BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
TOTAL SEC SEC 2012 SEC 2013 SEC 2014
4.4 Pengujian Hipotesis
4.4.4 Hasil Pengujian Korelasi Parsial
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data regresi logistik (logistic regression) dan analisis korelasi parsial untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel independen terhadap variable devenden (manajemen laba).
TABEL 4.16 Correlations
Control Variables
perencanaan pajak
beban pajak tangguhan
manajemen laba
-none-a perencanaan pajak Correlation 1.000 -.246 .035
Significance
(2-tailed) . .005 .691
Df 0 127 127
beban pajak Correlation -.246 1.000 -.015
tangguhan Significance
(2-tailed) .005 . .866
Df 127 0 127
manajemen laba Correlation .035 -.015 1.000
Significance
(2-tailed) .691 .866 .
Df 127 127 0
manajemen laba perencanaan pajak Correlation 1.000 -.245 Significance
(2-tailed) . .005
Df 0 126
beban pajak tangguhan
Correlation -.245 1.000
Significance
(2-tailed) .005 .
Df 126 0
a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
Sumber : SPSS (diolah)
Dari hasil korelasi parsial dapat dilihat bahwa perencanaan pajak (X1) memiliki nilai 0,035 dengan nilai signifikansi sebesar 0,691 yang dapat dikategorikan bahwa korelasi perencanaan pajak (X1) dengan manajemen laba (Y) memiliki hubungan positif yang lemah. Sedangkan beban pajak tangguhan (X2) memiliki nilai -0,15 dengan nilai signifikansi sebesar 0,866 yang dapat dikategorikan bahwa korelasi beban pajak tangguhan (X2) dengan manajemen laba (Y) memiliki hubungan negatif yang lemah.
TABEL 4.17
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Step 1a
PP ,135 ,291 ,216 1 ,642 1,145
BPT 10,753 10,137 1,125 1 ,289 46791,322
Constant -,061 ,289 ,045 1 ,832 ,941
a. Variable(s) entered on step 1: PP, BPT.
Sumber : SPSS (diolah)
Dari tabel uji korelasi parsial di atas maka diperoleh persamaan regresi logistic sebagai berikut:
EM
Ln = α + β1TRRit + β2DTEit + ε 1-EM
= -0,62 + 0.135 TRRit + 10.753 DTEit + ε
Dalam tabel 4.18 diatas bahwa tanda dari exp (BPT) menunjukkan perencanaan pajak dengan nilai kofisien sebesar 0,135 artinya perencanaan pajak (PP) berpengaruh positif yang lemah terhadap manajemen laba, artinya semakin tinggi perencanaan pajak maka semakin besar peluang perusahaan melalukan manajemen laba. Sama halnya dengan beban pajak tangguhan (BPT) memiliki nilai kofisien sebesar 10,753 yang artinya beban pajak tangguhan berpengaruh positif terhadap manajemen laba (yaitu mempelihatkan elastisitas antara beban pajak tangguhan dengan profitabilitas perusahaan melakukan manajemen laba, artinya apabila beban pajak tangguhan meningkat sebesar 1% maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba akan meningkat sebesar 1%. Sebaliknya apabila beban pajak tangguhan menurun sebesar 1% maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba akan menurun sebesar 1%). Adapun tingkat
signifikansinya yaitu untuk perencanaan pajak sebesar 0,642 atau 64% dan beban pajak tangguhan sebesar 0,281 atau 28%. Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai Sig lebih besar daripada taraf signifikansi alpha 5% (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa baik perencanaan pajak maupun beban pajak tangguhan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
4.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terlihat bahwa variabel perencanaan pajak berpengaruh positif terhadap variabel manajemen laba, semakin tinggi perencanaan pajak maka semakin besar peluang perusahaan melalukan manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang tercatat di bursa efek Indonesia. Begitupun dengan beban pajak tangguhan berpengaruh positif terhadap manajemen laba, artinya semakin tinggi beban pajak tangguhan maka profitabilitas perusahaan melakukan manajemen laba semakin tinggi pula. Selain itu, hasil pengujian koefisien determinasi yang menggunakan R-square juga memperlihatkan bahwa porsi pengaruh perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berlinier positif . Nilai R-Square pada penelitian ini sebesar hanya sebesar 0,15 atau sama dengan 15%, yang berarti bahwa variasi perubahan variabel dependen (Y) dapat dijelaskan oleh variabel independen (TRR) dan (DTE) sebesar 15,00% dan sisanya sebesar 85,00%
dapat dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Semakin tinggi nilai R-Square dari hasil suatu regresi, maka hubungan variabel independen dan variable dependen dalam suatu penelitian akan kuat pula. Adapun dari hasil analisis regresi linier sederhana nilai p value-nya perencanaan pajak (X1) dan beban pajak tangguhan
(X2) lebih kecil daripada taraf signifikansi alpha 5% (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel perencanaan pajak merupakan penjelas yang signifikan terhadap variavel manajemen laba. Begitupun beban pajak tangguhan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variable manajemen laba dan masing-masing variable independen mempengaruhi variable dependen dengan korelasi lemah.
Selanjutnya hasil pengujian korelasi secara parsial yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa perencanna pajak (Tax Planning) dan beban pajak tangguhan (Deferred Tax Expense) berpengaruh positif terhadap manajemen laba (Earnings Management). artinya semakin tinggi perencanaan pajak maka semakin besar peluang perusahaan melalukan manajemen laba. Sebaliknya semakin rendah perencanaan pajak maka semakin kecil peluang perusahaan melakukan manajemen laba. Begitupun dengan beban pajak tangguhan, apabila beban pajak tangguhan meningkat maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba akan meningkat. Sebaliknya apabila beban pajak tangguhan menurun maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba akan menurun. Akan tetapi dari tingkat signifikansinya menunjukkan bahwa nilai p value-nya perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan lebih besar dari taraf signifikan (0,05 atau 5%) yang artinya baik perencanaan pajak maupun beban pajak tangguhan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini menunjukkan bahwa perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan dapat dijadikan indikator dalam mendeteksi manajemen laba, walaupun pengaruhnya lemah terhadap manajemen laba. Besarnya nilai mean variabel manajemen laba yang menunjukkan angka negatif di atas, menurut teori yang dikemukakan oleh Philips et al. (2003), menunjukkan usaha manajemen laba untuk menghindari terjadinya kerugian. Dengan kata lain, menerima hipotesis (H1)
yang menyatakan Perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba, dan secara bersamaan menerima hipotesis (H2) yang mengatakan Beban Pajak Tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan Yulianti (2005), Pungky Lukman (2013), Yana Ulfah (Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4), dan tidak sejalan dengan Satwika dan Damayanti (2005), Ferry Aditama (2013), dan penelitian ini tidak sejalan dengan Hadi Kusuma Ningrat (2014).
94 BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Perencanaan pajak memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba, semakin tinggi perencanaan pajak maka semakin besar peluang perusahaan melalukan manajemen laba (begitupun sebaliknya) walaupun pengaruhnya lemah, artinya masih banyak faktor lain yang menentukan terjadinya manajemen laba. Oleh karena itu menerima hipotesis yang mengatakan bahwa perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba
2. Beban pajak tangguhan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba, artinya setiap kenaikan beban pajak tangguhan, maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba akan mengalami peningkatan (begitupun sebaliknya) sehingga menerima hipotesis yang mengatakan bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian ini juga menemukan bahwa memang terjadi manajemen laba dengan tujuan menghindari pelaporan kerugian pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012 - 2014.
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, maka penulis menyarankan sebagai berikut: Penelitian ini dapat diperluas dengan menambah variabel independen yang diduga berpengaruh kuat dalam mendeteksi manajemen laba.
Diharapkan untuk peneliti selanjutnya memperpanjang interval tahun penelitiannya, misalnya jangka waktu lima tahun. Peneliti selanjutnya diharapkan memperluas atau menambah sampel misalnya perusahaan nonmanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga tidak hanya meneliti pada perusahaan manufaktur saja.