• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGAMATAN

Dalam dokumen Laporan Resmi Praktikum Dasgro (Halaman 51-62)

PEMECAHAN DORMANSI DAN ZAT PENGHAMBAT PERKECAMBAHAN BIJI

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGAMATAN

Tabel Perkecambahan Biji Saga

perlakuan hari pengamatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 kontrol 0 0 0 0 0 0 0.167 0.167 0.167 0.167 Mekanis amplas 0.33 0.33 0.5 0.67 0.83 1 1.167 1.167 1.3 1.3 Chemis H2SO4 (1 menit) 0 0 0 0 0 0 0 0.167 0.167 0.167 H2SO4 (3 menit) 0 0 0 0 0 0 0.167 0.167 0.33 0.33 H2SO4(6 menit) 0 0 0 0 0 0.167 0.33 0.33 0.33 0.33

Gaya Berkecambah Biji Saga

perlakuan hari pengamatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 kontrol 0% 0% 0% 0% 0% 0% 1.67% 1.67% 1.67% 1.67% Mekanis amplas 3.3% 3.3% 5% 6.7% 8.3% 10% 11.67% 11.67% 13% 13% Chemis H₂SO₄ (1 menit) 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 1.67% 3.3% 3.3% H₂SO₄ (3 menit) 0% 0% 0% 0% 0% 0% 1.67% 1.67% 3.3% 3.3%

H₂SO₄ (6

menit) 0% 0% 0% 0% 0% 1.67% 3.3% 3.3% 3.3% 3.3%

Indeks Vigor Biji Saga

perlakuan hari pengamatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 kontrol 0 0 0 0 0 0 0.024 0.021 0.018 0.016 Mekanis amplas 0.33 0.165 0.167 0.1675 0.166 0.167 0.166 0.145 0.144 0.13 Chemis H₂SO₄ (1 menit) 0 0 0 0 0 0 0 0.021 0.0367 0.033 H₂SO₄ (3 menit) 0 0 0 0 0 0 0.024 0.021 0.0367 0.033 H₂SO₄ (6 menit) 0 0 0 0 0 0.027 0.047 0.041 0.0367 0.033

Perkecambahan Biji Padi

perlakuan hari pengamatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 coumarin 0% 0.33 4.33 9.167 15.83 17.83 19.167 20.67 20.8 20.8 21 coumarin 25% 0.33 4.33 9 15.83 16.67 18.67 20.67 20.8 20.8 20.8 coumarin 50% 0.33 3.67 7.5 13.67 16.67 18.67 20.67 20.3 20.8 20.8 coumarin 100% 0.167 2.67 9.33 11.83 15.83 17 19.83 20.7 20.8 20.8

Gaya Berkecambah Biji Padi

Indeks Vigor Padi

B. PEMBAHASAN

Dormansi benih atau dormansi biji adalah kondisi biji atau benih yang gagal atau tidak mau berkecambah meskipun keadaan dalam atau luar biji menguntungkan untuk berkecambah. Penyebab dormansi biji antara lain kurang tersedianya air, komposisi gas atau udara dan suhu yang kurang sesuai atau memadai. Biji yang mengalami dormansi ditandai oleh rendahnya atau tidak adanya proses imbibisi air, proses respirasi tertekan

perlakuan hari pengamatan (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 coumarin 0% 1.32 17.32 36,67 63.32 71.32 76.67 82.67 83.2 83.2 84 coumarin 25% 1.32 17.32 36 63.32 66.68 74.67 82.67 83.2 83.2 83.2 coumarin 50% 1.32 14.67 30 54.68 66.68 74.67 82.67 81.2 83.2 83.2 coumarin 100% 0.668 10.67 37.32 47.32 63.32 68 79.33 82.8 83.2 83.2

perlakuan hari pengamatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 coumarin 0% 0.33 2 1.61 1,66 0.4 0.22 0.214 0.0125 0 0.02 coumarin 25% 0.33 2 1.557 1.208 0.57 0.33 0.286 0.0125 0 0 coumarin 50% 0.33 1.67 1.28 1.54 0.6 0.33 0.286 0.0125 0 0 coumarin 100% 0.167 1.25 2.22 0.625 0.8 0.194 0.405 0.125 0 0

atau terlambat, dan rendahnya proses metabolism cadangan makanan. Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologi ketika masih berada pada tanaman induknya.

Pada praktikum pecahan dormansi dan zat penghambat perkecambahan biji dilakukan tiga macam perlakuan, yaitu perlakuan mekanis pada biji berkulit keras ( dengan cara diamplas ), perlakuan khemis pada biji berkulit keras ( dengan H2SO4 ), dan pengaruh cairan daging buah (coumarin) dengan penggunaan biji berkulit keras adalah biji saga (Abrus precatorius). Biji saga merupakan salah satu biji yang mempunyai kulit berbiji keras. Perlakuan mekanis diantaranya dengan mengamplas bagian tepi biji sebelum dikecambahkan. Kulit biji yang terlalu keras menyebabkan biji bersifat impermeable pada air dan gas-gas yang sangat diperlukan untuk perkecambahan. Selain itu, kulit biji yang keras menyebabkan embrio yang memiliki daya berkecambah rendah sehingga tidak dapat menyobek kulit dan berarti embrio tidak dapat keluar untuk tumbuh sebagaimana mestinya. Fungsi pengamplasan pada kulit biji yang keras agar terjadi celah atau lubang untuk memudahkan air dan udara melakukan aliran yang mendorong perkecambahan dan sebagai tempat keluar embrio untuk melakukan pertumbuhan. Apabila perlakuan mekanis tidak berhasil atau gagal disebabkan oleh pengamplasan yang salah karena tepi biji tidak terkelupas dan kurangnya air yang dibutuhkan oleh biji untuk berkecambah.

Penggunaan bahan kimia seharusnya mempunyai keuntungan yang lebih bila dibandingkan dengan perlakuakn mekanis, dengan perlakuan mekanis kurang efisien dan efektif baik dalam waktu dan tenaga terutama bila diterapkan dalam proses perkecambahan dalam jumlah besar. Disamping memberikan keuntungan, perlakukan khemis juga memberikan kerugian yaitu apabila dosisnya berlebihan dan metode pelaksaannya tidak cermat akan menghambat proses perkecambahan. Ini terjadi karena sifat bahan kimia yang keras dan juga karena kulit biji sangat peka terhadap pengaruh dari luar. Selain itu juga disebabkan kekurangan air untuk melakukan proses imbibisi air.

Berdasarkan pada grafik diatas terdapat perbedaan yang cukup tajam antara control dan perlakuan mekanik. Pada perlakuan mekanis (pengamplasan biji) biji berkecambah dengan baik, sedangkan pada kontrol perkecambahan mulai terjadi saat hari pengamatan ke-7. Hal ini dikarenakan bagian biji yang diamplas menjadi jalan masuk untuk air dan udara yang berguna bagi perkecambahan. Fungsi masuknya air dan udara adalah untuk proses imbibisi air yang masuk ke dalam tanaman agar mempercepat proses perkecambahan. Sehingga perkecambahan biji akan semakin baik. Jadi, dalam menghadapi masalah biji berkulit keras, dapat diatasi dengan perlakuan mekanis.

Indeks vigor (kecepatan berkecambah) suatu biji ialah banyaknya biji yang berkecambah dari jumlah biji murni yang dikecambahkan dan dinyatakan dalam persen dalam waktu yang lebih pendek daripada waktu untuk penentuan gaya berkecambah. Waktu yang dipergunakan untuk menentukan kecepatan berkecambah ini adalah waktu yang dimana jumlah biji yang berkecambah paling banyak

Pada grafik diatas terlihat perbandingan indeks vigor antara kontrol dan perlakuan mekanis terlihat perbedaan yang sangat tajam. Pada perlakuan mekanis (pengamplasan) perkecambahan sudah dimulai pada hari ke–1 dan mengalami indeks vigor yang sangat tinggi, pada hari ke–2 sampai hari ke-7 mengalami kestabilan perkecambahan, kemudian dari hari ke-8 sampai hari ke-10 mengalami penurunan perkecambahan. Sedangkan pada kontrol perkecambahan baru dimulai pada hari ke–7 dan pada perlakuan mekanis hari ke–10 mencapai klimaks. Hal ini menunjukkan bahwa indeks vigor dengan perlakuan mekanis lebih tinggi daripada kontrol. Jadi, dengan perlakuan mekanis (pengamplasan) menyebabkan kecepatan berkecambah biji menjadi tinggi.

Perlakuan khemis adalah perkecambahan biji dengan menggunakan bahan-bahan kimia untuk membantu melunakkan kulit berbiji keras. Perlakuan ini menggunakan larutan khemikalia yaitu asam sulfat. Biji saga direndam dalam larutan khemikalia asam sulfat dengan lama perendaman 1 menit, 3 menit dan 6 menit. Dari

gambar grafik perbandingan gaya berkecambah perendaman dengan asam sulfat dapat mempercepat perkecambahan dibandingkan dengan perlakuan control. Perendaman dengan asam sulfat selama 1 menit. 3 menit dan 6 menit memberikan efek yang positif namun kurang maksimal dari yang diinginkan, hal ini mungkin disebabkan proses inbibisi air yang diperlukan saat proses perkecambahan tidak maksimal. Dalam pemecahan dormansi pada biji berkulit keras dapat dilakukan dengan larutan asam sulfat dan diperhatikan kebutuhan air pada tanaman yang dikecambahkan.

Perendaman dengan H2SO4 menyebabkan perkecambahan terjadi pada hari ke –6, sedangkan pada kontrol mulai terjadi perkecambahan pada hari ke–7. H2SO4

termasuk larutan kimia yang memiliki sifat asam yang sangat pekat. Untuk meneteralkan pH asam perkecambahan setelah perendaman H2SO4 dilakukan pencucian dengan air yang mengalir agar larutan H2SO4 benar-benar bersih dari biji. Setelah pencucian dengan air kemudian biji direndam dengan larutan N2HCO3 yang memiliki sifat basa agar pH biji yang ingin dikecambahkan menjadi netral. Perendaman pada H2SO4 dengan waktu tertentu ( 1 menit, 3 menit dan 6 menit) dapat menyebabkan perkecambahan lebih cepat. Ini dikarenakan asam sulfat yang mengikis kulit biji saga lebih banyak, sehingga lebih cepat berkecambah. Namun indeks vigor dengan menggunakan asam sulfat pada hari ke-6 sampai ke-10 mengalami penurunun sedangkan kontrol tidak, ini dikarenakan biji yang berkecambah hanya berjumlah

sedikit. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan membuktikan bahwa perendaman pada larutan kimia dapat menyebabkan perkecambahan terjadi lebih cepat daripada tidak dilakukan perendaman.

Untuk mengetahui pengaruh cairan daging buah terhadap perkecambahan biji digunakan biji padi (Oryza sativa) yang dikecambahkan pada kertas filter yang telah dibasahi cairan coumarine. Coumarine merupakan cairan daging buah tomat yang dapat tahan sampai suhu 70oC. Untuk mengetahui pengaruh dari coumarine tersebut maka dibuat coumarine dalam konsentrasi yang berbeda-beda, yaitu 0%, 25%, 50%, dan 100%. Coumarine 0% digunakan sebagai kontrol.

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pemberian cairan daging buah pada konsentrasi yang tinggi dapat menghambat perkecambahan. Pada perendaman dengan coumarin 0 %, gaya berkecambahnya paling tinggi. Sedangkan pada coumarin 25 %, 50 % dan 100 % tidak terlalu berbeda. Hal itu sudah sesuai dengan teori yaitu semakin tinggi konsentrasinya maka akan semakin menghambat perkecambahan. Hal itu ditunjukkan pada perendaman dengan coumarin 0 % terlihat memperpercepat perkecambahan dari hari pertama sampai hari terakhir mengalami kenaikan terus.

Grafik di atas menunjukkan bahwa pemberian cairan daging buah berpengaruh terhadap kecepatan berkecambah padi. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa semua perlakuan berkecambah pada hari ke - 2, hari ke – 3, dan hari ke - 4 , tetapi pada perlakuan kontrol coumarin 0 % biji paling banyak berkecambah, sedangkan yang paling sedikit berkecambah terjadi pada perlakuan coumarin 100 %. Pada hari pengamatan ke – 6 semua perlakuan indeks vigornya mengalami penurunan secara drastis. Hal itu menunjukkan bahwa pemberian cairan daging buah tidak terlalu berpengaruh terhadap kecepatan berkecambah, tetapi pemberian cairan daging buah dalam kadar yang tinggi akan menghambat perkecambahan. Coumarin pada nilai presentasi yang tinggi dapat menghambat perkecambahan disebabkan karena didalam coumarin terdapat zat-zat yang menghambat perkecambahan.

V. KESIMPULAN

1. Keadaan dormansi pada biji dapat diatasi dengan perlakuan secara mekanis dan khemis.

2. Untuk memacu perkecambahan biji berkulit keras, perlakuan khemis lebih efektif dibandingkan perlakuan mekanis.

3. Perendaman biji dalam H2SO4 dapat mempercepat perkecambahan.

4. Coumarine merupakan cairan daging buah, yang dapat bersifat reversibel yaitu dalam kadar tinggi menghambat perkecambahan tetapi dalam kadar yang rendah dapat memacu perkecambahan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Dormansi dan Perkecambahan Biji.

<http://elisa.ugm.ac.id/files/yeni_wn_ratna/6L4WiASR/III-dormansi.doc>. Diakses pada tanggal 18 Maret 2010.

Saleh, Muhammad Salim. 2004. Pematahan dormansi benih Aren secara fisik pada berbagai lama ekstraksi buah. Agrosains 6 (2):79-83.

Salisbury, Frank B. Dan Cleon W. Ross. 1995. Plant Phisiology (Fisiologi Tumbuhan, alih bahasa oleh Diah R Lukman dan Sumaryono). Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sujarwati dan Santosa. 2004. Perkecambahan dan pertumbuhan palem jepang (Actinophioeus macarthurll Becc.) akibat perendaman biji dalam lumpur. Jurnal Natur Indonesia 6(2) : 99-103.

Dalam dokumen Laporan Resmi Praktikum Dasgro (Halaman 51-62)

Dokumen terkait