A. Gambaran Umum Industri Keadaan Umum
BBPBAT Sukabumi terletak di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Tepatnya sekitar 3 km ke arah objek parawisata Selabintana atau 120 km dari Jakarta menuju arah tenggara. Suhu udara berkisar 20-27oC dengan ketinggian + 700 meter di atas permukaan laut. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
Luas Areal 25,6 Ha yang terdiri dari 12 Ha areal perkolaman 2 Ha areal pesawahan dan sisanya dipergunakan untuk perkantoran, perumahan
karyawan serta sarana penunjang lainnya. Sumber air untuk perkolaman berasal dari sungai Panjalu dan Cisarua keduanya berasal dari kaki
Gunung Gede.
Sejarah
BBPBAT Sukabumi dimulai pada saat pemerintahan Belanda yaitu sekitar tahun 1918 dan mulai beroperasi pada tahun 1920 bernama Sekolah Perkebunan atau lebih dikenal dengan nama Cultuur School dan berganti nama menjadi Landbouw School sampai dengan tahun 1943, dengan masuknya jepang ke Indonesia maka dimulai pada tahun 1943 s/d 1945 namanya berganti menjadi Noo gakko, Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 maka namanyapun berubah menjadi Sekolah Pertanian Menengah sampai dengan tahun 1954 terus berubah lagi pada tahun 1954 s.d 1968 menjadi Pusat Latihan Perikanan, pada tahun 1968 s.d 1976 menjadi Training Center Perikanan, pada tahun 1976 s.d 1978 menjadi Pangkalan Pengembangan Pola Keterampilan Budidaya Air Tawar dan baru tahun 1978 berubah menjadi Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Sesuai dengan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No.
PER.06/MEN/2006 tanggal 12 Januari 2006 namanya berubah menjadi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi.
Kedudukan
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kelautan dan Perikanan di bidang budidaya air tawar yang berada dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya.
Tugas
Melaksanakan pengembangan dan penerapan teknik pembenihan, pembudidayaan, pengelolaan kesehatan ikan dan pelestarian perlindungan budidaya air tawar.
Fungsi
1. Identifikasi dan perumusan program pengembangan teknik budidaya air tawar;
2. Pengujian standar perbenihan dan pembudidayaan ikan air tawar; 3. Pengujian alat, mesin dan teknik perbenihan serta pembudidayaan
ikan air tawar;
4. Melaksanakan bimbingan penerapan standar pembenihan dan pembudidayaan ikan air tawar;
5. Melaksanaan sertifikasi mutu dan sertifikasi personil pembenihan dan pembudidayaan ikan air tawar;
6. Melaksanaan produksi dan pengelolaan induk penjenis dan induk dasar ikan air tawar;
7. Pengawasan perbenihan, pembudidayaan ikan serta pengendalian hama dan penyakit ikan air tawar;
8. Pengembangan teknik dan pengujian standar pengendalian lingkungan dan sumberdaya induk dan benih ikan air tawar;
9. Pengelolaan sistem jaringan laboratorium penguji dan pengawasan pembenihan dan pembudidayaan ikan air tawar;
10. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi pembudidayaan ikan air tawar;
11. Pengelolaan keanekaragaman hayati;
12. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Visi
Mewujudkan Balai Besar Sebagai Institusi Pelayanan Prima Dalam Pembangunan dan Pengembangan Sistem Usaha Budidaya Air Tawar yang Berdaya Saing, Berkelanjutan dan Berkeadilan.
Misi
1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan
2. Mengembangkan rekayasa teknologi budidaya berbasis akuabisnis dan melaksanakan alih teknologi kepada dunia usaha
3. Mengembangkan sistem informasi iptek perikanan 4. Meningkatkan jasa pelayanan dan sertifikasi
5. Memfasilitasi upaya pelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan
Motto
Untuk meningkatkan kinerja Balai dan mendukung visi dan misi Balai ditetapkan Motto Balai yaitu: ” Disiplin, Profesional, Jujur “
Tujuan
1. Meningkatkan profesionalisme sumberdaya manusia balai besar; 2. Meningkatkan efektifitas dan produktifitas kinerja balai besar; 3. Menyediakan teknologi adaptif;
4. Menyediakan benih dan induk bermutu;
5. Mempercepat penyebarluasan iptek perikanan;
6. Memperkuat peran balai besar sebagai pusat iptek budidaya;
7. Meningkatkan keterampilan pembudidaya ikan dan pendamping teknologi;
9. Meningkatkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP); 10. Melestarikan sumberdaya perikanan budidaya;
11. Memelihara lingkungan budidaya perikanan.
Sasaran
1. Tersedianya tenaga teknik, administrasi yang profesional; 2. Tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memadai; 3. Tersedianya paket teknologi budidaya;
4. Tersedianya induk, benih ikan yang unggul; 5. Tersedianya informasi iptek perikanan;
6. Tersedianya koleksi referensi yang lengkap dan terkini;
7. Terwujudnya pembudidaya ikan dan tenaga pendamping yang profesional;
8. Tersedianya produk perikanan budidaya yang bersertifikat;
9. Tersedianya jenis ikan lokal dari alam menjadi jenis ikan kultur/dibudidayakan;
10. Tercapainya usaha budidaya yang ramah lingkungan; 11. Tercapainya target penerimaan negara bukan pajak.
Kebijakan Strategis
Optimalisasi lahan dan sarana balai besar dengan menggerakkan sumberdaya manusia secara profesional untuk menghasilkan teknologi budidaya dan induk serta benih unggul dalam rangka mendukung pengembangan kawasan budidaya air tawar, serta memberikan pelayanan prima.
Kebijakan Operasional
1. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai besar; 2. Pembangunan sarana dan prasarana serta fasilitas balai; 3. Penyediaan benih dan induk yang bermutu;
4. Peningkatan rekayasa teknologi budidaya;
6. Pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya perairan;
7. Penerapan sertifikasi sistem mutu dan pengawasan budidaya; 8. Pengembangan sistem informasi perikanan budidaya;
9. Pemberdayaan masyarakat pembudidaya ikan; 10. Penerapan teknologi budidaya ramah lingkungan; 11. Perikanan berbasis budidaya.
a. Program
Program adalah kumpulan kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi pemerintah atau dalam rangka kerjasama dengan masyarakat atau yang merupakan partisipasi aktif masyarakat, guna mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Program yang telah ditetapkan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan aparatur pemerintah 2. Pengadaan sarana dan prasarana;
3. Rekayasa teknologi budidaya air tawar;
4. Penyediaan benih dan induk ikan yang bermutu; 5. Pengembangan sistem informasi perikanan budidaya;
6. Penguatan kelembagaan kelompok masyarakat pembudidaya ikan; 7. Pengembangan sertifikasi budidaya;
8. Kerjasama dalam negeri dan luar negeri; 9. Penebaran kembali/restocking;
10. Penerapan teknologi budidaya ramah lingkungan; 11. Peningkatan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
KEPAL A BAGIAN TATAUSAHA SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG PELAYANAN TEKNIK
BIDANG STANDARISASI DAN INFORMASI SEKSI SARANA LABORATORIUM SEKSI SARANA LAPANGSEKSI INFORMASI SEKSI STANDARDISASI KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Sumberdaya Manusia
Struktur BBPBAT dilengkapi 160 orang pegawai, termasuk didalamnya kelompok pejabat fungsional yang terdiri dari perekayasa, teknisi litkayasa, pengawas benih, pengawas budidaya, pengendalian hama dan penyakit, pustakawan, pranata humas, serta 22 orang tenaga kontrak.
Sumberdaya manusia yang tersedia mendukung kemampuan BBPBAT untuk melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam bidang perekayasaan pengembangan budidaya air tawar serta memberikan bantuan teknis dan pelatihan budidaya air tawar.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar yang digunakan sebagai fasilitas pendukung dalam melakukan kegiatan diantaranya:
–
126 buah kolam– Hatchery benih ikan nila, Carp (ikan mas, Grasscarp, Mola), Gurame, Catfish (Lele, Patin, Baung), Kodok, Lobster air tawar ( Cherax) dan ikan hias.
–
Laboratorium kesehatan ikan, kualitas air dan nutrisi a. Laboratorium kesehatan ikanLaboratorium kesehatan ikan berfungsi sebagai tempat pengujian kesehatan ikan yang ada di BBPBAT dan sudah berstandarisasi. Kegiatan yang dilakukan di antaranya:
– Identifikasi Trichodina sp
– Identifikasi Ichthyophthyrius multifiliis – Identifikasi Aeromonas hydrophila
a. Laboratorium kualitas air
Laboratorium kualitas air berfungsi sebagai tempat pengujian kualitas air pada kolam dan untuk mengidentifikasi jenis phytoplankton yang ada di kolam BBPBAT dan sudah berstandarisasi. Kegiatan yang dilakukan di laboratorium kualitas air
diantaranya:
–
Suhu–
Kekeruhan/Turbiditas–
Alkalinitas–
Oksigen Terlarut/DO–
pH – Carbon Dioksida/CO2 – Ammonia/NH3 – Nitrit/NO3–
Phosphat–
Karantina–
Unit kolam air deras di Cisaat–
Unit keramba jaring apung di waduk Cirata–
Panti benih udang galah di Palabuhan Ratu–
3 buah ruang rapat dengan kapasitas 180 orang–
Auditorium dengan kapasitas 600 orang–
Wisma tamu 24 kamar dengan kapasitas 84 orang–
Perpustakaan–
Masjid dengan kapasitas 150 orang–
Lapangan olahraga–
Hotspot internet–
Jaringan listrikSumber daya listrik yang dipergunakan di BBPBAT Sukabumi berasal dari PLN distribusi Jawa Barat dengan daya sebesar 99.000 VA untuk semua lokasi BBPBAT Sukabumi. Penanggulangan gangguan atau
pemadaman listrik di BBPBAT menyiapkan generator set (Genset) dengan daya 80 KVA (1 unit).
Komoditas Budidaya Utama – Ikan Nila (Oreochromis sp) – Mas (Cyprinus carpio L)
– Gurame (Osphrenemus gouramy Lac) – Patin(Pangasianodon hypophthalmus) – Mola (Hypopthalmicthys molitrix) – Koan (Ctenopharyngodon idella) – Baung (Mystus nemurus)
– Lobster Air Tawar (Cherax sp)
– Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de man) – Sidat (Angguilla sp)
– Lele (Clarias gariepinus)
– Kodok Lembu (Rana catesbeiania Shaw)
–
Ikan HiasA. Hasil Kegiatan Praktik Industri 1. Jenis Maskoki
Maskoki yang terdapat di BBPBAT Sukabumi terdiri dari tiga jenis yaitu Oranda, Black moor dan Calico. Bentuk dari tiap jenis Maskoki dapat dilihat pada Gambar 3, 4 dan 5.
2. Pembenihan Maskoki a. Pemeliharaan induk
–
Wadah Pengelolaan IndukInduk Maskoki di BBPBAT Sukabumi dipelihara dalam wadah berupa bak fiber bulat berdiameter 150 cm, tinggi 70 cm dengan ketinggian air 50 cm. Selain bak fiber bulat, ada juga dua buah bak fiber persegi dengan ukuran 30 x 150 x 50 cm3.
Semua bak fiber dilengkapi dengan pipa saluran pengeluaran air (outlet) berukuran 2 inchi yang terletak pada dasar bak dan pipa
Gambar 3. Oranda
Gambar 4. Black moor
(inlet) yang terbuat dari pipa PVC 0,5 inchi sebagai penyalur air ke bak filter. Bak fiber dalam pemeliharaan Maskoki dapat dilihat pada Gambar 6.
a
B
c
Gambar 6. (a) Bak Pemeliharaan induk; (b) Bak Fiber Persegi; (c) Bak Filter
Saluran pembuangan terbuat dari pipa paralon, dengan lubang-lubang kecil berdiameter 0,5 cm, terletak di bagian bawah bak induk untuk mencegah Maskoki keluar dari bak. Kotoran dan sisa pakan yang mengendap akan keluar melalui lubang-lubang pada pipa outlet, dapat dilihat pada Gambar 7.
Sebanyak 14 buah bak bulat, dua bak fiber persegi digunakan di hatchery sebagai wadah pengelolaan induk dan calon indukan Maskoki. Dua bak digunakan untuk memelihara induk yang telah mijah, dua bak digunakan untuk memelihara calon indukan yang belum mijah tapi ukuran dan umurnya telah siap pijah, sedangkan
10 bak dan dua bak persegi lain digunakan sebagai wadah pemeliharaan calon induk yang berumur rata-rata empat bulan.
Ukuran bak yang tidak terlalu luas memudahkan dalam pengontrolan pemberian pakan, pengelolaan kualitas air dan
sanitasi bak, sehingga pemeliharaan induk dilakukan secara terkontrol. Bak fiber yang digunakan untuk pemeliharaan induk dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Bak Induk
–
Induk yang dipeliharaTerdapat 20 ekor betina dan 15 ekor jantan Induk Maskoki dari ketiga jenis yang dipelihara (Oranda, Black moor dan Calico) yang berumur kurang lebih tiga tahun yang dipelihara pada dua bak dan
dibagi berdasarkan jenis kelamin. Induk ini telah memijah kurang lebih enam kali dalam satu tahun. Ada pula 24 ekor betina dan 17 ekor jantan calon indukan berumur kurang lebih delapan bulan yang siap pijah tetapi belum pernah memijah.
Panjang induk antara 16-17 cm dengan bobot berkisar 111-119 gram. Induk jantan dan induk betina dipelihara pada bak yang
berbeda, hal ini bertujuan untuk mencegah Maskoki mijah maling. Induk dipelihara dengan ketinggian air 50 cm.
a. Pemijahan
–
Persiapan sarana pemijahanWadah yang digunakan dalam proses pemijahan adalah akuarium berukuran 100 x 60 x 60 cm3dengan ketinggian air 30 cm.
Induk Maskoki merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki sifat merawat telurnya yakni dengan cara meletakkan telur pada objek atau substrat, untuk itu perlu dipersiapkan substrat sebagai media penempelan telur. BBPBAT menggunakan substrat yang terbuat dari tali plastik yang telah disisir dengan rapi. Sebelum digunakan, substrat telah dibersihkan dan dijemur kering untuk meminimalisir penyakit.
Substrat diletakkan melayang pada badan air dengan cara diberi pemberat pada ujung substrat untuk menghindari substrat
melayang di permukaan air seperti pada Gambar 9.
Gambar 9. Wadah dan Media Pemijahan
Kadar oksigen terlarut juga perlu diperhatikan dalam proses pemijahan, untuk itu media pemijahan juga dilengkapi dengan aerator yang berfungsi untuk menambah kadar oksigen terlarut dalam media pemijahan, dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Pemasangan Aerasi pada Akuarium
–
Seleksi indukSeleksi induk di BBPBAT Sukabumi dilakukan dengan cara visual dan perabaan. Secara visual dilihat dari bentuk badan, betina memiliki bentuk tubuh yang membulat jika dilihat dari atas sedangkan jantan lebih ramping. Bentuk kelamin jantan dilihat dari samping tidak menonjol serta berbentuk ouval sedangkan betina memiliki kelamin yang menonjol jika dilihat dari samping. Sedangkan kenampakan fisik seperti warna, bentuk ekor, kecerahan tidak diperhatikan.
Secara perabaan, induk betina memiliki perut yang lembek sedangkan jantan ketika perutnya diurut akan mengeluarkan cairan putih susu. Sirip dada pada jantan jika diraba akan terasa kasar
seperti butiran pasir sedangkan betina memiliki sirip dada yang halus.
Jantan dan betina hasil seleksi kemudian disatukan pada akuarium yang telah dsiapkan dengan perbandingan jantan dan betina 2:1. Secara fisik, induk jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 11.
a b Gambar 11. (a) Induk Jantan; (b) Induk Betina
–
PemijahanDalam satu kali pemijahan, BBPBAT Sukabumi menerapkan dua teknik pemijahan yakni secara alami dan buatan. Secara alami, induk Maskoki siap pijah disatukan pada akuarium dan bak yang telah disiapkan. Tidak dilakukan penimbangan berat induk dan penghitungan jumlah induk yang dipijahkan pada proses pemijahan
ini. Dapat dilihat pada Gambar 12.
a b
Gambar 12. (a) Pemijahan Alami 2 Pasang; (b) Pemijahan Alami secara Masal
Pemijahan buatan dilakukan dengan cara penyuntikan induk betina menggunakan hormon ovaprim 0,5 cc/kg induk. Induk yang dipijahkan dengan cara buatan merupakan dari jenis Oranda yang terdiri dari tiga induk betina dan enam induk jantan. Induk yang digunakan memiliki bobot 111,06 - 119,62 gram maka jumlah
hormon yang digunakan adalah 0,06 cc. Setelah disuntik, induk kemudian ditempatkan pada bak sementara induk jantan dan betina ditempatkan terpisah. Kematangan gonad terjadi 10-12 jam setelah penyuntikan.
Setelah kurang lebih delapan jam dari penyuntikan dilakukan pencampuran antara jantan dan betina untuk memancing percepatan kematangan gonad. Induk yang siap dipijahkan akan
menunjukkan pergerakan yang agresif, jantan dan betina saling berkejaran, jika telah terlihat tanda-tanda ini, segera angkat indukan untuk selanjutnya dilakukan stripping. Dapat dilihat pada Gambar 13.
a b
c d
Gambar 13. (a) Penyuntikan Induk Betina; (b) Pengeluaran Sperma; (c) Striping; (d) Pencampuran Sperma dan Telur
Sperma yang dikeluarkan menggunakan spuit kemudian dilarutkan menggunakan larutan NaCl 0,9% untuk kemudian dicampur dengan telur hasil striping. Campuran telur dan sperma segera ditebar pada akuarium yang telah disiapkan tanpa menggunakan kakaban. Telur ditebar secara cepat agar tidak terjadi gumpalan. Penebaran telur dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Tebaran Telur Hasil Pembuahan
a. Penetasan telur dan pemeliharaan larva
Telur yang terbuahi akan berwarna putih bening sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna putih. Telur yang tak terbuahi biasanya terkena jamur sehingga bisa menulari telur yang sehat, untuk itu perlu
ditambahkan Blitch Ich sebagai anti jamur. Derajat pembuahan diperoleh dari masing-masing induk sebanyak 54,6%, 53,6% dan 56,1%.
Telur hasil penebaran menetas dalam waktu 48 jam, akan tetapi tidak semua telur dapat menetas karena tidak terbuahi dan terkena jamur. Dari ketiga induk betina Maskoki Oranda yang dipijahkan, didapati HR dari masing-masing induk sebesar 22,2%, 63,5% dan 59,9%.
Larva yang baru menetas hingga berumur tiga hari tidak diberi pakan karena masih mengandalkan makanan dari kuning telur. Pada hari keempat barulah larva diberi pakan berupa pelet serbuk atau suspensi.
Larva dipindahkan ke kolam pendederan pertama yang disebut bak kerangkeng pada saat berumur tujuh hari, dimana larva telah mampu mencari makanannya sendiri.
Bak kerangkeng sebelumnya telah dipupuk menggunakan pupuk kandang yang dibungkus dengan kantong plastik dan digantung menggunakan tali plastik untuk menumbuhkan pakan alami sebagai pakan larva, dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. (a) dan (b) Pemupukan Kolam Kerangkeng
Larva pasca penebaran tidak diberi pakan buatan selama tujuh hari karena pakan alami dalam bak kerangkeng cukup untuk kehidupan larva. Larva berumur 15-25 hari diberi pakan berupa pelet serbuk atau bubur pelet. Pakan diberikan sebanyak dua kali sehari pada pukul 08.00
dan 15.00 WIB.
Maskoki berusia 40 hari kemudian di dederkan lagi pada kolam sekat yang letaknya dekat dengan bak kerangkeng. Dilakukan secara konvensional di kolam besar (luas) tanpa dilakukan pengelolaan pakan dan pembesaran secara intensif yang terkontrol dan dikelola dengan baik. Kolam sekat dapat dilihat pada Gambar 16.
b a
Gambar 16. Kolam Sekat
1. Pakan
Pakan yang diberikan berupa pelet apung dan pelet tenggelam. Empat bentuk pakan diberikan berdasarkan stadia Maskoki, pelet apung PF 1000 serta pelet tenggelam diberikan untuk induk berusia delapan bulan keatas, pelet apung PF 800 digunakan untuk benih dan calon indukan berumur dua bulan hingga tujuh bulan, sedangkan pemberian pakan untuk larva atau benih berupa pelet yang sebelumnya ditumbuk terlebih dahulu atau
dilarutkan menjadi bubur pakan juga suspensi.
Untuk semua stadia, frekuensi pemberian pakan sebanyak dua kali sehari pada pukul 08.00 dan 15.00 WIB. Penghentian pemberian pakan sementara dilakukan jika induk akan dipijahkan atau pada saat proses pengobatan Maskoki sakit.
Pakan yang digunakan dari merk Prima Feed, Sinta dan Sinar Intan. Masing-masing memiliki kandungan bahan baku berbeda, dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Bahan Baku Pakan No. Kandungan bahan baku Prima feed (%) Sinta (%) Sinar Intan Pelet apung (%) Pelet tenggelam (%) 1. Kadar air Max 10 Max 12 Max 10 Max 11
2. Protein 39-41 Min 29 31-33 24-26
3. Lemak Min 5 Min 6 Min 5 Min 5 4. Serat kasar Max 6 Max 7 Max 5 Max 6 5. Abu Max 16 Max 12 Max 13 Max 13
Sumber: Label Pakan
2. Kualitas air
Adapun parameter kualitas air yang ada di BBPBAT Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Parameter Kualitas Air
No.
Parameter Kualitas
Air
Satuan
Lokasi pengambilan sampel Sumur (sumber air) Bak Induk Maskoki Inlet Outlet 1. Suhu oC 25,9 26,2 26 25,7 2. pH - 5,75 6,15 6,77 6,89 3. O2 Mg/L 1,73 2,48 7,72 7,77 4. CO2 Mg/L 2,7 2,3 1,1 1,1 6. Amoniak (NH3) Mg/L 0,5 0,37 0,25 0,28
1. Hama dan penyakit
Maskoki yang dipelihara di BBPBAT Sukabumi banyak terjangkit penyakit, baik itu akibat bakteri, parasit atau jamur. Argulus sp dan cacing jangkar ( Lernae sp) merupakan organisme yang paling banyak menyerang
Maskoki di BBPBAT Sukabumi.
Selain kedua organisme di atas, ada pula penyerangan oleh parasit Ich yang menyerang Maskoki hampir di semua stadia dan jamur yang sering menyerang telur Maskoki ketika suhu terlalu rendah.
Gejala yang ditimbulkan berupa terjadinya perubahan warna menjadi pucat, gerakan lamban, nafsu makan menurun, lebih sering berada di permukaan air, menggesekkan badannya pada dinding serta sering meloncat ke atas permukaan air, pada kondisi parah Maskoki mengalami pendarahan, gangguan respirasi bahkan terjadi pembusukan pada
organ-organ yang terkena serangan.
C. Pembahasan
Maskoki yang dipelihara terdiri dari tiga jenis Maskoki yakni Oranda, Black moor dan Calico. Penentuan jenis ini dilihat berdasarkan ciri-ciri fisik Maskoki yang sesuai dengan yang diungkapkan oleh Evi Liviawaty dan Eddy Afrianto (1990) sebagai berikut:
1. Oranda
Nama lokal untuk Oranda adalah Spencer , tubuhnya nyaris tidak berbeda dengan Lion head . Jambulnya berwarna oranye sampai merah sedangkan tubuhnya kuning keemasan serta sirip pada punggung, dada dan ekor relatif panjang.
2. Black moor
Bentuk tubuh Maskoki Black moor merupakan gabungan dari Tosa dan Red head . Bentuk kepala mirip Tosa sedangkan mata agak membengkok
(menonjol keluar) seperti Red head . Ciri yang paling mudah dilihat adalah warna dari Maskoki Black moor yakni keseluruhan tubuhnya berwarna hitam pekat.
3. Calico
Tubuh Calico agak bundar dan memiliki kepala yang relatif kecil dengan mulut sedikit runcing, sirip ekor dan sirip punggungnya cukup panjang. Ciri khas dari Calico yang sangat digemari terutama adalah kombinasi warna pada tubuhnya yang terdiri atas hitam, putih, kuning emas dan merah.
Merawat induk Maskoki dapat dilakukan di akuarium, kolam semen atau bak fiber, faktor penting dalam pemeliharaan yakni kebersihan wadah serta air yang digunakan sesuai untuk kelangsungan hidup Maskoki. BBPBAT Sukabumi memelihara induk Maskoki di bak fiber dengan diameter 150 cm, tinggi 70 cm dan ketinggian air 50 cm dengan menggunakan air yang berasal dari sumber air berupa sumur.
Air sumur dialirkan dengan pompa menuju bak filter, filter yang digunakan berupa batu karang, spons dan saringan kain yang berbingkai dengan kata lain penyaringan air hanya untuk menyingkirkan partikel-partikel yang ada di air
tanpa mengubah kandungan zat dalam air (penyakit, DO, CO2, amoniak, dll).
Sistem filter yang digunakan BBPBAT Sukabumi menggunakan model filter vertikal seperti yang dikemukakan oleh Mashudi (2006). Filter dengan model ini biasanya diletakkan di luar wadah pemeliharaan. Prinsip kerja filter model vertikal ini adalah hukum gaya grafitasi, air dari dalam bak dialirkan menggunakan pompa menuju bak filter, di dalam bak filter air disaring kemudian air hasil saringan dialirkan kembali menuju bak-bak pemeliharaan.
Pemasangan pompa air bertujuan untuk menciptakan sirkulasi (aliran air) dalam wadah pemeliharaan induk sehingga air tetap bersih. Sirkulasi air
tersebut juga dapat membantu distribusi oksigen dan dapat menghanyutkan sisa-sisa metabolisme, bahkan sirkulasi air tersebut dapat menekan daya racun yang terkandung dalam air. Sedotan air di bawah bak yang kurang kuat tetap menyisakan bahan organik dalam bak sehingga perlu dilakukan penyifonan bak. Penyifonan dilakukan setiap dua hari atau jika dasar bak
sudah mulai dipenuhi bahan organik.
Dampak negatif dari sirkulasi air adalah menyebarnya penyakit yang diderita satu Maskoki ke Maskoki lain. Untuk itu proses penyaringan seharusnya melalui berbagai filter (biologi, fisik dan kimia). Bak filter di hatchery Maskoki BBPBAT Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. (a), (b) dan (c) Filter Air hatchery
Selain kualitas air, pakan juga berperan penting dalam proses pemeliharaan induk. Pakan yang diberikan berupa pelet buatan tanpa pakan tambahan lain.