor minimum 1, total skor maksimum sebesar 12,00 dengan mean 4,12 dan standar deviasi 2,60.

Melalui hasil analisis statistik deskriptif tersebut, maka dilakukan pengkategorisasian. Maka di dapatkan kemungkinan pembagian skor tertinggi sebsar 76,0 sedangkan skor terendah sebesar 30,0. Kemudian pada variabel perilaku seksual di dapatkan kemungkinan pembagian skor tertinggi sebesar 12,0 dan skor terendah sebesar 1. Melalui pengkategorisasian yang dilakukan, maka didapatkan bahwa komunikasi orang tua dan anak tentang seksualitas pada remaja dari keluarga prasejahtera dapat dikategorikan cukup, sedangkan perilaku seksualnya dapat dikategorikan rendah.

Tabel 1

Kategorisasi Komunikasi tentang seksualitas

Interval Kategori Frekuensi % Mean SD

66,80 < x ≤ 76,00 Sangat Tinggi 9 10,11 9,2 57,60 < x ≤ 66,80 Tinggi 22 24,72 48,40 < x ≤ 57,60 Cukup 25 28,09 53,13 39,20 < x ≤ 48,40 Rendah 26 29,21 30,00 < x ≤ 39,20 Sangat Rendah 7 7,87 Tabel 2

Kategorisasi Perilaku Seksual

Interval Kategori Frekuensi % Mean SD

8,3 < x ≤ 12 Tinggi 7 7,87 3,7

4 ,7< x ≤ 8,3 Cukup 27 30,34

1 < x ≤ 4,7 Rendah 55 61,80 4,12

Tabel 3

Presentase tahap perilaku seksual

No Tahapan ∑ org % Mean

1 Berpegangan t angan 12 13,48

2 M emeluk/ Dipeluk dibagian bahu 9 10,11

3 M emeluk/ di peluk di pinggang 18 20,22

4 Ciuman bibir 9 10,11

5 Ciuman bibir sambil pelukan 16 17,98 4,12

6 M eraba/ Diraba di daerah erogen dalam keadaan berpakaian

5 5,62

7 M encium/ dicium di daerah erogen dalam keadaan berpakaian

5 1,12

8 M eraba/ diraba di daerah erogen dalam keadaan t anpa berpakaian

1 3,37

9 M encium/ dicium di daerah erogen dalam keadaan t anpa berpakaian

3 3,37

10 Saling menempelkan alat kelamin dalam keadaan berpakaian

6 6,74

11 Saling menempelkan alat kelamin dalam keadaan t anpa berpakaian

1 1,12

20

Berdasarkan tabel diatas, maka tahap perilaku perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja dari keluarga prasejahtera di lingkungan rumah belajar YCAB Jakarta Barat adalah sebanyak, 12 remaja melakukan berpegangan tangan (13,48%), 9 remaja melakukan memeluk/dipeluk di bagian bahu (10,11%), 18 remaja melakukan memeluk/dipeluk dibagian pinggang (20,22%), 9 remaja melakukan ciuman bibir (10,11%), 16 remaja melakukan ciuman bibir sambil berpelukan (17,98%), 5 remaja melakukan meraba/diraba di daerah erogen dalam keadaan berpakaian (5,62%), 5 remaja melakukan mencium/dicium di daerah erogen dalam keadaan berpakaian (5,62%), 1 remaja melakukan meraba/diraba di daerah erogen dalam keadaan tanpa berpakaian (1,12%), 3 remaja melakukan mencium/dicium di daerah erogen dalam keadaan tanpa berpakaian (3,37%), 6 remaja melakukan saling menempelkan alat kelamin dalam keadaan berpakaian (6,74%), 1 remaja melakukan saling menempelkan alat kelamin dalam keadaan tanpa berpakaian (1,12%), dan sebanyak 4 remaja melakukan berhubungan seksual (4,49%).

Uji Hipotesis

Setelah mengetahui kelayakan data yang diperoleh melalui uji asumsi, maka selanjutnya dilakukan uji hitpotesis dengan menggunakan Pearson’ s product moment untuk mengetahui hubungan dari kedua variabel. Uji korelasi

yang dilakukan menemukan bahwa korelasi antara komunikasi orang tua dan anak tentang seksualitas dengan perilaku seksual pada remaja memiliki nilai koefisien sebesar -0.118 dan signifikansi sebesar 0, 039 (p < 0.05) yang berarti terdapat hubungan negatif dan signifikan antara komunikasi orang tua dan anak tentang seksualitas dengan perilaku seksual pada remaja dari keluarga prasejahtera. Semakin rendah perilaku seksual, maka semakin baik komunikasi

orang tua dan anak tentang seksualitas, atau sebaliknya semakin tinggi perilaku seksual, maka semakin rendah komunikasi orang tua dan anak tentang seksualitas.

Tabel 3 Hasil Uji Korelasi

Correlations

Komunikasi PS

Komunikasi Pearson Correlation 1 -.188*

Sig. (1-tailed) .039

N 89 89

PS Pearson Correlation -.188* 1

Sig. (1-tailed) .039

N 89 89

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil dari pengujian terhadap hipotesis penelitian, maka diperoleh hasil bahwa hipotesis yang diajukan diterima. Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara komunikasi orang tua dan anak tentang seksualitas dengan perilaku seksual pada remaja dari keluarga prasejahtera. Artinya semakin buruk komunikasi antara orang tua dan anak tentang seksualitas maka semakin tinggi perilaku seksual remaja. Begitu pula sebaliknya, bahwa semakin baik komunikasi antara orang tua dan anak tentang seksualitas maka semakin rendah perilaku seksualnya.

Hubungan tersebut dapat terjadi karena adanya komunikasi antara orang tua kepada anak. Melalui komunikasi orang tua membawa pengetahuan atau wawasan, keyakinan, nilai-nilai, dan juga harapan kepada anaknya (Miller,

22

1998). Komunikasi orang tua dapat memberikan pengaruh positif pada keputusan anak dalam perilaku seksual, karena mereka merupakan sumber yang baik untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja (Lefkowitz, dalam Wang, 2009).

Komunikasi antara remaja dan orang tua tentang seksualitas pada keluarga prasejahtera dapat berjalan karena adanya pembukaan diri, kemauan untuk saling mendengarkan, kemampuan untuk menyampaikan ide atau pendapat secara tepat, serta penerimaan diri satu sama lain. Peran kenyamanan menjadi penting dalam komunikasi antara orang tua dan remaja mengenai seksualitas (Somers & Vollmar, 2005). Orang tua dapat memberikan pengaruh positif kepada anaknya melalui komunikasi apabila ada keterbukaan, kedekatan, dan kenyamanan dalam berkomunikasi (Fongkaew et al., 2012). Orang tua merupakan agen perubahan, yang menjadi sumber informasi yang berharga dalam membantu membentuk keyakinan seksual dan perilaku seksual (Jaccard, dalam Stanoff 2010).

Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya bahwa tinggi atau baiknya komunikasi antara orang tua dan anak berhubungan dengan penundaan perilaku seksual beresiko seperti sexual intercourse (dalam Miller, 1998; Somers & Vollmar, 2006). Dari banyaknya faktor perilaku seksual faktor komunikasi antara orang tua dan anak memberikan sumbangsih sebesar 3.9% terhadap perilaku seksual pada remaja.

KESIMPULAN

Dari semua pemaparan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara komunikasi orang tua dan anak tentang seksualitas dengan perilaku seksual pada remaja dari keluarga prasejahtera.

2. Sebanyak (29,21%) remaja pada penelitian ini memiliki komunikasi yang buruk dengan orang tuanya tentang seksualitas. Kemudian sebanyak (61,80%) remaja dalam penelitian ini memiliki perilaku seksual yang rendah.

3. Komunikasi orang tua dan anak tentang seksualitas memberikan sumbangan sebesar 3, 9 % terhadap perilaku seksual pada remaja.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka penulis menyarankan kepada orang tua untuk

1. Membina hubungan yang baik dengan anak dan membangun persahabatan dengan anak-anak. Mengingat kedekatan orang tua mempengaruhi perilaku anak.

Bagi anak atau remaja penulis, menyarankan untuk :

1. Berani untuk mengungkapkan persoalan khususnya seputar seksualitas baik kepada orang tua, guru, petugas kesehatan, dan orang dewasa yang bertanggung jawab demi menghindari dampak dari perilaku seksual. 2. Remaja banyak mengikuti kegiatan-kegiatan positif yang dapat

mengembangkan diri. Seperti kegiatan olahraga, kegiatan agama, dan kegiatan-kegiatan positif lainnya.

24

Bagi peneliti selanjutnya, penulis menyarankan :

1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkalimatkan topik-topik seksual yang akan digunakan untuk mengukur komunikasi tentang seksualitas dengan lebih sederhana dan mudah dimengerti oleh anak. 2. Penelitian selanjutnya dapat memperhitungkan faktor-faktor lain seperti

gender, urutan kelahiran, jumlah saudara yang tinggal di rumah.

3. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk memperbanyak jumlah subjek atau paling tidak mengetahui populasi yang akan dijadikan subjek.

Dalam dokumen T1 802009149 Full text (Halaman 26-33)

Dokumen terkait