• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 ANALISA PERANCANGAN

4.4 Desain Permukiman Vertikal Superimposisi

4.4.3 Hasil Rancangan

Superimposisi dalam rancangan terkait dengan pendefinisian dan penataan kembali pola ruang dalam hunian dari permukiman landed ke permukiman vertikal. Sehingga aspek ruang dan penataannya yang menjadi konsentrasi penelitian ini. Pendefinisian dan penataan kembali ruang tersebut bertujuan untuk memicu aktivitas dalam ruang terkait karena heterogenitas profesi dan aktivitas warga.

a. Unit Hunian

Dari hasil identifikasi aspek reciprocity dan conflict dalam ruang hunian sebelumnya didapati crossprogramming dan disprogramming dalam ruang. Hal ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas dan profesi warga. Sehingga desain yang dihasilkan sebagai berikut. Hubungan ruang antara ruang tidur-ruang tamu dan ruang tamu-ruang kerja menjadi fleksibel (dapat dialihfungsikan) sehingga terdapat 2 alternatif rancangan pada masing-masing tipikal unit yaitu unit workspace dan non-workspace.

104

Selanjutnya pada pendistribusian tipe unit hunian, dilakukan distribusi secara merata pada masing-masing blok bangunannya. Setiap blok bangunan mengakomodasi 33 sampai dengan 36 unit hunian. Pembagian jumlah antar tipe 1, 2 dan 3 nya seimbang pada setiap blok. Hal ini merupakan tuntutan prinsip metode superimposisi yang menghendaki tidak ditimbulkan dominasi salah satu fungsi atau program.

unit workspace (all-type) unit workspace (type 1)

unit workspace (type 2) unit workspace (type 3)

Gambar 4.38 Distribusi Unit Workspace

b. Unit Non-hunian dan Distribusinya

Distribusi sirkulasi vertikal utama pada desain permukiman vertikal superimposisi mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI 03-1746-2000) Pasal 115 Jarak pencapaian ke tangga kebakaran dari setiap titik dalam ruang efektif, maksimal 25 meter apabila tidak dilengkapi dengan spinkler dan maksimal 40 meter apabila dilengkapi dengan spinkler. Sehingga jarak terjauh yang dipakai adalah 25 meter karena tidak memakai sprinkler.

Gambar 4.39 Distribusi Sirkulasi Vertikal Utama

Program non-hunian memiliki kriteria yang statis dan khusus. Hal ini menyebabkan perencanaannya terpisah dengan program lain. Hasil eksplorasi tata massa ruang non-hunian lebih cenderung terpusat karena menuntut agar semua blok massa hunian dapat mengaksesnya. Distribusi unit non-hunian dapat dilihat melalui Gambar 4.25

106 c. Unit Public Space dan Workspace

Gambar 4.41 Potongan Skematik Bangunan

Gambar 4.27 menunjukkan bentuk superimposisi di lantai atas permukiman. Keterhubungan antar platform juga timbul dalam lansekap yang naik ke lantai 2 hunian yang membuat gap antar platform hilang. Tata kontur dibiarkan sedemikian rupa dengan coakan dan model terasering untuk memicu aktivitas (bermain, memancing, dan sebagainya).

Terkait dengan terdapatnya hunian yang berfungsi juga sebagai tempat kerja, tentunya kebutuhan akan aksesibilitas penjual dan pembeli menjadi hal yang perlu diperhatikan. Melalui superimposisi, lines yang diwakili oleh sirkulasi menata ulang sirkulasi vertikal dalam bentuk yang tidak hanya terpusat pada satu titik namun ada pula yang didistribusikan ke beberapa titik untuk mempermudah aksesibilitas.

Gambar 4.43 Ruang Multi-Interpretasi Sebagai Workspace dan Public Space Public space yang menjadi workspace pula. Ruang multi-interpretasi pada lantai dasar unit hunian sebagai workspace dengan kriteria profesi yang memiliki kebutuhan khusus dalam alat yang digunakan. Sebagai contohnya bengkel seperti pada Gambar 4.20 di atas.

1

0

8

d. Konsep Penataan Massa

Gambar 4.45 Diagramatik Penataan Massa

Penataan massa melalui superimposisi ditunjukkan dengan distribusi unit hunian yang merata. Massa terbagi menjadi beberapa blok untuk memenuhi kriteria penghawaan dan menghilangkan kesan masif. Public space dalam setiap blok hunian memiliki porsi dan fungsi yang sama, guna memicu dan mengakomodasi aktivitas yang ada pada bentuk lingkungan landed. Pemisahan zona hunian dengan non-hunian seperti masjid dan balai warga yang bersifat terpusat memiliki tujuan untuk memberikan akses yang mudah bagi seluruh masyarakat tepi sungai Medokan Semampir. Penataan massa blok hunian mengikuti pola site berikut dengan building setback-nya.

1

0

9

e. Rancangan Site Plan

1

1

0

f. Rancangan Tampak Site

Gambar 4.48 Tampak Site Permukiman Vertikal Alternatif 1

Komposisi-komposisi asimetris terdiri dari bentuk bentuk balok yang timbul dari proses superimposisi mampu menciptakan ruang-ruang sisa untuk kepentingan publik pada tiap platform lantainya. Ruang-ruang-ruang ini merupakan manifestasi public space dan workspace.

1

1

1

Gambar 4.50 Tampak Site Permukiman Vertikal Alternatif 2

Bentuk keseluruhan bangunan dibentuk melalui kondisi topografi dan superimposisi. Superimposisi membentuk arsitektur kantilever dari unit-unit yang menjorok dengan beberapa variasi jarak. Secara tidak langsung, lubang-lubang yang merupakan manifestasi public spacepada tiap platform lantai memecah kesan masif bangunan.

1

1

2

g. Rancangan Blok Hunian

Tabel 4.10 Denah Blok Bangunan

Gambar Rancangan Keterangan

Berikut adalah gambar denah lantai 1. Pada lantai ini mengakomodasi 8 buah unit hunian. Hubungan antar ruang berdasarkan hasil iterasi. Prinsip tumpang tindih masing-masing platform lantai pada sistem tetap melalui tipe unit hunian 1.

Keterangan: • Tipe 1 – Hijau • Tipe 2 – Kuning • Tipe 3 – Merah

Berikut adalah gambar denah lantai 2. Pada lantai ini mengakomodasi 7 buah unit hunian. Terdapat ruang terbuka pada lantai 2 yang terhubung langsung dengan lantai 1 melalui lansekapnya

Keterangan: • Tipe 1 – Hijau • Tipe 2 – Kuning

1

1

3

Tabel Lanjutan 4.10 Denah Blok Bangunan

Gambar Rancangan Keterangan

Berikut adalah gambar denah lantai 3. Pada lantai ini mengakomodasi 8 buah unit hunian. Void pada lantai ini mengakomodasi interaksi warga dalam aspek visual antar lantai.

Keterangan: • Tipe 1 – Hijau • Tipe 2 – Kuning • Tipe 3 – Merah

Berikut adalah gambar denah lantai 4. Pada lantai ini mengakomodasi 8 buah unit hunian. Void juga terdapat pada lantai ini sebagai kriteria desain tangga yang terdistribusi ke beberapa titik.

Keterangan: • Tipe 1 – Hijau • Tipe 2 – Kuning

1

1

4

Tabel 4.11 Distribusi Unit Workspace Pada Blok Bangunan

Gambar Rancangan Keterangan

Terdapat 3 tipe unit hunian pada lantai ini. Dengan 2 tipe hunian yang merupakan hunian dengan workspace. Penempatan kedua unit hunian ini

berdasarakn pada kriteria khusus jenis pekerjaan (Aksesbilitas khusus seperti bengkel; dan workshop)

Keterangan:

• Biru : hunian workspace 2 tipe hunian dengan 2 unit hunian workspace. Hunian workspace di lantai ini adalah yang tidak memiliki kriteria khusus

Keterangan:

1

1

5

Tabel Lanjutan 4.11 Distribusi Unit Workspace Pada Blok Bangunan

Gambar Rancangan Keterangan

Unit workspace di platform ke 3 ini berdekatan untuk memicu aktivitas dalam public space pada lantai ini dan pembeli dapat langsung mengetahui unit workspace di sini.

Keterangan:

• Biru : hunian workspace Platform atau bidang lantai ini tidak memiliki unit workspace karena dinilai terlalu jauh capaiannya.

1

1

6

Tabel 4.12 Letak Public Space Pada Blok Bangunan

Gambar Rancangan Keterangan

Lantai dasar blok hunian

memiliki kelebihan public space yang lebar pada ke dua arah orientasi utama yakni jalan raya dan tepi sungai. Sehingga keduanya dapat dimanfaatkan secara optimal bagi warga sekitar. Baik bentuk interaksi dengan warga seberang atau interaksi dengan warga luar daerah stren kali.

Pada lantai dua, public space yang dihasilkan merupakan hasil superimposisi platform 1 dan 2 yang menyebabkan timbulnya koneksi langsung antara lantai dasar dan lantai 2.

1

1

7

Tabel Lanjutan 4.12 Letak Public Space Pada Blok Bangunan

Gambar Rancangan Keterangan

Setiap bubble space atau ruang multi-interpretasi dalam setiap lantai memiliki perbedaan luas dan posisi. Dengan perbedaan luas dan bentuk menyebabkab skala ruang berbeda-beda. Hal ini dapat menstimulasi aktivitas yang beragam di setiap titik

bubble spacetersebut termasuk

setiap lantainya.

Pada lantai 4 walaupun tidak digunakan sebagai unit

workspacenamun public space

tetap disediakan untuk kebutuhan aktualisasi diri.

118 h. Tampak Blok Bangunan

Gambar 4.52 Tampak Selatan Blok Bangunan

Gambar 4.53 Tampak Utara Blok Bangunan

i. Perspektif Rancangan

Gambar 4.55 Perspektif Normal Blok Bangunan

120

Dengan bantuan bentuk massa memanjang along-side yang sejajar dengan lahan sisa buildable area yang sebagai jalur inspeksi tercipta promenade pada jalur inspeksi. Hal ini dapat menjadi nilai lebih dari relokasi in-situ tepi sungai dengan membuat kawasan tepi sungai lebih livable baik untuk kegiatan memancing, taman, dan area olahraga ringan (public space).

Dokumen terkait