• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Pengumpulan Data

Data sekunder yang diperoleh berupa : 1. Bak pengendap awal

a. Air yang mengalir dalam bak pengendap awal ini adalah 20 liter/detik. b. Luasannya yaitu 5 X 10 m².

c. Dengan dasar bangunan yang dibuat miring dan kedalamannya dari 2 – 3 m. d. Volume air yang ada dalam bak ini adalah 110 m³.

2. Bak aerasi I

a. Luasannya yaitu 21 X 36 m². b. Kedalaman bangunan 3,5 m.

c. Volume air yang tertampung yaitu 2268 m³. 3. Bak aerasi II

a. Luasannya yaitu 18 X 41 m². b. Kedalaman bangunan 3,25 m.

c. Volume air yang tertampung yaitu 2029,5 m³. 4. Bak sedimentasi

a. Luasannya yaitu 43,5 X 55,5 m². b. Kedalaman bangunan 3 m.

c. Volume air yang tertampung pada bak ini adalah 6035,62 m³. 5. Bak pengering lumpur

a. Dalam bak ini terdiri dari 12 bak dengan luasan masing – masing 10 X 12 m². b. Kedalaman bangunan 2 m.

c. Volume lumpur yang terdapat pada masing – masing bak adalah 60 m³. 6. Mesin Aerator

a. Melarutkan udara ke dalam air.

b. Mempercepat berkembangnya mikroorganisme.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Analisis Data

1. Bak Pengendap Awal

Pada bangunan bak pengendap awal ini dibangun dengan luasan yaitu 5 X 10 m² dan dengan permukaan bawah bangunan yang dibuat miring. Jika diukur dari permukaan atas bangunan, kedalamannya yaitu antara 2 – 3 m.

Apabila air limbah tidak diharapkan melewati bak ini, maka katub dioperasikan dalam keadaan terbuka sehingga air akan mengalir langsung menuju bak aerasi I , tetapi apabila air limbah diinginkan untuk melewati bak, maka dioperasikan dalam keadaan tertutup sehingga akan melimpah melalui pelimpah dan ruang pengukur dimana di ruang ini terpasang skala (disebelah selatan) dan alat ukur V notch untuk mengetahui debit air limbah yang sedang dipompakan dari rumah pompa Kali Anyar.

Gambar 4.2. Bak Pengendap Awal IPAL Mojosongo

Air limbah yang terjun dari V notch memasuki ruang pengendapan, maka pada ruang ini pasir yang terbawa aliran diharapkan mengendap. Sedangkan sampah terapung dan bisa ditahan oleh penyekat yang kemudian diambil secara manual setiap satu minggu sekali kemudian dibuang ke tempat sampah.

Air limbah yang melewati penyekat menuju pipa outlet masuk ke bak aerasi, hasil endapan dari bak ini perlu dikuras setiap 3 bulan sekali karena dalam jangka waktu 21

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ini lumpur yang ada sudah banyak dengan volume lumpurya yaitu dengan kisaran 1 m³. Jika pengurasan lumpur tidak dilakukan maka dikhawatirkan air yang masuk ke dalam bak aerasi I tercampur oleh lumpur dan hal ini akan mengakibatkan proses perkembangan mikroorganisme. Kemudian lumpur yang mengendap pada bak pengendap awal dikuras dan lumpurnya ditampung di bak pengering lumpur.

Pemeliharaan :

Untuk bak pengendap awal perlu dilakukan pengecekan setiap minggu, terutama pada limpahan dari sekat yang terbentuk V notch dan bersih dari algae dan lumpur yang mengendap. Jaga agar bagian teratas dinding sampai bak pengendap awal supaya bersih dari rumput, batu, dan lain sebagainya.

Tiga bulan sekali bak harus dikeringkan untuk mengambil lumpur/pasir pada dasar bak pengendap awal, dan membuang batu bila ada dalam dasar bak pengendap awal. Prosedur yang harus dilakukan secara urut adalah sebagai berikut :

a. Hentikan stasiun pompa Kali Anyar.

b. Pompa lumpur terus menerus pada bak pengendap awal.

c. Turunkan ketinggian permukaan air pada bak pengendap awal sampai pada permukaan air terendah (lantai dasar).

2. Bak Aerasi I

Pada bak aerasi I luasan bangunannya dibangun dengan ukuran 21 X 36 m² dan dengan kedalaman mencapai 3,5 m.

Air limbah yang masuk pada aerasi perlu dibiarkan selama 1 sampai dengan 2 minggu agar mikroorganisme dapat berkembang biak. Untuk mempercepat berkembangnya mikroorganisme, biasanya pada permukaan perlu dilakukan penyemaian dengan cara menahan lumpur aktif dari septictank ke dalam bak aerasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.3. Bak Aerasi I IPAL Mojosongo

Bak aerasi I dilengkapi dengan 3 unit aerator yang mempunyai kemampuan 2,2 KW/unitnya dan 1 KW akan menghasilkan 1,345 kg O2/jam. Bila pemberian oksigen berkurang akan ditandai dengan timbulnya bau dimana akan terjadi proses anaerobik yang dibutuhkan dan ada pembentukan seperi lumut pada permukaan air.

Pemeliharaan : a. Volume lumpur :

1) Pengurasan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali : 803,300 m³ 2) Endapan pada kolam aerasi I (25%-nya) : 200,875 m³ b. Lama pengurasan :

1) Volume lumpur : 200,875 m³

2) Kapasitas pompa : 8 liter/detik = 28,8 m³/jam 3) Waktu kerja : 8 jam/hari

4) Lama pengurasan : 200,875 / 28,8 = 7 jam c. Cara pengurasan :

1) Tarik ponton ke tepi kolam, dan ikat agar tidak bergerak/bergeser lagi.

2) Letakkan pompa lumpur ke dalam ponton yang terikat tersebut dengan cara melepas dahulu pompa dari dudukan pompa (untuk memudahkan pemindahan atau pengangkatan).

3) Pasang saringan pada ujung pipa hisap (dengan mur dan baut).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4) Sambung pipa hisap tersebut ke pompa,

5) Kemudian masukkan ke dalam kolam.

6) Pasang ujung pipa tekan ke pompa dan ujung satunya sambungkan ke pipa lumpur (galvanis) di pinggir kolam dan buka valve pada pipa lumpur tersebut. Valve pada ujung – ujung pompa lumpur yang tidak berfungsi harus dalam kondisi tertutup.

7) Lepaskan ponton agar bisa ditarik ke tengah. 8) Hidupkan pompa.

9) Gerakkan pompa ke sisi kolam yang lain dengan cara menarik tali pengikatnya.

10) Apabila pipa hisap tidak bisa menjangkau seluruh kolam, lepas ujung pipa tekan dan yang menghubungkan ke seluruh kolam, lepaskan ujung pipa tekan yang menyambung ke pipa lumpur (sebelumnya matikan dulu pompa).

11) Sambung kembali ujung pipa tekan tersebut ke ujung pipa lumpur di sisi kolam yang lain / terdekat.

12) Apabila pengurasan sudah selesai, angkat bagian pipa hisap yang masuk ke dasar kolam tersebut agak tinggi.

13) Biarkan beberapa saat agar pompa tersebut menghisap air (untuk membersihkan jaringan pipa lumpur) sampai saluran keluar di bak pengering berupa air.

14) Matikan pompa.

15) Tarik kembali ponton ke tepi kolam dan diikat.

16) Lepas komponen – komponen tersebut dan simpan ke dalam ruang penyimpanan.

3. Bak Aerasi II

Bangunan pada bak aerasi II dibangun dengan luasan 18 X 21 m² dan dengan kedalamannya mencapai 3,25 m.

Pada prinsipnya bak aerasi II sama dengan bak aerasi I, dimana pada bak aerasi I dan II akan terjadi pengendapan lumpur didasar bak sehingga perlu adanya pengurasan secara periodik. Untuk pengurasan Lumpur digunakan pompa centrifugal self priming 24

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan pontoon, serta pipa fleksibel untuk menghisap atau menekan lumpur yang ada. Pompa lumpur tersebut berkapasitas 8 liter/detik dan memiliki head 8 meter.

Gambar 4.4. Bak Aerasi II IPAL Mojosongo

Pada bak aerasi II juga dilengkapi mesin aerator yang dihidupkan untuk menambah oksigen dengan kebutuhan penambahan sebanyak 26 kg oksigen per jam.

Pemeliharaan : a. Volume lumpur :

1) Pengurasan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali : 803,300 m³ 2) Endapan pada kolam aerasi II (25%-nya) : 200,875 m³ b. Lama pengurasan :

1) Volume lumpur : 200,875 m³

2) Kapasitas pompa : 8 liter/detik = 28,8 m³/jam 3) Waktu kerja : 8 jam/hari

4) Lama pengurasan : 200,875 / 28,8 = 7 jam c. Cara pengurasan :

Cara pengurasan pada bak aerasi II sama dengan cara pengurasan yang ada di bak aerasi I.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Bak Sedimentasi

Diantara ketiga struktur bangunan – bangunan yang sudah disebutkan diatas, pada bangunan bak sedimentasi inilah yang ukurannya paling luas. Pada bak ini dibangun dengan luasan 43,5 X 55,5 m² dan dengan kedalaman 3 m.

Air limbah dari aerated facultative logoon II mengalir secara gravitasi ke bak sedimentasi. Air yang telah di aerasi I dan II, sebagian besar partikel – partikelnya akan mengendap di dalam bak ini. Kadar BOD yang masuk ke bak ini sudah turun menjadi ± 16 sampai dengan 20 mg/l. Dari bak ini air limbah sudah boleh dibuang ke badan air penerima melalui saluran disebelah utara dan timur dari IPAL kemudian mengalir masuk ke Kali Anyar.

Gambar 4.5. Bak Sedimentasi IPAL Mojosongo

Endapan Lumpur akan mengendap ke dasar kolam yang kemudian perlu diadakan pengurasan setiap 6 (enam) bulan sekali, agar air yang terdapat pada bak sedimentasi mempunyai kadar BOD yang benar – benar memenuhi syarat yang berlaku.

Pemeliharaan : a. Volume lumpur :

1) Pengurasan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali : 803,300 m³ 2) Endapan pada kolam sedimentasi (50%-nya) : 401,750 m³

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Lama pengurasan :

1) Volume lumpur : 401, 750 m³ 2) Kapasitas pompa : 28,8 m³ 3) Waktu kerja : 8 jam/hari

4) Lama pengurasan : 401,750/28,8 = 14 jam (1,75 hari kerja) c. Cara pengurasan :

Pada bak sedimentasi juga mempunyai kesamaan dalam proses pengurasannya seperti pada bak aerasi I dan aerasi II.

5. Bak Pengering Lumpur

Bangunan ini berfungsi untuk menampung lumpur yang diproduksi oleh bak aerasi I dan II, bak sedimentasi serta bak pengendap awal. Dari bak – bak yang menghasilkan lumpur tersebut, lumpur dipompa melalui jaringan pipa lumpur, saluran terbuka ini dilengkapi dengan pintu – pintu pengatur aliran lumpur sehingga cara pengisian dalam petak – petak dapat dilakukan bergiliran. Untuk masing – masing petak, ketebalan lumpurnya adalah 30 cm.

Gambar 4.6. Bak Pengering Lumpur IPAL Mojosongo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Bak pengering lumpur dibagi menjadi 2 (dua) bagian, dimana masing – masing bagian terdiri dari 6 (enam) bed. Pengisian lumpur pada bak ini dilakukan dengan cara dari bed – bed pada satu sisi baru dipindah ke sisi yang lain.

Pada bangunan pengering lumpur ini dibangun dengan luasan masing – masing petaknya yaitu 10 X 12 m² dan dengan kedalaman 2 m.

a. Cara pengisian lumpur pada bed :

1) Tutup salah satu katub pada bak, sehingga lumpur mengalir hanya pada salah satu bagian dari bak pengering lumpur.

2) Isi petak I dengan cara membuka pintu yang masuk ke petak I dan menurunkan pintu pada saluran lumpur yang menuju ke kolam II.

3) Tunggu sampai ketinggian lumpur mencapai ± 30 cm.

4) Buka pintu pada saluran lumpur dan pintu yang menuju ke bed II, tutup pintu yang menuju ke petak I dan pintu pada saluran yang menuju ke petak III. 5) Tunggu sampai ketinggian lumpur mencapai ± 30 cm. Tahapan ini dilakukan

terus sampai petak ke-6.

6) Buka katub yang menuju sisi bak pengering lumpur yang lain. 7) Tutup kembali katub yang menuju sisi I tadi.

8) Lakukan tahapan seperti yang dilakukan saat pengisian bed pada sisi yang pertama.

b. Cara pengangkatan / pengurasan lumpur sisi dari bak pengering lumpur :

Setelah bak pengering lumpur semua terisi, maka biarkan lumpur tersebut sampai kering (± 30 hari). Setelah 30 hari ambil lumpur tersebut dengan cara :

1) Gunakan skop atau alat lain yang tidak tajam.

2) Lakukan pengambilan dengan hati – hati sehingga peralatan yang digunakan tidak mengenai geomembran yang menempel pada dinding petaknya.

3) Perhatikan saat mengambil lumpur, agar lapisan pasir yang dibawahnya tidak banyak terambil.

4) Masukkan lumpur yang sudah diambil tersebut ke dalam truk atau alat transportasi yang lain atau tempat yang telah disediakan.

5) Apabila lapisan pasir yang ada sudah berkurang ± 10 cm, isi kembali sludge driying bed tersebut dengan pasir yang kualitasnya sama dengan sebelumnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6. Pompa Resapan Air

Bagian dasar dari bak pengering lumpur sudah dilengkapi dengan pipa berlubang yang berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air rembesan lumpur pada bak penampung resapan air yang ada di bak pengering lumpur.

a. Total supernatan : 95% dari lumpur yang dikuras = 763,3 m³. b. Kapasitas pompa supernatan : 6 liter/detik = 21,6 m³/jam.

c. Waktu pengurasan : 35,3 jam.

d. Apabila kedua pompa dijalankan bersama – sama maka total waktu pengurasan menjadi ± 18 jam tiap 6 bulan.

1. Cara pengoperasian pompa :

a) Biarkan supernatan tertampung ke dalam bak penampung sampai ketinggian mencapai ± 1,25 m dari dasar bak penampung (20 cm dibawah overflow). b) Hidupkan air sampai mendekati dasar bak.

c) Tunggu air sampai mendekati dasar bak. d) Matikan pompa.

e) Lakukan hal diatas berulang – ulang atau pergunakan otomatisnya (bila memungkinkan).

2. Pembersihan pipa / saluran penampung supernatan :

Jaga kebersihan pipa ini agar tidak terjadi penyumbatan, dengan melakukan pembilasan dengan air bersih setiap selesai penampungan supernatan. Caranya sebagai berikut :

a) Membuka bak kontrol pada ujung atau hulu pipa tersebut, masukkan air kedalam pipa tersebut.

b) Apabila sudah terjadi endapan, bersihkan endapan tersebut dengan cara mendorong memakai peralatan yang panjang dan lentur (misalnya pecahan bambu)

c) Setelah endapan keluar, bilas dengan air bersih.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dokumen terkait