• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Pengujian Aktivitas Anti-Aging terhadap Sukarelawan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5.3 Hasil Pengujian Aktivitas Anti-Aging terhadap Sukarelawan

Pengukuran efektivitas anti-aging dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat skin analyzer Aramo. Pengukuran efektivitas anti-aging dilakukan dengan mengukur kondisi kulit sukarelawan selama empat minggu yang meliputi kadar air (moisture), jumlah pori (pore), banyak noda (spot) dan jumlah kerutan (wrinkle). Hal ini bertujuan agar bisa melihat seberapa besar pengaruh masker bioselulosa yang mengandung essence lidah buaya dikombinasi dengan vitamin E yang digunakan

67

dalam perawatan kulit yang mengalami penuaan dini, dilihat dari persen pemulihan.

Data yang diperoleh pada setiap parameter anti-aging akan dianalaisis dengan menggunakan program statistik dengan metode Kruskal Wallis Test lalu dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney Test dilakukan untuk melihat formula mana yang memiliki perbedaan signifikan terhadap sukarelawan. Pengujian Mann-Whitney Test dilakukan untuk melihat efek sama atau berbeda dan efek yang terkecil sampai tebesar dari formula.

4.5.3.1 Kelembaban

Kelembaban (moisture) diukur pada bagian wajah sukarelawan dan diukur menggunakan skin analyzer Aramo. Data hasil pengukuran kelembaban (moisture) pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.14 dan Lampiran 11.

Tabel 4.14 Pengaruh sediaan masker bioselulosa terhadap kelembaban sukarelawan Formula Kondisi

Dry/Low < 36, Dry/Normal 37-39, Normal/Normal > 39-54, Hidrasi > 55

F0 : Masker bioselulosa dengan essence tanpa vitamin E dan sari lidah buaya (blanko) F1 : Masker bioselulosa dengan essence vitamin E 1%

F3 : Masker bioselulosa dengan essence lidah buaya 5%

F6 : Masker bioselulosa dengan essnce lidah buaya 5% dan vitamin E 1%

68

Data pada Tabel 4.14 menunjukkan selama empat minggu perawatan, kelembaban pada kulit sukarelawan mengalami peningkatan terutama dari F6 dengan rata-rata persen peningkatan kelembaban 59,58%. Formula blanko mengalami peningkatan sebesar 39,80%. Data dianalisis dengan Kruskal Wallis Test untuk mengetahui efektivitas formula terhadap kadar air sukarelawan dan diperoleh nilai p <

0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan antar formula. Data selanjutnya diuji menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda.

Dari hasil uji dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara F0 dengan F1, F3 dan F6 dan juga terdapat perbedaan yang signifikan antara F1 dengan F6 dan F3 dengan F6 (nilai p < 0,05).

Rendahnya temperatur dan kelembapan bukanlah satu-satunya faktor yang mengakibatkan kulit kering. Kondisi ini juga dapat terjadi setelah paparan sinar matahari yang berlebihan atau setelah penggunaan sabun dan surfaktan yang berlebih (Leyden dan Anthony, 2002).

Lidah buaya mengandung mukopolisakarida yang membatu mengikat kelembapan ke dalam kulit. Lidah buaya merangsang fibroblast yang menghasilkan serat kolagen dan elastin yang memiliki efek kohesif dalam pengelupasan sel epidermis sehingga dapat melembutkan kulit. Asam amino yang terkandung dalam lidah buaya juga dapat melembabkan sel-sel kulit yang mengering (Surjuse, dkk, 2008) Lendir lidah buaya mengandung senyawa glucomannan, yang merupakan rantai panjang dari glukosa dan mannosa. Glucomannan merupakan substansi yang mirip dengan asam hialuronat yang khas pada lidah buaya. Ketika glucomannan kontak dengan kulit, maka glucomannan akan terpolimerisasi dan membentuk film semi-permiabel yang berikatan kuat dengan air melalui ikatan hidrogen sehingga

69

menghasilkan efek hidrasi dan mencegah kehilangan air dari kulit (Basetti dan Sala, 2005).

4.5.3.2 Pori

Pori (pore) diukur pada bagian wajah sukarelawan dan diukur menggunakan skin analyzer Aramo. Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.15 dan Lampiran 11.

Tabel 4.15 Pengaruh sediaan masker bioselulosa terhadap pori sukarelawan Formula Kondisi

**Perawatan intensif, ***Membutuhkan perawatan (>40), ****Baik (20-40),

*****Baik(<20)

F0 : Masker bioselulosa dengan essence tanpa vitamin E dan sari lidah buaya (blanko) F1 : Masker bioselulosa dengan essence vitamin E 1%

70

F3 : Masker bioselulosa dengan essence lidah buaya 5%

F6 : Masker bioselulosa dengan essnce lidah buaya 5% dan vitamin E 1%

Data pada Tabel 4.15 menunjukkan selama empat minggu perawatan, ukuran pori pada kulit sukarelawan mengalami pengurangan terutama dari F6 dengan rata-rata persen pengecilan pori 60,86%. Formula blanko mengalami pengurangan sebesar 37,50%. Data kemudian dianalisis dengan Kruskal Wallis Test untuk mengetahui efektivitas formula terhadap kadar air sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan antar formula. Data selanjutnya diuji menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda. Dari hasil uji dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara F0 dengan F1, F3 dan F6 dan juga terdapat perbedaan yang signifikan antara F1 dengan F3 dan F6 (nilai p < 0,05).

Pori-pori dapat membesar apabila terkena sinar matahari yang terlalu terik, peningkatan suhu menyebabkan pembukaan pori-pori pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013). Sebum yang berlebihan dan kulit mati dapat menyumbat pori. Jika pori-pori tersumbat, maka dapat muncul berbagai masalah pada kulit seperti jerawat dan komedo (Rohrig, 2011).

Seng yang terkadung dalam lidah buaya dapat mengecilkan pori-pori yang terdapat pada kulit wajah. Seng dapat menghambat produksi sebum dan menghambat diferensiasi sel yang terlalu berlebihan, dikarenakan seng dapat menghambat corticotrophin releasing hormone (CRH) yang banyak dihasilkan ketika stres (Surjushe, dkk., 2008).

71 4.5.3.3 Noda

Noda (spot) diukur pada bagian wajah sukarelawan dan diukur menggunakan skin analyzer Aramo. Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.16 dan Lampiran 11.

Tabel 4.16 Pengaruh sediaan masker bioselulosa terhadap noda sukarelawan Formula Kondisi

**Perawatan intensif, ***Membutuhkan perawatan (41), ****Baik (18-40),

*****Baik (<18)

F0 : Masker bioselulosa dengan essence tanpa vitamin E dan sari lidah buaya (blanko) F1 : Masker bioselulosa dengan essence vitamin E 1%

F3 : Masker bioselulosa dengan essence lidah buaya 5%

F6 : Masker bioselulosa dengan essnce lidah buaya 5% dan vitamin E 1%

72

Data pada Tabel 4.16 menunjukkan selama empat minggu perawatan, jumlah noda pada kulit sukarelawan mengalami pengurangan terutama dari F6 dengan rata-rata persen pengurangan noda 63,36%. Formula blanko mengalami pengurangan sebesar 27,71%. Data dianalisis dengan Kruskal Wallis Test untuk mengetahui efektivitas formula terhadap kadar air sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan antar formula. Data selanjutnya diuji menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda. Dari hasil uji dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara F0 dengan F1, F3 dan F6 dan juga terdapat perbedaan yang signifikan antara F1 dengan F6 dan F3 dengan F6 (nilai p < 0,05).

Hiperpigmentasi adalah kondisi dimana melanin disintesis secara berlebihan.

Hal ini terjadi karena banyaknya paparan sinar matahari (sinar UV) sehingga sel melanosit menginisiasi sintesis melanin. Meningkatnya sintesis melanin mengakibatkan terjadinya noda gelap pada kulit. Lidah buaya mempunyai properti dalam mengurangi pigmentasi dan noda gelap pada kulit. Pada lidah buaya terdapat banyak substansi yang bersifat sebagai antioksidan, seperti vitamin C dan E, mineral seperti tembaga dan selenium yang dapat menghambat oksidasi pada proses pembentukan melanin, dimana asam amino prolin akan dioksidasi menjadi L-DOPA (Qadir, 2009).

4.5.3.4 Keriput

Keriput (wrinkle) diukur pada bagian wajah sukarelawan dan diukur menggunakan skin analyzer Aramo. Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.17 dan Lampiran 11.

73

Tabel 4.17 Pengaruh sediaan masker bioselulosa terhadap keriput sukarelawan Formula Kondisi

**Perawatan intensif (>40), ***Membutuhkan perawatan (26-40), ****Baik (11-25),

*****Baik(<10)

F0 : Masker bioselulosa dengan essence tanpa vitamin E dan sari lidah buaya (blanko) F1 : Masker bioselulosa dengan essence vitamin E 1%

F3 : Masker bioselulosa dengan essence lidah buaya 5%

F6 : Masker bioselulosa dengan essnce lidah buaya 5% dan vitamin E 1%

Data pada Tabel 4.17 menunjukkan selama empat minggu perawatan, kedalaman keriput pada kulit sukarelawan mengalami peningkatan terutama dari F6 dengan rata-rata persen pengurangan keriput 61,81%. Formula blanko mengalami pengurangan sebesar 16,15%. Data dianalisis dengan Kruskal Wallis Test untuk mengetahui efektivitas formula terhadap kadar air sukarelawan dan diperoleh nilai p <

74

0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan antar formula. Data selanjutnya diuji menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda.

Dari hasil uji dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara F0 dengan F1, F3 dan F6 dan juga terdapat perbedaan yang signifikan antara F1 dengan F6 dan F3 dengan F6 (nilai p < 0,05).

Kulit merupakan organ tubuh yang secara langsung terpapar sinar UV dari matahari. Sinar UV dapat menyebabkan penurunan sintesis kolagen. Kolagen merupakan penyusun lapisan dermis juga berperan dalam proses regenerasi kulit.

Seiring bertambahnya usia, kolagen kulit mulai pecah dan kaku sehingga kulit kehilangan elastisitasnya. Akibatnya, kulit tampak berkerut dan mengendur (Noormindhawati, 2013).

Acemannan yang terdapat dalam lidah buaya juga dapat mempercepat fase re-epitelisasi yang merupakan proses regenerasi jaringan epidemal, dengan cara menstimulasi makrofag dan meningkatkan produksi fibroblast dan kolagen. Prolin merupakan asam amino non-esensial yang juga terkandung dalam lidah buaya merupakan konstituen dari kolagen (Basetti dan Sala, 2005).

Lidah buaya merangsang fibroblast yang menghasilkan serat kolagen dan elastin yang membuat kulit lebih elastis dan tidak berkerut. Efek pelembabnya juga telah dipelajari dalam perawatan kulit kering yang terkait dengan paparan sinar matahari di mana sari lidah buaya dapat meningkatkan integritas kulit dan mengurangi munculnya kerutan halus (Surjuse, dkk, 2008).

75 BAB V

Dokumen terkait