• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Pengamatan Profil Pigmen dalam Kultur Suspensi Sel Katuk

Dalam dokumen Produksi Pigmen Hijau LPPM report (Halaman 31-45)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Hasil Pengamatan Profil Pigmen dalam Kultur Suspensi Sel Katuk

Hasil ektraksi daun dan massa kultur suspensi katuk yang telah dipekatkan hingga ± 10 ml kemudian dianalisis dengan spektrofotometer. Analisis diawali dengan scanning panjang gelombang (λ) maksimal dari pigmen hijau, yaitu pada

rentang 550-750 nm. Masing-masing ekstrak dianalisis panjang gelombang dan absorbansinya minimal 3x replikasi. Profil pigmen hijau daun dan massa kultur suspensi sel katuk dapat dilihat pada gambar 4.7.

, , , , , , , , eksponensial linier stasioner

Hasil analisis ekstrak pigmen pada daun dan massa kultur suspensi katuk dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 550-750 nm dalam gambar 4.7 menunjukkan kemiripan. Daun katuk memiliki pigmen X terletak pada panjang gelombang antara 613,5-615,6 nm dan pigmen Y yang terletak pada

Gambar 4.7 Perbandingan profil pigmen hijau daun dan massa kultur suspensi sel katuk

Daun S3 S6 S1 S4 Keterangan:

S1 : Suspensi panen hari ke-1 S3 : Suspensi panen hari ke-3 S4 : Suspensi panen hari ke-4 S6 : Suspensi panen hari ke-6

Pigmen X : Pigmen hijau pada λ antara 602,8 –615,6 nm Pigmen Y : Pigmen hijau pada λantara 662,5–664,7 nm

Pigmen X

panjang gelombang 664,7 nm. Massa kultur suspensi katuk memiliki pigmen X yang terletak pada panjang gelombang antara 602,8-607,1 nm dan pigmen Y yang terletak pada panjang gelombang antara 662,5-664,7 nm. Panjang gelombang maksimum klorofil A menurut Hosikian et al. (2010) terletak pada panjang gelombang antara 660-665 nm dan klorofil B terletak pada panjang gelombang antara 642–652 nm sehingga pigmen X sama dengan pigmen B pada penelitian Andrew (2014) dan diduga merupakan klorofil B, sedangkan pigmen Y sama dengan pigmen A pada penelitian Andrew (2014) dan diduga merupakan merupakan klorofil A. Pigmen X dan Y yang diperoleh menunjukkan bahwa pigmen hijau tidak terdegradasi karena metode pemekatan yang digunakan sudah tepat. Panjang gelombang dan absorbansi masing-masing ekstrak daun dan massa kultur suspensi katuk dapat dilihat pada tabel 4.6.

Hasil absorbansi massa kultur suspensi pasasi ke-5 yang dipanen pada hari ke-3 dan ditimbang sebanyak 0,5094 gram, memberikan absorbansi 0,0873668 untuk pigmen Y atau

Nama Pigmen X Y λ max (nm) Absorbansi λ max (nm) Absorbansi Daun (n = 3) 613,467 0,1744640 664,667 0,6427200 615,600 0,1791270 664,667 0,6471480 615,600 0,1783230 664,667 0,6453160 Rata-rata ± SD 614,889 ± 1,2300 0,1773047 ± 2,4927 x 10 -4 664,667± 0,0000 0,6450613 ± 2,22496 x 10 -3 KV 0,20% 1,41% 0,00% 0,34% S1 (n = 3) 604,933 0,0261498 664,667 0,0589892 604,933 0,0260245 664,667 0,0588123 604,933 0,0254927 664,667 0,0581194 Rata-rata ± SD 604,933 ± 0,0000 0,0258890 ± 3,4888 x 10 -4 664,667± 0,0000 0,0586403 ± 4,5970 x 10 -4 KV 0,00% 1,35% 0,00% 0,78% S3 (n = 3) 604,933 0,0305158 664,667 0,0873841 607,067 0,0301282 664,667 0,0870277 607,067 0,0303200 664,667 0,0876885 Rata-rata ± SD 606,356 ± 0,0900 0,0303213 ± 1,9380 x 10 -4 664,667± 0,0000 0,0873668 ± 3,3074 x10 -4 KV 0,24% 0,64% 0,00% 0,38% S4 (n = 3) 604,933 0,0219175 664,667 0,0554559 604,933 0,0225469 664,667 0,0558958 604,933 0,0223928 662,533 0,0570085 Rata-rata ± SD 604,933 ± 0,0000 0,0222857 ± 3,2808 x 10 -4 663,956 ± 1,2300 0,0561200 ± 8,0023 x 10 -4 KV 0,00% 1,47% 0,19% 1,43% S6 (n = 3) 604,933 0,0354896 664,667 0,0684165 604,933 0,0358277 662,533 0,0685632 602,800 0,0364387 662,533 0,0691790 Rata-rata ± SD 604,222 ± 1,2300 0,0359187 ± 4,8104 x 10 -4 663,244 ± 1,2300 0,0687196 ± 4,0459 x 10 -4 KV 0,20% 1,34% 0,19% 0,59% Keterangan:

S1 : Suspensi panen hari ke-1 S3 : Suspensi panen hari ke-3 S4 : Suspensi panen hari ke-4 S6 : Suspensi panen hari ke-6 SD : Standar deviasi KV : Koefisien variasi

menganalisis kalus katuk dengan jumlah penimbangan yang sama yaitu ± 500 mg, diperoleh hasil absorbansi pigmen A sebesar 0,0505 dan absorbansi pigmen B sebesar 0,017.

Analisis ekstrak daun katuk yang dilihat pada sinar tampak memberikan hasil dua noda yaitu hijau kebiruan dan hijau kekuningan yang diperkirakan sebagai pigmen hijau. Hasil eluasi ekstrak daun dan massa kultur suspensi katuk dapat dilihat pada gambar 4.8.

Hasil eluasi ekstrak pigmen hijau daun katuk dengan metode KLT yang dilihat pada sinar tampak memberikan dua noda, berwarna hijau kebiruan dan hijau kekuningan. Noda berwarna hijau kebiruan atau pigmen Y diduga merupakan klorofil A dengan harga Rf = 0,425 dan noda berwarna hijau kekuningan atau pigmen X diduga merupakan klorofil B

(a) (b) (c) (d) (e) Pigmen Y

Pigmen X

Gambar 4.8 Hasil eluasi ekstrak (a) daun katuk (Rf Y = 0,425, Rf X = 0,363), (b) S1(c) S3(d) S4(e) S6yang dilihat dengan sinar tampak

karena klorofil A bersifat non polar sehingga akan ikut tertarik bersama dengan fase gerak yang juga bersifat non polar sedangkan klorofil B bersifat lebih polar sehingga akan tertahan pada silika gel yang bersifat polar (Prasetyoet al.,2012).

Analisis ekstrak daun katuk yang dilihat menggunakan sinar UV 254 nm memberikan hasil dua noda. Hasil eluasi ekstrak daun dan massa kultur suspensi yang dilihat dengan menggunakan sinar UV 254 nm dapat dilihat pada gambar 4.9.

Analisis ekstrak daun katuk, S1 dan S6 yang dilihat menggunakan sinar UV 366 nm memberikan hasil dua noda, sedangkan S3 dan S4hanya memberikan satu noda yang dapat dilihat pada gambar 4.10.

Gambar 4.9 Hasil eluasi ekstrak daun dan kultur suspensi dilihat dengan menggunakan sinar UV 254 nm, (a) daun katuk (Rf Y = 0,425, Rf X = 0,363) (b) S1(c) S3(d) S4(e) S6

(a) (b) (c)(d) (e) Pigmen Y

Pigmen X

Gambar 4.10 Hasil eluasi ekstrak daun dan kultur suspensi dilihat dengan menggunakan sinar UV 366 nm, (a) daun (Rf Y = 0,425, Rf X = 0,363); (b) S1(Rf Y = 0,388, Rf X = 0,350); (c) S3(Rf X = 0,313); (d) S4 (Rf X = 0,350); (e) S6(Rf Y = 0,375, Rf X = 0,338)

Pigmen Y Pigmen X

sinar UV 366 nm memberikan hasil antara lain suspensi panen hari ke-1 (S1) dengan harga Rf X = 0,350; Rf Y = 0,388; suspensi panen hari ke-3 (S3) dengan harga Rf X = 0,313; suspensi panen hari ke-4 (S4) dengan harga Rf X = 0,350; suspensi panen hari ke-6 (S6) dengan harga Rf X = 0,338 dan Rf Y = 0,375. Berdasarkan Quereshi et al. (2011) yang melakukan KLT terhadap Oleum americanum, klorofil A memberikan harga Rf sebesar 0,40 dan klorofil B dengan harga Rf sebesar 0,38 sehingga pigmen X diperkirakan adalah klorofil B dan pigmen Y diperkirakan adalah klorofil A.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kultur suspensi sel katuk (Sauropus androgynus) yang diinduksi dalam medium Murashige and Skoog (MS) cair yang

disuplementasi dengan asam α-naftalen asetat (NAA) 1 ppm dan 6-benzil adenine (BA) 0,5 ppm, merupakan kultur suspensi sel yang berwarna hijau dengan profil pertumbuhan yang baik berdasarkan harga Indeks Pertumbuhan (IP) dan %Packed Cell Volume(PCV).

Profil spektrum pigmen hijau dalam massa kultur suspensi sel katuk menunjukkan

λmax pigmen X terletak pada 602,8-607,1 nm dan λmax pigmen Y terletak pada 662,5 -664,7 nm. Profil kromatogram pigmen hijau dalam massa kultur suspensi sel katuk yang dipanen pada hari ke-1 (S1) dan panen hari ke-6 (S6) yang dilihat di bawah sinar UV 366 nm memberikan dua noda, dengan harga Rf X = 0,350 dan harga Rf Y= 0,388 untuk S1 sedangkan harga Rf X = 0,338 dan harga Rf Y = 0,375 untuk S6. Massa kultur suspensi panen hari ke-3 (S3) dan ke-4 (S4) hanya memberikan satu noda dengan harga Rf X S3 = 0,313; Rf X S4= 0,350.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut perlu dilakukan peningkatan produksi pigmen hijau dalam kultur suspensi sel katuk serta perlu dilakukan optimasi metode kultur suspensi sel agar pigmen hijau dapat disekresikan dalam medium.

Agil, M., 2000. Isolation the Lactagogue Compound from Sauropus androgynus (L.) Merr. Leaves, Dissertation, Postgraduate Program, Airlangga University, Surabaya.

Andarwulan, N., Batari, R., Sandrasari, D.A., Bolling, B., Wijaya, H., 2010. Flavonoid Content and Antioxidant Activity of Vegetables from Indonesia. Food Chemistry 121, 1231-1235.

Andrew, 2014. Profil Pigmen Hijau Pada Daun dan Kalus Katuk (Sauropus androgynus)

dalam Medium yang Disuplementasi dengan Asam α-Naftalen Asetat dan 6- Benzil Adenin. Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya.

Aobchey, P., Sriyam, S., Praharnripoorab, W., Lhieochaiphant, S., Phutrakul, S., 2002. Production of Red Pigment from the Root of Morinda angustifolia Roxb. Var. Scabridula Craib. By Root Cell Culture, CMU Journal, Vol.1(1): 66-78.

Azis, S., Muktiningsih, S.R. 2006 Studi Manfaat Daun Katuk (Sauropus androgynus), Cermin Dunia Kedokteran, No. 151, 48-50

Benjapak, N., Swatsitang, P., Tanpanich, S., 2008. Determination of Antioxidant Capacity and Nutritive Values of Pak-Wanban (Sauropus androgynus L. Merr.). Khon Kaen University Science Journal 36, 279-289.

Bermawie, N., 2004. Inventory, Documentation and Status of Medicinal Plants Research in Indonesia. In: Batugal, P.A., Kanniah, J., Lee, S.Y., Oliver, J.T. (eds). Medicinal Plants Research in Asia, Volume I. International Plant Genetic Resource Institute-Regional Office for Asia, the Pacific and Oceania (IPGRI-APO), Serdang, Malaysia. Brown TA, 2010, Gene Cloning and DNA Analysis: An Introduction, 6th edition, Blackwell Publishing Ltd, Oxford, United Kingdom, Capter 4,3,10,11, hal. 37,70,181,228-236 Chengaiah, B., Rao, K.M., Kumar, K.M., Alagusundaram, M., Chetty, C.M. 2010. Medicinal

Importance of Natural Dyes – A Review, International Journal of PharmTech Research CODEN (USA), Vol. 2, No. 1, 144-154.

Ching, L.S., Mohamed, S. 2001. Alpha-Tocopherol Content in 62 Edible Tropical Plants, J.Agric. Food Chem, Vol. 49, 3101-3105.

Depkes RI, 2001, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 2, Jakarta.

Gothandam, K.M., Aishwarya, R., Karthikeyan, S., 2010. Preliminary Screening of Antimicrobial Properties of Few Medicinal Plants. Journal of Phytology 2, 1-6. Gupta, K., Garg, S., Singh, J., Kumar, M., 2013. Enhanced Production of Napthoquinone

metabolite (shikonin) from cell suspension cultures of Arnebia sp. And it up-scaling through bioreactor, 3 Biotech.

Hardjanti, S., 2008. Potensi Daun Katuk sebagai Sumber Zat Pewarna Alami dan Stabilitasnya selama Pengeringan Bubuk dengan Menggunakan Binder Maltodekstrin, Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 13, No.1, 1-18.

Hasanah, M. 2005. Penelaahan terhadap Plasma Nutfah Khusus Tanaman Obat, Komisi Nasional Sumber Daya Genetik, Republik Indonesia, [Online]. Tersedia :

http://indoplasma.or.id/artikel/artikel_2005_penelaahan_pn_ khusus.htm. [22

Agustus 2011].

Herudiyanto, M., 2009. Pengaruh Cara Blansing Pada Beberapa Bagian Tanaman Katuk (Sauropus androgynus L. Merr) Terhadap Warna Dan Beberapa Karakteristik Lain Tepung Katuk. Unpad. Skripsi.

Hosikian A, Lim S, Halim R, et al, 2010, Chlorophyll Extraction from Microalgae: A Review on the Process Engineering Aspects,International Journal of Chemical Engineering Materia Medika Indonesia V, 1980. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Norhayati, Y., Nor’Aini, M.F., Misri, K., Marziah, M., Azman, J., 2011. α-tocopherol, Ascorbic Acid, and Carotenoid Content inCentella asiaticaLeaf Tissues and Callus Cultures, Pertanika J. Trop. Agric. Sci., 34 (2): 331-339.

Paul, M., Anto, K.B. 2011. Antibacterial Activity of Sauropus androgynus (L.) Merr., International Journal of Plant Sciences, Vol. 6, Issue 1, 189-192

Prasetyo Susiana, Sunjaya Henny, Yanuar Yohanes, 2012, Pengaruh Rasio Massa Daun Suji / Pelarut, Temperatur dan Jenis Pelarut pada Ekstraksi Klorofil Daun Suji secara Batch Dengan Pengontakan Dispersi, Universitas Praahayangan

Quereshi Sadaf, Purwar Pankhuri, Singh Rupal, Khan Noor A, Mani Abin, Patel Jaswant, 2011, Studies on Essential Oils and DNA Extraction from Ocimum species, Jurnal of Phytology,3(8):23-27

Radfar, M., Sudarshana, M.S., Niranjan, M.H., 2012. Betalains from Stem Callus Cultures of Zaleya decandra, Journal of Medicinal Plants Research, Vol. 6(12): 2443-2447. Rahmat, A., Kumar, V., Fong, L.M., Endrini, S., Sani, H.A., 2003. Determination of Total

Antioxidant Activity in Three Types of Local Vegetable Shoots and The Cytotoxic Effect of Their Ethanolic Extracts against Different Cancer Cell Lines. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition 12, 292–295.

Rukmana HR, Harahap IM, 2011,Katuk Potensi dan Manfaatnya, Kanisius, Yogyakarta Settler M, Jaccard N, Hacker D et al., 2006, New Disposable Tube for Rapid and Precise

Biomass Assessment for Suspension Culture of Mammalian Cell, Wiley InterScience: Biotechnology and Bioengineering95(6):1228-1233

Solis-Ramos YL, Carballo M L, Valdez-Malera M, 2013, Establishment of Cell Suspension Cultures of Two Costa Rican Jatropha Species Euphorbiaceae, Rev. Biol. Trop. 61

(3): 1095-1107

Sripanidkulchai, B., Homhual, S., Poeknapo, C., 2005. Analysis of Antioxidant Vitamins in 30 Thai Vegetables by High-Performance Liquid Chromatographic Method. Isan Journal of Pharmaceutical Sciences 1, 58-69.

Sudiarto, Maslahah, N., Sukmajaya, D. 2002. Pengaruh Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.), Jurnal Littri, Vol. 8, No.3, 77-78

Universitas Surabaya, 2011. Rencana Induk Penelitian 2012-2016.

Wigati, B.A., 2013. Inisiasi dan Karakterisasi Molekuler Kalus Sauropus androgynus (L.)

Merr. dalam Medium yang Disuplementasi Asam α-Naftalen Asetat dan 6-Benzil Adenin, Skripsi, Surabaya, Fakultas Farmasi Universitas Surabaya

Yang, R.Y., Lin, S., Kuo, G., 2008. Content and Distribution of Flavonoids among 91 Edible Plant Species. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition 17, 275-279.

Yu, S.F., Shun, C.T., Chen, T.M., Chen, Y.H. 2006. 3-O-β-D-Glucosyl-(1→6)-β-D-glucosyl kaempferol Isolated from Sauropus androgynus Reduces Body Weight Gain in Wistar Rats. Biological and Pharmaceutical Bulletin 29, 2510-2513.

Yunita, O., Widjaja, I., Syahrani, A., Indrayanto, G., 2003. Optimizing the Formation of p-aminobenzoic acid-7-O-β-D-glucopyranosyl ester from p-aminobenzoic acid in Cell Suspension Cultures of Solanum mammosum, Bulletin of The Indonesian Society of Natural Products Chemistry, Vol. 3., 1:20-23

Yunita, O., 2011. Karakterisasi Profil Metabolit dan Uji Toksisitas In Vitro Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus), sebagai Upaya Pengujian Keamanan Suplemen Herbal, Disertasi, Surabaya, Program Pascasarjana Universitas Airlangga

Yunita, O., Sulisetiorini, 2013. DNA Fingerprinting on ITS Region of Sauropus androgynus DNA from East Java, by Random Amplified Polymorphic DNA Method, Malang,

Yunita, O., Wigati, B.A., Puspitasari, M.D., Meliyani. 2013. Induction Of Green Pigmented Callus Tissue From Sauropus androgynus, 2nd Natural Pigment Conference for South-East Asia, Ma Chung University, Indonesia, July 12-13, 2013

Laminair Air Flow(LAF) Shaker

Timbangan Analitik Termohigrometer

Oven listrik Lemari Pendingin -80oC Sentrifus dingin Ultrasonik Microwave Waterbath

Spektrofotometer Lampu UV

Mesin PCR Tangki elektroforesis

BioDocAnalysze Biometra

NO. Nama Program Studi/Laboratorium

Bidang ilmu Alokasi waktu (jam/minggu) Uraian tugas 1. Ketua Peneliti Fakultas Farmasi / Laboratorium Biologi Farmasi Bioteknologi Farmasi 20 Merancang skema kerja penelitian Melakukan penelitian Memonitor dan mengevaluasi hasil penelitian 2. Laboran 1 Fakultas Teknobiologi

/ Laboratorium Kultur Jaringan Kultur Jaringan 10 Membantu proses kultivasi

3. Laboran 2 Fakultas Teknobiologi / Laboratorium Biomolekuler Biologi Molekuler 10 Membantu proses analisis PCR dan elektroforesis

Dalam dokumen Produksi Pigmen Hijau LPPM report (Halaman 31-45)

Dokumen terkait