• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Pengamatan Karang

Dalam dokumen Sampul Depan. Desain Cover : Siti Balkis (Halaman 22-33)

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1. LINGKUNGAN FISIK PANTAI DAN PERAIRAN

III.2.1. Hasil Pengamatan Karang

Pengamatan karang telah dilakukan sebanyak 10 titik stasiun permanen yang tersebar di perairan pesisir pantai bagian barat Pulau Selayar dan Pulau Tanajampea. Kegiatan monitoring ini berhasil menemukan titik awal (t0) yang telah terpasang pada tahun sebelumnya sehingga dapat diketahui perubahan terhadap ekositem terumbu karang di lokasi ini.

Hasil pengamatan tahun 2006 (studi baseline), hingga monitoring tahun 2007 (t1), 2009 (t2) dan 2010 (t3) menunjukkan bahwa umumnya persentase tutupan dari karang kategori bentik maupun substrat mengalami fluktuasi. Perubahan nilai yang cukup menonjol terjadi pada kategori Non-Acropora, karang mati yang sudah ditumbuhi alga (DCA), dan pasir (sand). Pergeseran nilai persentase tutupan tersebut pada masing-masing stasiun transek permanen dapat disebabkan oleh faktor alam seperti musim, penyakit atau adanya hempasan ombak yang cukup keras, yang dapat menggangu siklus/ritme kehidupan dari binatang karang, walaupun hanya secara temporal. Kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia adalah seperti penggalian karang untuk bahan bangunan, penggunaan bahan

10

peledak dan sianida dalam menangkap ikan, galangan perbaikan kapal (dok), penggunakan bahan kimia, perluasan pemukiman penduduk, ataupun perluasan lahan pertanian yang tidak ramah lingkungan, dapat menyebabkan tingginya sedimentasi pada perairan.

Hasil pengamatan karang, biota bentik lainnya serta kondisi substrat hasil monitoring tahun 2006 (t0), 2007 (t1), 2009 (t2) dan 2010 (t3), disajikan dalam bentuk histogram dalam Gambar 5, 6, 7 dan 8.

Gambar 5. Histogram persentase tutupan kategori karang hidup dan komponen lain hasil monitoring dengan metode LIT di Pulau Selayar dan Pulau Tanajampea, Kabupaten Selayar, 2006.

Gambar 6. Histogram persentase tutupan kategori karang hidup dan komponen lain hasil monitoring dengan metode LIT di Pulau Selayar dan Pulau Tanajampea, Kabupaten Selayar, 2007.

11

Gambar 7. Histogram persentase tutupan kategori karang hidup dan komponen lain hasil monitoring dengan metode LIT di perairan Pulau Selayar dan Pulau Tanajampea, Kabupaten Selayar, 2009.

Gambar 7. Histogram persentase tutupan kategori karang hidup dan komponen lain hasil monitoring dengan metode LIT di perairan Pulau Selayar dan Pulau Tanajampea, Kabupaten Selayar, 2010.

Dari 10 stasiun transek permanen yang diamati pada tahun 2010, hanya 6 stasiun yang mengalami peningkatan nilai persentase tutupan karang hidup (LC) secara menerus terutama pada pengamatan 2007 – 2010. Keenam stasiun tersebut adala SLYL04, SLYL11, SLYL28, SLYL37, SLYL40 dan SLYL47. Peningkatan nilai persentase ini disebabkan oleh meningkatnya persentase tutupan karang dari kelompok Acropora dan

Non-12

Acropora secara bersama-sama. Sedangkan 4 stasiun lainnya mengalami fluktuasi persentase tutupan selama pengamatan (SLYL08, SLYL14, SLYL22 dan SLYL41).

Bila dilihat berdasarkan nilai perentase tutupan rata-rata, maka peningkatan tutupan karang hidup (LC) terlihat dari kegiatan baseline tahun 2006 (t0) sampai monitoring 2010 (t3). Peningkatan ini diikuti dengan turunnya nilai persentase tutupan dari ketagori DCA dan FS. Hal yang sama juga terjadi pada kategori DC dan R serta komponen abiotik yang cenderung menurun. Gambar 9.

Tinggi rendahnya nilai persentase tutupan karang dari kelompok Acropora dan Non-Acropora yang tercatat pada masing-masing stasiun transek permanen sangat berperan besar dalam penilaian kondisi persentase tutupan karang hidup (LC) pada stasiun tersebut.

Gambar 9. Histogram persentase tutupan karang hidup, bentik lainnya dan

komponen abiotik hasil studi baseline (2006) dan monitoring (2007, 2009 dan 2010) dengan metode LIT di perairan P. Selayar dan Pulau Tanajampea, Kabupaten Selayar 2010.

Kondisi karang di lokasi-lokasi transek secara umum berada dalam kategori “jelek” sampai ”sedang” dengan rata-rata persentase 42,75%. Ada peningkatan 4,98% dari tahun 2009 (37,77%). Persentase tutupan karang yang paling rendah terdapat di stasiun SLYL08 sebesar 9,67% sedangkan tertinggi di stasiun SLYL47 (68,13%). Persentase tutupan karang hidup, biota bentik lainnya dan kondisi substrat pada masing-masing lokasi hasil LIT disajikan dalam Gambar 10 dan Gambar 11. Persentase tutupan karang hidup di lokasi pantai barat Pulau Selayar maupun di Pulau Tanajampea, Kabupaten Selayar disajikan dalam Gambar 12 dan Gambar 13. Secara rinci persentase tutupan karang, biota bentik dan kategori abiotik diuraikan pada setiap lokasi transek.

13

Gambar 10. Peta persentase tutupan karang hidup, biota bentik lainnya dan substrat hasil monitoring dengan metode LIT di pesisir barat Pulau Selayar, Kabupaten Selayar, 2010.

Stasiun SLYL 04

Pengamatan karang dilakukan di pantai barat Pulau Selayar tepatnya di Kampung Bone Lohe bagian utara. Dasar perairan berupa pasir putih dan pecahan karang mati yang banyak ditumbuhi oleh turf algae. Tutupan alga tercatat lebih tinggi persentasenya dibandingkan kategori bentik lainnya yaitu sebesar 41,67%.

Pada saat pengamatan, kondisi perairan sedikit berombak dengan jarak pandang sekitar 15 m. Karang tumbuh berupa spot-spot kecil yang didominasi oleh bentuk pertumbuhan massive dari jenis Porites lutea dan

14

Porites lobata, sedangkan karang dengan bentuk bercabang didominasi oleh jenis Porites cylindrica dan Porites nigrescens. Pada lokasi ini terlihat bekas penangkapan ikan dengan menggunakan bom dan penggunaan potas (sianida) yang sangat merusak karang.

Hasil LIT di lokasi ini diperoleh persentase tutupan karang hidup (LC) sebesar 39,87%, dimana kedua kelompok karang yang membentuk nilai LC hadir dengan nilai persentase yang relatif berimbang, yaitu kelompok Acropora 20,03% dan Non-Acropora 19,83%. Nilai persentase yang dicatat dalam pengamatan ini lebih ditinggi 2,80% dibandinggkan pengamatan 2009 (37,07%). Nilai ini menunjukkan bahwa kondisi karang dilokasi ini dikategorikan “sedang”.

Gambar 11. Peta persentase tutupan karang hidup, biota bentik lainnya dan substrat berdasarkan metode LIT di pesisir Pulau Tanajampea, Kabupaten Selayar, 2010.

Stasiun SLYL08

Dasar perairan terdiri dari pasir dan pecahan karang mati. Pada saat pengamatan terlihat sedimentasi pada kolom air sehingga jarak pandang hanya 10 m. Karang hidup didominasi oleh Porites lutea dan Goniastrea retiformis. Pada substrat keras mulai ditemukan karang-karang anakan.

Dari hasil LIT diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 9,67%, dimana jenis-jenis karang dari kelompok Non-Acropora memiliki nilai tutupan yang dominan, yaitu 7,50% dibandingkan karang jenis Acropora ditemukan hanya 2,17%. Nilai persentase tutupan pada pengamatan ini

15

mengalami penurunan sebesar 18,00% dibandingkan hasil pengamatan 2009 (27,67%). Persentase tutupan bentik lainnya didominasi oleh kategori DCA yang dicatat sebesar 72,63%, dan merupakan nilai tutupan tertinggi dari semua kategori yang ditemukan. Sedangkan dari kelompok abiotik hanya diwakili oleh kategori pasir (sand) yaitu 17,70%. Nilai persentase tutupan karang hidup yang tercatat pada stasiun ini masuk dalam kategori ”jelek”.

Stasiun SLYL11

Pengamatan dilakukan pada sisi barat pulau, tepatnya di wilayah Kampung Pale Buging, Kabupaten Selayar. Dasar perairan terdiri dari pecahan karang mati dan sedikit pasir. Rataan terumbu cukup landai dengan kemiringan 25o. Terlihat bongkahan karang mati banyak ditumbuhi alge. Pada substrat keras juga mulai ditemukan karang anakan yang baru tumbuh. Karang batu yang ditemukan berupa spot-spot. Bentuk pertumbuhan karang seperti bongkahan (massive) didominasi oleh Porites lutea, Favia sp. dan Goniastrea sp., sedangkan bentuk pertumbuhan bercabang didominasi oleh Acropora sp. dan Porites cylindrica, pertumbuhan mengerak (encrusting) didominasi oleh Montipora sp.

Hasil LIT diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 41,27%, lebih tinggi 5,17% dibandingkan hasil pengamatan 2009 (36,10%). Nilai tutupan karang dari kelompok Non-Acropora memiliki kontribusi yang tinggi (36,07%) dibandingkan kelompok Acropora (5.20%). Pada lokasi ini kelompok bentik hanya diwakili oleh kategori DCA yang dicatat sebesar 53,57%. Untuk kelompok abiotik, kategori sand dicatat 5,00% sedangkan pecahan karang (rubble) 0,17%. Kondisi karang yang dicatat masuk dalam kategori ”sedang”.

Stasiun SLYL 14

Lokasi transek permanen terletak di pantai barat Pulau Selayar. Dasar perairan terdiri dari pasir lumpuran dan karang mati. Kondisi perairan saat pengamatan cukup keruh, dengan jarak pandang 5 m. Pengamatan dilakukan pada kedalaman 4 m.

Karang yang ditemukan umumnya dengan bentuk pertumbuhan seperti bongkahan (massive) yang didominasi oleh jenis Porites sp. dan Goniopora sp. Sedangkan bentuk pertumbuhan bercabang didominasi jenis Acropora sp. dan Acropora cytherea.

Hasil LIT diperoleh persentase tutupan karang hidup dicatat sebesar 39,40%, mengalami penurunan sebesar 2,20% dari pengamganat 2009 (41,50%). Sama dengan stasiun sebelumnya kontribusi dari kelompok Non-Acropora juga dicatat lebih tinggi dibandingkan Non-Acropora, masing-masing 36,57% dan 2,73%. Tutupan kategori DCA dicatat sebesar 44,74% dan Sponge 8,23%. Kategori sand dari kelompok abiotik dicatat 7,73%. Dengan persentase tersebut, kondisi karang dikategorikan sedang. Dibandingkan dengan tahun lalu (41,50%) terjadi penurunan persentase sebesar 2,20%.

16

Stasiun SLYL 22

Pengamatan dilakukan di pantai barat daya Pulau Selayar bagian selatan. Rataan terumbu landai dan dasar perairan terdiri dari karang mati yang sudah ditumbuhi alga. Tutupan Turf alga tercatat lebih tinggi persentase tutupannya dibandingkan kategori bentik lainnya yaitu sebesar 59,63%.

Karang tumbuh berupa spot-spot yang didominasi oleh bentuk pertumbuhan seperti bongkahan (massive). Jenis Porites lutea dan Porites lobata terlihat dominan, diikuti jenis Montipora sp. Pada substrat keras terlihat karang anakan yang baru tumbuh (recruitment). Hal ini menunjukkan bahwa proses regenerasi terus berlangsung di lokasi ini meskipun secara ekologi sering terjadi kompetisi dengan biota lainnya.

Hasil LIT di lokasi ini diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 29,23%. Nilai ini menunjukkan bahwa kondisi karang dilokasi ini dikategorikan ”sedang”. Kontribusi tertinggi terhadap nilai tutupan karang hidup terdapat pada kelompok karang Non-Acropora yaitu 25,93% sedangkan kelompok Acropora (3,30%). Dalam pengamatan ini nilai tutupan karang hidup lebih rendah 6,17% dibandingkan hasil monitoring 2009 (35,40%). Kategori bentik lainnya seperti Soft Coral dicatat sebesar 9,40% sedangkan kategori sand 1,73%.

Stasiun SLYL 28

Pengamatan dilakukan di sebelah selatan Pulau Selayar. Kondisi perairan saat melakukan pengamatan (monitoring) memiliki gelombang dan arus yang cukup kuat. Dasar perairan terdiri dari karang mati yang sudah ditumbuhi Turf alga. Karang tumbuh berupa kelompok (patches) kecil.

Hasil transek dicatat tutupan karang hidup sebesar 47,60%, dimana kelompok Non-Acropora sangat dominan yaitu sebesar 46,70% dan kelompok Acropora hanya 0,90%. Keragamannya jenis yang ada pada stasiun ini tergolong rendah karena karang jenis Porites lutea dan Montipora sp. terlihat sangat mendominasi. Nilai tutupan karang mengalami kenaikan sebesar 4,63% dari pengamatan 2009 (42.97%). Jenis lain yang umum dijumpai yaitu Favites sp., Favia sp. dan Acropora sp. Pada substrat yang keras banyak ditemukan karang anakan (recruitment) yang mulai tumbuh. Komponen abiotik yang dicatat pada stasiun ini diwakili oleh kategori sand (5,17%) dan untuk kelompok bentik lain kategori DCA hadir dengan nilai tutupan yang tertinggi yaitu 42,47%, sedangkan Soft Coral, Sponge dan Fleshy Seaweed masing-masing 3,10%, 1,03% dan 0,63%. kondisi karang hidup di stasiun ini masuk dalam kategori” sedang”.

Stasiun SLYL 37

Pengamatan dilakukan di pantai barat Pulau Tanajampea. Rataan terumbu landai dan dasar perairan terdiri dari karang mati, pasir dan pasir lumpuran. Pada dasar perairan terdapat sedimen yang teraduk oleh arus dan gelombang sehingga jarak pandang hanya sekitar 8 m.

17

Karang tumbuh berupa spot-spot kecil yang mengelompok, seperti jenis Acropora dan Montipora sp. Meskipun perairan keruh namun diduga arus membersihkan polip karang sehingga dapat bertahan hidup. Pada lokasi ini ditemukan bekas bom, terlihat pada substrat membentuk kubangan. Selain itu penggunaan potasium untuk menangkap ikan masih sering terjadi.

Hasil LIT di lokasi ini diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 48,07% yang terdiri dari kelompok Non-Acropora 46,07% dan Acropora 2,00%. Nilai ini menunjukkan bahwa kondisi karang di stasiun ini dikategorikan ”sedang”. Persentase tutupan karang hidup yang dicatat lebih tinggi dari hasil monitoring 2009 (30,20%), atau terjadi peningkatan nilai tutupan sebesar 17,87%. Untuk kelompok bentik lain hanya diwakili oleh DCA (50,80%) dan Soft Coral (1,13%). Sedangkan kelompok abiotik tidak ditemukan dalam pengamatan ini.

Stasiun SLYL 40

Pengamatan dilakukan di sisi barat laut Pulau Tanajampea. Panjang rataan terumbu sekitar 500 m ke arah laut. Dasar perairan merupakan karang mati yang ditumbuhi oleh alga.

Karang batu yang dijumpai berupa kelompok (spot-spot) kecil. Umumnya pertumbuhan karang seperti bongkahan (massive) didominasi oleh jenis Porites sp., sedangkan bentuk bercabang didominasi oleh

Acropora palifera. Karang jenis Acropora tercatat sebesar 15,10%,

sedangkan kelompok Non-Acropora 47,10%. Karang Acropora yang ditemukan didominasi oleh jenis Acoprora palifera. Lokasi ini memiliki persentase tutupan karang hidup nomor dua tertinggi yaitu 62,20% bila dibandingkan dengan stasiun lain. Dari hasil transek di lokasi ini terlihat bahwa ada peningkatan persentase tutupan sebesar 14,90% bila dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 47,30%. Kategori karang mati yang ditumbuhi alga (DCA) dicatat sebesar 28,83% dan Soft Coral 1,53%. Untuk kelompok abiotik hanya diwakili oleh kategori pasir (sand) yaitu 7,43%

18

Gambar 12. Peta persentase tutupan karang hidup hasil monitoring dengan metode LIT di pesisir barat Pulau Selayar, Kabupaten Selayar, 2010.

19

Gambar 13. Peta persentase tutupan karang hidup hasil monitoring dengan metode LIT di pesisir Pulau Tanajampea, Kabupaten Selayar, 2010.

Stasiun SLYL 41

Lokasi pengamatan berada di tanjung di sebelah utara Pulau Tanajampea. Substrat tersusun oleh pasir lumpuran dan karang mati. Pada saat pengamatan, arus dan gelombang mengaduk perairan sehingga kecerahan hanya sekitar 5 m. Pada bagian karang terlihat ditutupi oleh sedimen namun karang tersebut masih tetap hidup.

Bentuk pertumbuhan karang seperti bongkahan (massive) didominasi oleh Porites sp., Goniopora dan Goniastrea. Koloni karang jenis Goniopora terlihat dengan ukuran yang cukup besar dan diameter sekitar 2 m, hal ini menandakan bahwa meskipun sedimen cukup tinggi namun jenis ini dapat bertahan. Bentuk pertumbuhan seperti lembaran (foliosa) juga tercatat yang didominasi oleh jenis Pachyseris speciosa. Jenis Acropora juga masih ditemukan di lokasi ini.

Hasil LIT di lokasi ini diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 42,13%. Nilai ini menunjukkan bahwa kondisi karang di lokasi ini dikategorikan “sedang”. Dibandingkan dengan tahun lalu (37,07%) terjadi peningkatan sebesar 5,06%. Kategori Soft Coral yang dicatat dalam pengamatan ini adalah yang tertinggi dibandingkan stasiun lainnya, yaitu sebesar 11,53%, begitu pula dengan kategori biota lain (OT) yang dicatat 1,67%.

20

Stasiun SLYL 47

Lokasi pengamatan berada di sebelah tenggara Pulau Tanajampea. Pantai berpasir putih dengan vegetasi pantai ditumbuhi oleh pohon kelapa. Rataan terumbu cukup lebar yaitu sekitar 1 km ke arah laut, pada saat surut terlihat rampart yang muncul ke permukaan. Dasar perairan terdiri dari pecahan karang mati dan sedikit pasir.

Karang batu yang ditemukan berupa spot-spot. Bentuk pertumbuhan karang seperti bongkahan (massive) didominasi oleh Porites lutea dan Porites lobata. Bentuk pertumbuhan bercabang didominasi oleh jenis Porites nigrescens dan Acropora sp. Pertumbuhan karang lunak juga terlihat cukup tinggi yaitu sebesar 11,30%. Jenis Sarcophyton sp. dan Sinularia terlihat mendominasi dasar perairan. Tutupan kategori DCA dicatat sebesar 13,93% sedangkan biota lain (OT) 0,73%.

Hasil transek diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 68,13% dimana kelompok Non-Acropora memiliki nilai tutupan tertinggi (54,87%) dibandingkan kelompok Acropora (13,27%). Persentase tutupan karang hidup yang dicatat dalam pengamatan ini lebih tinggi 25,73% dari hasil monitoring 2009 (42,40%). Dari nilai persentase tutupan yang didapat menunjukkan bahwa kondisi karang hidup di stasiun ini masuk dalam kategori “baik”.

Dalam dokumen Sampul Depan. Desain Cover : Siti Balkis (Halaman 22-33)

Dokumen terkait