• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 Hasil Pengukuran Kinerja

Hasil Pengukuran Kinerja Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan tahun 2013, dengan indikator sasaran sebagai berikut:

3.1.1. Ukuran Sasaran 1

Kebijakan teknis pengawasan dan penindakan yang dapat mendukung meningkatnya kepatuhan pengguna jasa

Indikator Kinerja:

Kebijakan pengawasan dan penindakan karantina hewan/karantina tumbuhan/keamanan hayati yang dapat diimplementasikan.

Hasil:

Pada tahun 2013, Bidang Kepatuhan Perkarantinaan telah menghasilkan 2 (dua) kebijakan pengawasan dan penindakan, yaitu:

1) Dokumen Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 3614/Kpts/HK.020/l/12/2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Intelijen Lingkup Badan Karantina Pertanian;

2) Dokumen Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian, Nomor: 3615/Kpts/HK.060/l/12/2013 tentang Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Pengawasan dan Penindakan;

3) Dokumen Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 3611/Kpts/HK.020/l/12/2013 tentang Pedoman Registrasi Pengguna Jasa dan Pengurus Barang di Bidang Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan dan Pengawasan Keamanan Hayati.

Di samping itu juga dihasilkan 3 (tiga) dokumen lain terkait kebijakan terhadap pelaksanaan tugas di Bidang Kepatuhan Perkarantinaan, yaitu:

1) Dokumen Pedoman Kerja antara Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor: 6516/HK.020/l/V/2013 Nomor: B/16/V/2013 tentang Kerja Sama di Bidang Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan dan Pengawasan Keamanan Hayati;

2) Dokumen Grand Design Kepatuhan Perkarantinaan; 3) Dokumen draft Keputusan Kepala Badan Karantina

Pertanian tentang Tata Cara Pengelolaan Pengaduan Masyarakat di Bidang Operasional Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan dan Pengawasan Keamanan Hayati.

Dalam perjalanannya, Pusat KKIP juga menghasilkan beberapa dokumen hasil kegiatan (output) terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi di Bidang Kepatuhan Perkarantinaan, yaitu:

1) Dokumen Laporan Hasil Verifikasi ke BBKP Belawan terhadap Pemasukan Bawang Merah dari Thailand Milik CV. Sumber Alam Rezeki Pasca Pencabutan Pengakuan Importir Produsen (IP) Produk Hortikultura di BBKP Belawan;

2) Dokumen Laporan Hasil Verifikasi dan Klarifikasi Ke BKP Kelas I Pekanbaru atas Laporan Dugaan Suap (korupsi) Kepala Badan Karantina Pertanian dengan PT. Brilian Cipta Mandiri atas terbitnya Sertifikat ID-090 yang diduga penerbitannya cacat hukum;

3) Dokumen laporan hasil verifikasi ke SKP Kelas I Tanjung Balai Asahan terhadap atas dugaan adanya penyimpangan/ pelanggaran terhadap standar operasional prosedur (SOP) dan ketentuan peraturan perundang-undangan karantina serta dianggap telah melampaui batas kewenangan dalam melaksanakan tugas dan fungsi karantina yang dilakukan oleh Sdr. Rikardo Gultom, SP (POPT/Koordinator Jabatan Fungsional POPT SKP Kelas I Tanjung Balai Asahan); 4) Dokumen laporan hasil verifikasi ke BNN Propinsi

Sumatera Utara atas hasil pemeriksaan urine pegawai BBKP Belawan;

5) Dokumen laporan hasil verifikasi ke BKP Kelas II Cilegon atas hasil audit investigasi Inspektorat Jenderal Kementan terhadap pemasukan daging babi dan ternak hewan babi dari Sumatera melalui Penyeberangan Merak;

6) Dokumen laporan hasil verifikasi ke BKP Kelas I Bandar Lampung atas hasil audit investigasi dari Inspektorat Jenderal Kementan terhadap pemasukan daging dari Kota Tangerang melalui Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni;

7) Dokumen laporan hasil verifikasi ke BKP Kelas I Denpasar terhadap adanya penyelundupan burung Kakak Tua Raja, Burung Nuri dan Burung Cenderawasih ke Ukraina dan Tertangkap di Amsterdam (Belanda) dengan Pelaku Jesco Jan Gerald Gerescher (warga negara Jerman);

8) Dokumen laporan hasil verifikasi atas pemasukan bawang Bombay melalui Pelabuhan Kuala Tungkal, Jambi yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Priok yang masih menggunakan segel merah (dalam proses pelaksanaan tindakan karantina) di Pelabuhan Belawan oleh Petugas Karantina BBKP Belawan;

10) Dokumen laporan hasil verifikasi di BBKP Tanjung Priok terhadap lalu-lintas media pembawa HPHK berupa Duck Down (Bulu Bebek);

11) Dokumen laporan hasil verifikasi di BBKP Tanjung Priok terhadap dugaan pelanggaran atas pemasukan sayur dan buah segar berupa wortel, anggur dan pear melalui Pelabuhan Tanjung Priok;

12) Dokumen laporan hasil verifikasi di BBKP Belawan atas pengaduan dari AEKI dan GAPKINDO terkait pelaksanaan tindakan karantina terhadap komoditas ekspor kopi dan karet di Instalasi Karantina Tumbuhan milik PT. Samudra Lautan Luas;

13) Dokumen laporan hasil verifikasi dan monitoring ke BBKP Surabaya terkait adanya indikasi pemasukan daging secara illegal di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

3.1.2. Ukuran Sasaran 2

Kerjasama yang kondusif dalam mendukung efektifitas perumusan kebijakan teknis, rencana dan program perkarantinaan pertanian.

Indikator Kinerja

Pemanfaatan dokumen kerjasama SPS dan dokumen kerjasama operasional yang dihasilkan dalam perumusan kebijakan serta pelaksanaan pengawasan dan pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati.

Hasil:

Pada tahun 2013, Bidang Kerjasama Perkarantinaan telah menghasilkan dokumen-dokumen kerjasama SPS dan kerjasama perkarantinaan, antara lain:

1) Protocol of Inspection and Quarantine Requirements for

the Export of Salacca Fruit from Indonesia to China between the Ministry of Agriculture of the Republic of Indonesia and the General Administration of Quality Supervision, Inspection and Quarantine of the People’s Republic of China;

2) Mutual Recognition Agreement between the Indonesian

Agricultural Quarantine Agency, Ministry of Agriculture, Republic of Indonesia dan the Department of Plant

Protection, Ministry of National Food Security and Research, Government of the Republic of Pakistan on the Application of Plant Quarantine and Phytosanitary Measures (ditandatangani 30 Agustus 2013);

3) Agricultural Quarantine Service Improvement Partnership

Arrangement;

4) Arrangement for Exporting Palm Kernel Expeller between

the Ministry of Agriculture of the Republic of Indonesia and the Ministry for Primary Industries of the Government of New Zealand (ditandatangani 13 November 2013 di

Wellington);

5) Official Assurance Programme (OAP) for the Export of

Fresh Mangoesteen Fruit (Garcinia mangostana L.) from Indonesia to New Zealand between the Ministry of Agriculture Indonesia and the Ministry of Primary Industries New Zealand (ditandatangani 13 November

2013 di Wellington).

Dokumen-dokumen tersebut merupakan hasil diskusi bilateral yang intensif dengan negara-negara mitra dengan melibatkan berbagai pihak di lingkup maupun luar Badan Karantina Pertanian. Hasil kesepakatan tersebut juga disampaikan ke unit-unit kerja terkait lingkup Badan Karantina Pertanian untuk dimanfaatkan sebagai bahan perumusan kebijakan serta pelaksanaan pengawasan dan pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati.

Salah satu contoh pemanfaatan dokumen yang dihasilkan adalah Protocol of Inspection and Quarantine Requirements

for the Export of Salacca Fruit from Indonesia to China between the Ministry of Agriculture of the Republic of Indonesia and the General Administration of Quality Supervision, Inspection and Quarantine of the People’s Republic of China. Dokumen tersebut ditandatangani pada

tanggal 22 Mei 2013 di Jakarta untuk menggantikan protokol sebelumnya yang ditandatangani 4 September 2008 dan telah habis masa berlakunya.

Protokol tersebut ditandatangani oleh Menteri Pertanian RI dan Menteri General Administration of Quality, Supervision,

Inspection and Quarantine of the People’s Republic of China

dan bertujuan agar ekspor buah salak dari Indonesia ke China memenuhi persyaratan karantina tumbuhan di China serta bebas dari organsime pengganggu tumbuhan yang dicegah masuk ke China.

Dalam protokol tersebut telah dibuat ketentuan-ketentuan teknis yang dipersyaratkan China bagi pemasukan buah salak dari Indonesia, antara lain persyaratan registrasi kebun dan rumah pengemasan, pelaksanaan GAP, SOP dan IPM, supervisi dan pengaturan terhadap penerapan bahan kimia pertanian, pelaksanaan pengemasan, penyimpanan dan pengiriman, sortasi dan pengolaan untuk memastikan tidak adanya organisme pengganggu tumbuhan, persyaratan informasi wajib yang harus tertera pada kemasan, dan persyaratan jumlah sampel untuk pemeriksaan sebelum ekspor. Ketentuan-ketentuan yang disepakati dalam protokol tersebut menjadi bahan masukan bagi Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati, UPT terkait, dan pihak terkait lainnya sebagai pedoman dalam menyusun kebijakan ekspor komoditas pertanian.

Badan Karantina Pertanian juga telah menghasilkan kesepakatan dengan pihak negara New Zealand berupa

Agricultural Quarantine Service Improvement Partnership Arrangement yang ditandatangani oleh Kepala Badan

Karantina Pertanian atas nama Kementerian Pertanian RI dan Mrs. Cecile Hilyer, Acting Deputy Secretary atas nama Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan New Zealand pada tanggal 13 November 2013 Wellington.

Kesepakatan tersebut berisi program penguatan karantina pertanian, baik hewan maupun tumbuhan, yang diberikan Pemerintah New Zealand kepada Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kompetensi petugas karantina pertanian dalam bidang, yaitu pengelolaan karantina berdasarkan risiko, pengujian keamanan pangan, dan diagnostik sanitari dan fitosanitari. Program tersebut ditujukan bagi petugas karantina hewan dan petugas karantina tumbuhan khususnya yang berada di 6 (enam) unit pelayanan teknis utama, seperti Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, Balai Besar Karantina Pertanian Makassar, Balai Besar Karantina Pertanian Belawan, Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta dan Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian.

Selain Agricultural Quarantine Service Improvement Partnership Arrangement, Pemerintah Indonesia dan

Pemerintah New Zealand juga menyepakati Arrangement for

Exporting Palm Kernel Expeller between the Ministry of Agriculture of the Republic of Indonesia and the Ministry for Primary Industries of the Government of New Zealand yang

Wellington. Kesepakatan tersebut bertujuan memfasilitasi ekspor Palm Kernel Expeller (PKE) dari Indonesia ke New Zealand. Isi kesepakatan meliputi ketentuan teknis yang harus dipenuhi Indonesia dalam mengekspor PKE ke New Zealand, antara lain cara penanganan PKE sebelum ekspor yang dicantumkan dalam sertifikat kesehatan tumbuhan, fasilitas ekspor PKE yang terregistrasi, dan pelaksanaan pemeriksaan PKE yang akan dilakukan oleh petugas karantina setibanya di New Zealand.

Kerjasama bilateral antara Indonesia dan New Zealand juga menghasilkan dokumen untuk memfasilitasi ekspor manggis, yaitu Official Assurance Programme (OAP) for the

Export of Fresh Mangoesteen Fruit (Garcinia mangostana L.) from Indonesia to New Zealand between the Ministry of Agriculture Indonesia and the Ministry of Primary Industries New Zealand. Dokumen yang ditandatangani pada tanggal

13 November 2013 di Wellington tersebut berisi ketentuan teknis pemasukan manggis dari Indonesia ke New Zealand, antara lain produksi dan pengemasan buah untuk ekspor, kegiatan pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan, pemeriksaan dan sertifikasi fitosanitari, pemeriksaan pada saat kedatangan di New Zealand, pemantauan jalan masuk organisme pengganggu tumbuhan, dan audit.

Capaian dokumen ini menunjukkan bahwa dokumen yang dihasilkan di Bidang Kerjasama telah bermanfaat bagi pihak terkait sehingga pemanfaatan dokumen kerjasama ini mencapai 100%.

3.1.3.Ukuran Sasaran 3

Sistem informasi yang optimal dalam mendukung kinerja manajemen dan operasional karantina.

Indikator Kinerja

Peningkatan infrastruktur sistem informasi dan akses informasi instansi terkait, pengguna jasa, dan unit kerja lingkup Badan Karantina Pertanian melalui jaringan pusat data karantina pertanian.

Hasil:

Selama TA 2013 telah dibuat dan dikembangkan beberapa aplikasi yang dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan operasional, baik untuk petugas karantina di UPT maupun petugas di Kantor Pusat. Aplikasi-aplikasi tersebut antara lain:

Aplikasi Fungsi Pembuatan 1 . Pembuatan Aplikasi Kewasdakan

a. Pelaporan Kewasdakan Memfasilitasi pelaporan bulanan kewasdakan di UPT

b. Aplikasi berbasis

android Memfasilitasi secara langsung (on thelaporan

spot) untuk kebutuhan

patrol dan intelejen karantina 2 . Pembuatan aplikasi layanan perijinan terintegrasi Memfasilitasi pertukaran data elektronik antara Kementan dengan Portal INSW dan K/L Penerbit perijinan

3 .

Pembuatan 2 aplikasi

fungsional Memfasilitasi pengajuan dan penilaianproses Dupak bagi petugas fungsional

Penyempurnaan

4 .

Penyempurnaan 2 aplikasi in house system Barantan

Pengembangan aplikasi dengan penataan yang lebih baik serta memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan UPT dalam kegiatan operasional KT dan KH 5 . Penyempurnaan 2 web monitoring kegiatan operasional Penyempurnaan fasilitasi web monitoring untuk kegiatan operasional di seluruh UPT lingkup Barantan

Kegiatan Bidang lainnya:

No. Kegiatan Output

1. Apresiasi IT pada UPT Empat kali Tersosialisasikannya

substansi IT kepada UPT 2. Launching SSO dan

Layanan Perijinan Terintegrasi

Terselenggaranya

launching kegiatan SSO dan Layanan Perijinan Terintegrasi

3. Penyusunan Manual

aplikasi Tesusunnya 5 ManualAplikasi Barantan 4. Penyusunan Pedoman

User Manajemen Tersusunnya manual usermanajemen 5. Pengumpulan, penyiapan

hasil data operasional Data operasional perbulan 6. Penyusunan Sisdur IT Tersusunnya sisdur IT 7. Bimbingan Teknis

Pemanfaatan IT Dilakukan di 13 UPT baikuntuk keperluan regional maupun untuk UPT yang bersangkutan

Sedangkan peningkatan dari jumlah akses atas layanan publik yang disediakan oleh Badan Karantina Pertanian dapat dilihat seperti tabel di bawah ini.

Penggunaan Akses Layanan E-Gov Badan Karantina Pertanian:

No. Layanan 2011 2012 2013

1. PPK on line 23.570 121.772 149.351 2. E-Lab PSAT 21.926 32.936 20.189

3. E-Sipmen 267 495 342

4. Prior Notice Belum

penerapan 38.760 49.475 5. Fumigation

Certificate penerapanBelum 1750 6.600

Jumlah

Dokumen terkait