Perlakuan rodentisida cukup efektif dilakukan di Ciledug dengan rodentisida berbahan aktif bromadiolon dan brodifakum, sedangkan untuk Daerah Cibanteng dan Balio, perlakuan rodentisida kurang efektif, dan di Sindang Barang sangat tidak efektif. Hal ini dikarenakan Daerah Sindang Barang, Cibanteng, dan Balio merupakan kawasan yang cukup terbuka dan dekat dengan pekarangan. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap ketertarikan tikus dalam mengonsumsi rodentisida karena banyak faktor luar yang mempengaruhinya. Sebaliknya, di Ciledug merupakan kawasan yang cukup mewah bila dibandingkan dengan ketiga kawasan tersebut. Lokasinya tertutup dan pengaruh faktor luar sangat kecil, sehingga ketertarikan tikus untuk mengonsumsi rodentisida cukup tinggi. Kandungan bahan aktif dan umpan dalam rodentisida tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah konsumsi rodentisida oleh tikus. Hal ini dibuktikan dengan jumlah konsumsi kedua rodentisida oleh tikus yang tidak terlalu besar. Jumlah rodentisida yang dikonsumsi tikus dengan interaksi antara jenis rodentisida dan lokasi perlakuan di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang dapat dilihat pada Gambar 21.
Gambar 21 Jumlah rodentisida yang dikonsumsi tikus dengan interaksi antara jenis rodentisida dan lokasi perlakuan di permukiman Wilayah Bogor dan Tangerang
Pengaruh faktor lokasi terhadap jumlah rodentisida yang dikonsumsi tikus dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Pengaruh faktor lokasi terhadap jumlah rodentisida yang dikonsumsi tikus
Lokasi Rerata konsumsi rodentisida
Sindang Barang 0,0000 b
Cibanteng 0,0974 b
Balio 0,0363 b
Ciledug 2,3695 a
Selama dilakukan survei, belum pernah ada masyarakat yang menggunakan jasa pembasmi hama atau pest control untuk mengendalikan hama di rumahnya. Hal ini mungkin disebabkan faktor ekonomi yang kurang memadai. Ketidakmampuan masyarakat dalam membayar jasa pest control menjadi masalah utama. Oleh karena itu, masyarakat di Daerah Sindang Barang, Cibanteng, Balio, dan Ciledug lebih mengutamakan teknik pengendalian dengan caranya sendiri seperti sanitasi, fisik mekanik, dan kimiawi.
Jumlah konsumsi rodentisida pada perlakuan di Daerah Sindang Barang adalah nol. Di Daerah Cibanteng mengalami kenaikan pada time series kedua, kemudian menurun pada time series ketiga. Di Daerah Balio, jumlah konsumsi rodentisida pada time series kedua mengalami penurunan dan meningkat pada time series ketiga. Sedangkan di Ciledug, jumlah konsumsi rodentisida dari setiap time series mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan pada setiap lokasi sangat mempengaruhi. Pengaruh faktor lingkungan di Daerah Sindang Barang, Cibanteng, dan Balio cukup besar, sehingga pengaruh jera umpan (bait shyness) antar perlakuan relatif kecil. Sedangkan di Ciledug, pengaruh lingkungan relatif kecil,
sehingga sifat jera umpan tikus dapat diketahui secara langsung. Jumlah rodentisida yang dikonsumsi tikus pada setiap time series dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22 Grafik jumlah rodentisida yang dikonsumsi tikus pada setiap lokasi
PEMBAHASAN UMUM
Kehadiran dan aktivitas hama di permukiman memang menjadi masalah bagi penghuni rumah, karena hama tersebut dapat menimbulkan dampak yang negatif diantaranya penyakit berbahaya, rusaknya perabot rumah tangga, dan ketidaknyamanan tempat tinggal. Permasalahan yang ditimbulkan oleh adanya hama permukiman dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu berdasarkan tingkat bahaya, kerugian, atau gangguan yang kemungkinan dapat ditimbulkan oleh hama-hama tersebut (Sigit 2006). Contoh terjadinya kasus demam berdarah. Selanjutnya, berdasarkan tingkat populasi hama-hama tersebut di lingkungan permukiman. Terakhir, berdasarkan tingkat toleransi pemukim terhadap keberadaan hama di lingkungannya. Dalam hal ini terkait dengan nilai ambang toleransi pemukim terhadap keberadaan hama di lingkungan sekitarnya.
Suatu keadaan dapat menjadi masalah bagi seseorang tetapi tidak bagi orang lain. Tempat yang disukai oleh hama diantaranya kamar tidur, kamar mandi, dan selokan (Gambar 9). Lokasi-lokasi tersebut cukup mendukung untuk perkembangan
hama karena biasanya tempat tersebut merupakan tempat beraktivitas dan tempat pembuangan. Timbulnya berbagai macam hama di permukiman dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu makanan, sampah, lingkungan yang kotor, dan selokan. Sisa makanan yang tercecer di lantai dapat menjadi pemicu datangnya hama (Gambar 10), misalnya ceceran makanan yang manis di lantai dapat mendatangkan semut dan lalat. Ketersediaan makanan yang berlimpah bagi hama serta kondisi lingkungan yang tidak sehat mendukung perkembangan populasi hama.
Kondisi rumah dan lingkungan yang kurang baik dapat memicu perkembangan populasi hama. Kondisi rumah yang kurang baik diantaranya lembab, kurang ventilasi, kotor, kurang cahaya, dan penuh dengan barang yang tidak tertata rapi. Semua kondisi tersebut sangat disukai oleh hama. Selain itu, kondisi di sekitar lingkungan permukiman yang padat penduduk, banyak sampah, selokan tidak lancar dapat menjadi pemicu munculnya hama.
Berbagai tindakan pengendalian telah dilakukan diantaranya dengan sanitasi lingkungan, kimiawi, maupun fisik mekanik. Sanitasi lingkungan diantaranya melakukan penguburan barang bekas untuk menghindari hama nyamuk dan tikus, membersihkan selokan, dan membersihkan sampah di sekitar permukiman. Pengendalian kimiawi yang dilakukan misalnya dengan aplikasi pestisida untuk hama tertentu, misalnya nyamuk, kecoa, lalat, dan tikus. Berdasarkan hasil survei, masyarakat lebih menyukai melakukan pengendalian dengan sanitasi lingkungan. Tindakan pengendalian ini dilakukan untuk hama seperti nyamuk, kecoa, dan tikus. Alasan masyarakat menggunakan teknik pengendalian sanitasi karena biayanya murah dan mudah dilakukan
Penggunaan pestisida cukup banyak ditemukan di masyarakat, tetapi ada sebagian warga yang tidak mau mengaplikasikan pestisida di rumahnya. Hal ini dikarenakan pestisida akan berdampak bagi anggota keluarganya. Selain itu, mereka juga khawatir pestisida dapat meracuni hewan bukan sasaran apabila dikonsumsi. Alasan penggunaan pestisida karena biayanya relatif terjangkau dan mudah diaplikasikan.
Bentuk formulasi pestisida yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah cair (Gambar 11). Masyarakat banyak menggunakan pestisida dalam bentuk cair dengan alasan efektivitas, kemudahan dalam penyimpanan, kemudahan aplikasi, keamanan, dan biaya (Wirawan 2006). Dalam mendapatkan pestisida, masyarakat biasanya mendapat rekomendasi dari tetangga, teman, dan pengalaman pribadi (Gambar 12). Setelah mendapatkan rekomendasi jenis pestisida yang tepat, mereka langsung mencarinya di toko terdekat. Pada umumnya aplikasi pestisida dilakukan pada malam hari karena hama permukiman sebagian besar pada aktif pada malam hari (Gambar 13).
Pada umumnya, masyarakat kurang memperhatikan cara aplikasi yang tepat dari suatu jenis pestisida tertentu (Gambar 14). Hal ini disebabkan kurangnya tingkat pendidikan dan kepedulian akan kesehatan diri sendiri dan lingkungan. Selain itu, sebagian besar masyarakat juga tidak memperhatikan aspek penyimpanan pestisida setelah digunakan (Gambar 15). Di Daerah Bogor, pestisida kebanyakan disimpan di dalam rumah seperti kolong tempat tidur, dapur, dan ruang keluarga. Sedangkan di Ciledug, masyarakatnya cukup memperhatikan dampak dari pestisida tersebut, sehingga mereka menyimpan dengan lebih hati-hati, seperti di luar rumah, garasi, dan ada pula yang menyimpan di gudang.
Teknik pengendalian yang dilakukan untuk mengendalikan tikus yaitu dengan menggunakan perangkap hidup (multiple live trap) dan lem tikus (sticky trap). Perangkap hidup digunakan karena murah harganya, mudah didapat, dan efektif karena dalam sekali aplikasi mampu menangkap lebih dari satu ekor tikus. Sedangkan lem tikus cukup banyak digunakan karena tidak berbau, mudah dalam aplikasi, dan harganya murah. Sebagian besar masyarakat lebih menyukai menggunakan perangkap tikus dibanding dengan menggunakan racun tikus. Hal ini karena bila menggunakan racun tikus maka bangkai tikus yang mati tidak terlihat sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap dan sulit untuk ditemukan.
Selama dilakukan survei, belum pernah ada masyarakat yang menggunakan jasa pembasmi hama atau pest control untuk mengendalikan hama di rumahnya. Hal ini mungkin disebabkan faktor ekonomi yang kurang memadai. Ketidakmampuan
masyarakat dalam membayar jasa pest control menjadi masalah utama. Oleh karena itu, masyarakat di Daerah Sindang Barang, Cibanteng, Balio, dan Ciledug lebih mengutamakan teknik pengendalian dengan cara seperti sanitasi, fisik mekanik, dan kimiawi.
Tikus hasil pemerangkapan yang dilakukan di Sindang Barang cukup efektif, yaitu 23 ekor, namun semua tikus tersebut belum sempat diidentifikasi, sehingga belum diketahui secara pasti jenis tikus apa saja yang tertangkap. Hasil perlakuan rodentisida justru berlawanan dengan perlakuan perangkap. Hal ini ditunjukkan dengan tidak ada satupun rodentisida yang dimakan oleh tikus selama aplikasi. Hasil pemerangkapan di Cibanteng menunjukkan bahwa tikus yang tertangkap sebagian besar adalah tikus rumah (R. rattus) dengan peletakan titik lokasi perangkap yang berbeda-beda seperti di pekarangan, dekat lokasi pemancingan, dan dapur rumah. Tikus pohon (R. tiomanicus) didapat dari peletakan perangkap di pekarangan dekat dengan kolam pemancingan, sedangkan tikus riul (R. norvegicus) didapat dari peletakan perangkap di kamar mandi. Hasil perlakuan rodentisida di Cibanteng tidak terlalu berbeda nyata dengan daerah Sindang Barang, karena hanya sedikit rodentisida yang dimakan dan ada beberapa rodentisida yang hilang.
Pada perlakuan perangkap di Balio, tikus yang paling banyak tertangkap adalah tikus rumah (R. rattus) dengan jumlah total sebanyak 8 ekor. Lokasi pemerangkapannya pun berbeda-beda yaitu dapur, ruang makan, ruang tamu, dan teras rumah. Tikus pohon (R. tiomanicus) didapat dari hasil pemerangkapan di dapur, ruang makan, dan pekarangan rumah. Tikus ladang (R. exulans) didapat dari hasil pemerangkapan di pekarangan rumah. Sedangkan tikus sawah (R. argentiventer) didapat dari hasil pemerangkapan di teras rumah. Hasil pemerangkapan di daerah Ciledug menunjukkan bahwa tikus yang tertangkap hanya tikus rumah (R. rattus) yang terperangkap di dapur dan pekarangan rumah. Hasil perlakuan perangkap di daerah Balio juga tidak berbeda nyata dibanding daerah sebelumnya yaitu Sindang Barang dan Cibanteng. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya jumlah rodentisida yang dimakan, walaupun ada sebagian rodentisida yang hilang. Pada tempat aplikasi rodentisida yang hilang, terdapat tanda-tanda kehadiran tikus, sehingga jumlah
konsumsi dalam perhitungan dicantumkan bobot awal dikurangi bobot rodentisida dikali 25%. Sedangkan di Ciledug, aplikasi rodentisida sangat berbeda nyata. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya rodentisida yang dikonsumsi oleh tikus, dengan satu rodentisida bromadiolon yang hilang. Jumlah konsumsi rodentisida yang dikonsumsi terbanyak terjadi pada perlakuan time series kedua, dan mengalami penurunan pada time series ketiga.
Rendahnya jumlah rodentisida yang dikonsumsi oleh tikus dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor lingkungan. Faktor lingkungan sangat menentukan jumlah konsumsi rodentisida, karena lingkungan yang terbuka dapat mempengaruhi daya tarik umpan terhadap tikus. Hal ini dibuktikan dengan jumlah konsumsi yang rendah di daerah Sindang Barang, Cibanteng, dan Balio. Daerah ini cukup terbuka, banyak terdapat semak dan pohon besar. Oleh sebab itu, ketertarikan tikus terhadap rodentisida sangat kecil. Sedangkan di Ciledug merupakan daerah yang cukup padat dan tertutup, tidak banyak pohon besar, maupun semak. Hal ini dapat memicu ketertarikan tikus terhadap rodentisida dalam mengkonsumsinya. Oleh sebab itu, aplikasi rodentisida di permukiman yang relatif terbuka kurang efektif.
KESIMPULAN
Persepsi masyarakat terhadap hama permukiman berbeda-beda. Masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan pendidikan yang tinggi lebih peduli terhadap gangguan hama permukiman dibandingkan yang rendah. Pengendalian tikus di permukiman dengan menggunakan multiple dan single live trap dengan umpan ikan asin cukup efektif. Teknik pengendalian rodentisida yang efektif dilakukan di daerah yang tidak terbuka. Jumlah tangkapan tikus terbanyak didapat di Sindang Barang dan jumlah konsumsi rodentisida terbanyak terjadi di Ciledug.
Saran
Perlu dilakukan penelitian mengenai preferensi umpan dan jenis rodentisida lain, serta modifikasi jenis perangkap, dan inovasi teknik pengendalian hama permukiman yang efektif dan ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Chalidaputra M. 2007. Pengenalan dan pengendalian hama permukiman. www. Hama permukiman. mht [31 Mei].
Dadang. 2007. Bahan Kuliah Pestisida dan Teknik Aplikasi (Insektisida). Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Djojosumarto P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta: Agromedia Pustaka. Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. [terjemahan]. Van der laan.
Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van hoeve.
Martono E. 2003. Pemahaman tentang hama: batasan dan arti. Kuliah dasar-dasar perlindungan tanaman.
Meehan AP. 1984. Rat and Mice, Their Biological and Control. East Griendstead : Rentokill limited.
Mutiarani H. 2009. Perancangan dan Pengujian Perangkap, Pengujian Rodentisida dalam Pengendalian Tikus Pohon (Rattus tiomanicus), Tikus Rumah (Rattus rattus diardii), Tikus Sawah (Rattus argentiventer) di Laboratorium [skripsi]. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Praja I. 2007. Upaya Pengendalian Serangga, Rayap, dan Tikus di Lingkungan Permukiman maupun Komersial. Medan: Mabindo.
Priyambodo S. 2006. Tikus. Di dalam Singgih HS dan Upik KH, editor. Hama Permukiman Indonesia: Pengenalan, biologi, dan pengendalian Bogor: Unit Kajian dan Pengendalian Hama Permukiman, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Hlm 195-258.
Priyambodo S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sigit SH. 2006. Masalah hama permukiman dan falsafah dasar pengendaliannya. Di dalam: Singgih HS dan Upik KH, editor. Hama Permukiman Indonesia: Pengenalan, biologi, dan pengendalian Bogor: Unit Kajian dan Pengendalian Hama Permukiman, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Hlm 1-13.
Lampiran 1
SURVEI PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN (PERSEPSI) MASYARAKAT TERHADAP KEHADIRAN HAMA PERMUKIMAN
Kota : Kotamadya/Kabupaten : Tanggal wawancara : Waktu wawancara : KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama : Umur : Alamat :
Pendidikan : ( ) Tidak sekolah/tidak tamat SD ( ) SD ( ) SMP ( ) SMA ( ) Perguruan Tinggi Pekerjaan : ( ) PNS ( ) Swasta ( ) Pensiunan ( ) Dll Pendapatan : ( ) < 1.000.000 ( ) 1.000.000-2.000.000 ( ) 2.000.000-3.000.000 ( ) 3.000.000-4.000.000 ( ) 4.000.000-5.000.000 ( ) > 5.000.000
PENGETAHUAN HAMA PERMUKIMAN
1. Apa yang Anda ketahui tentang gangguan yang disebabkan oleh hama permukiman?
……… 2. Jenis hama permukiman seperti apa yang Anda ketahui?
(jawaban boleh lebih dari 1)
a. Kecoa f. Rayap
b. Nyamuk g. Tungau
c. Kutu (manusia, anjing, kucing) h. Caplak
d. Laba-laba i. Semut
e. Lalat j. Tidak menjawab 3. Apakah hama permukiman berikut ini terdapat di rumah Anda?
a. Kecoa f. Rayap
c. Kutu (manusia, anjing, kucing) h. Caplak
b. Laba-laba i. Semut
c. Lalat j. Tidak menjawab 4. Hama apa yang paling banyak terdapat di rumah/tempat kerja Anda?
a. Kecoa f. Rayap
b. Nyamuk g. Tungau
c. Kutu (manusia, anjing, kucing) h. Caplak
d. Laba-laba i. Semut
e. Lalat j. Tidak menjawab 5. Hama permukiman apa yang sering dikendalikan?
a. Kecoa f. Rayap
b. Nyamuk g. Tungau
c. Kutu (manusia, anjing, kucing) h. Caplak
d. Laba-laba i. Semut
e. Lalat j. Tidak menjawab 6. Di mana Anda melihat hama tersebut?
a. Kamar tidur b. Kamar mandi c. Dapur d. Tempat sampah e. Selokan f. ……….. g. Tidak menjawab
7. Menurut Anda, apakah yang menyebabkan hama-hama tersebut muncul?
a. Makanan
b. Sampah c. Tetangga
d. Lingkungan yang kotor e. dari luar rumah
f. Tidak menjawab
8. Apakah menurut Anda hama permukiman tersebut cukup meresahkan? a. Ya b. Tidak
9. Kerugian apa yang dapat ditimbulkan karena adanya hama permukiman? ………. ………. 10. Tindakan apa yang Anda lakukan ketika mengetahui kehadiran hama
permukiman?
……… 11. Apakah Anda mengetahui musuh alami dari hama-hama tersebut?
a. Ya b. Tidak
12. Apakah hewan yang berguna untuk mengendalikan hama permukiman? 13. a. Kucing
b. Ular
c.………..
14. Apakah Anda pernah menggunakan pestisida/bahan kimia untuk mengendalikan hama permukiman?
b. Ya b. Tidak
Jika ya, jenis pestisida/bahan kimia seperti apa yang biasa Anda digunakan?
a.cair b.padat c.serbuk
15. Dari mana Anda mengetahui pestisida tersebut?
a. Suplier f. Penyuluh b. Tetangga g. Majalah/brosur
c. Teman h. Radio
d. Toko kimia i. Pengalaman
e. TV j. ……….
16. Apakah dalam penggunaannya sesuai dengan aturan pakai? a. Ya b. Tidak
17. Kapan Anda menggunakan pestisida tersebut? a. Pagi
b. Siang c. Malam
d. ………..
18. Di mana Anda menyimpan pestisida tersebut? a. Dalam rumah
b. Luar rumah c. Dapur
19. Apakah Anda juga sering menggunakan perangkap? a. Ya b. Tidak
Jika ya, jenis perangkap seperti apa yang biasa Anda gunakan? a. Perangkap mati
b. Perangkap hidup
c. Lem tikus
d. ………..
20. Cara pengendalian lain yang sering Anda gunakan adalah (Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Pukul langsung b. Siram air panas c. Sanitasi
d. ……….
21. Apakah Anda pernah menggunakan jasa pest control (pembasmi hama)? a. Ya b. Tidak
Jika ya, perusahan pest control apa yang biasa Anda gunakan?
………. 22. Berapa biaya yang Anda keluarkan untuk mengendalikan hama permukiman
tersebut?
a. < 10.000
b. 10.000-50.000 c. > 50.000
23. Apa saran Anda untuk mengatasi masalah tersebut?
……… ………….., September 2010
Lampiran 2
ANALISIS PERANGKAP FAKTORIAL RAL 3 FAKTOR
(DATA TRANSFORMASI) Analisi Ragam (Anova) :
SK Db KT JK F Pr > F Model 71 1.76601671 0.02487347 1.01 0.4510 Lokasi 3 0.27597716 0.09199239 3.75 0.0109 Perangkap 5 0.89265943 0.17853189 7.27 <.0001 Lokasi*Perangkap 15 0.25575928 0.01705062 0.69 0.7911 Waktu 2 0.08971083 0.04485541 1.83 0.1616 Lokasi*Waktu 6 0.01511889 0.00251982 0.10 0.9961 Perangkap*Waktu 10 0.01966915 0.00196692 0.08 0.9999 Lokasi*Perangkap*Waktu 30 0.21712196 0.00723740 0.29 0.9999 Galat 648 15.90387097 0.02454301 Total 719 17.66988768
ANALISIS RODENTISIDA FAKTORIAL RAL 3 FAKTOR
(DATA TRANSFORMASI) Analisis Ragam (Anova) :
SK db KT JK F Pr > F Model 23 2.60724892 0.11335865 26.87 <0.0001 Rodentisida 1 0.011935 0.011935 2.83 0.0940 Lokasi 3 2.519454 0.839818 199.09 <0.0001 Rodentisida*Lokasi 3 0.016428 0.005476 1.30 0.2760 Waktu 2 0.004436 0.002218 0.53 0.5918 Rodentisida*Waktu 2 0.005090 0.002545 0.60 0.5479 Lokasi*Waktu 6 0.015374 0.002562 0.61 0.7242 Rodentisida*Lokasi*Waktu 6 0.03452855 0.005754 1.36 0.2303 Galat 216 0.91114850 0.00421828 Total 239 3.51839742