• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGHAYATAN SPIRITUALITAS DALAM

G. Hasil Refleksi

1. Apa yang anda ketahui tentang Spiritualitas Hati?

Bagi saya Spiritualitas Hati adalah hidup berdasarkan Hati, Hati yang sungguh-sungguh bersumber pada Kristus sendiri. Suatu semangat yang menjiwai seluruh hidup, dimana setiap tindakan dan perbuatan benar-benar berakar pada Hati yang sungguh-sungguh, seperti Yesus sendiri. Spiritualitas Hati adalah suatu kepenuhan cinta yang tidak mengharapkan imbalan. Dalam diri Yesus kepenuhan Hati-Nya sangat terungkap dalam peristiwa sengsara, dan wafat-Nya. Konstitusi MSC no 10, dikatakan bahwa, sebagai MSC, kita hidup berdasarkan kepercayaan akan Cinta Allah Bapa yang dinyatakan dalam Hati Kristus. Kita mau menyerupai Yesus yang mencinta dengan Hati manusiawi, kita mau mencinta melalui Dia, dan bersama Dia, serta mewartakan Cinta-Nya kepada dunia. Bagi saya hal menjadi jelas bahwa Spiritualitas Hati adalah “hidup berdasarkan

kepercayaan akan Cinta Allah Bapa, yang terungkap melalui Yesus Putera-Nya. Mencinta melalui Dia, dan bersama Dia. Konstutusi MSC no 13, berbicara tentang semangat yang menjiwai, dengan semangat cinta kasih dan kebaikan hati, kerendahan hati dan kesederhanaan, semangat cinta akan keadilan dan keprihatinan bagi semua orang, teristimewa mereka yang amat miskin.

2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang

ini?

Menjadi saksi bahwa Yesus sungguh-sungguh hidup dalam diri saya. Saksi dimana Yesus sendiri yang menjadi pedoman dan arah hidup. Kehadiran kita sebagai Bruder MSC harus sungguh-sungguh menjadi tanda dan lambang dimana Dia yang memanggil kita (Bruder) adalah setia.

3. Apa ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan

Tarekat lain?

Kesetiaan pada hidup doa. Kehadiran serta tindakan dan perbuatan kita, sebagai salah satu hal yang dapat mengingatkan para Imam akan hakikat kita sebagai MSC.

4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC?

Membangun nilai konfraternitas sebagai MSC, meskipun berbeda fungsi. Adanya kesadaran dalam diri saya bahwa kita adalah MSC, bukan saya sebagai Bruder atau Pastor. Hal ini yang mendukung bagi saya untuk mampu hidup bersama dengan konfrater saya. Hal lain juga adalah kemampuan untuk menerima dan mensyukuri segala perbedaan yang ada.

5. Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup doa, hidup komunitas, hidup karya (kerasulan), hidup kaul dalam kehidupan sehari-hari?

Selalu membangun kesadaran dalam diri bahwa saya adalah MSC, yang membaktikan diri pada Hati Kudus. Baik hidup doa, komunitas, karya, hidup kaul menjadi suatu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bagi saya semuanya saling mengandaikan dan saling mendukung. Dalam kehidupan karya dan komunitas, kaul menjadi dasar yang mendorong seluruh tindakan.

Responden 2

1. Apa yang anda ketahui tentang Spiritualitas Hati?

Spiritualitas hati mempunya dua arti kata yang berbeda. Yang menjadi bahan refleksi saya tentanng spiritualitas hati adalah: Spirit, yang artinya Roh atau lebih sederhana lagi adalah Roh Kudus. Maka, Roh kudus inilah yang menjiwai dan menuntut kita, mengubah gaya hidup kita sebagai MSC. Sedangkan, hati berarti pusat dari segalah kehidupan manusia. Yang, di dalamnya terdapat kejahatan dan kebaikan kita sebagai manusia lemah. Biasanya, hati di gunakan sebagai sesuatu yang baik di dalam diri kita. Misalnya, hati yang mencintai, hati yang rendah hati, hati yang berbelah rasa, hati yang peduli, hati yang peka serta juga melalui hati, kita bisa berpikir dan bekerja. Sehingga, jika dihubungkan Spiritualitas Hati berarti cara atau gaya hidup menurut hati.

2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang ini?

Peran kita di dalam hidup menggereja saat ini adalah, sebagai rasul yang menghidupkan. Bukan dengan cara berkhotbah di dalam gereja atau di depan umat tetapi dengan cara memberdayakan umat serta mewarnai kehidupan mereka dengan semangat yang menjiwai dan membangun kehidupan mereka melalui kemampuan- kemampuan yang kita miliki. Kehadiran kita di tengah- tengah hidup menggereja sebagai bruder MSC, bukan untuk mempimpin misa tetapi mengangkat kehidupan umat dan menggerakan mereka dengan potensi- potensi yang kita miliki, baik dengan cara berkatekse di tengah- tengah umat atau pun melalui bidang pendidikan maupun bidang pertania. Sehingga, dari sini akan nampak peran kita sebagai bruder MSC di tengah- tengah hidup menggeraja saat ini.

3. Apa ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan tarekat

lain?

Ciri khas kita sebagai bruder MSC adalah semangat persaudaraan. Memang, dalam hal ini saya sangat bangga dengan MSC. Karena, sampai saat ini saya tidak pernah menemukan di tarekat lain. Dan, semangat persaudaraan MSC di kenal di mana- mana. Apalagi, di saat kita berkumpul atau ada kegiatan bersama. Masing- masing pribadi dengan keunikan tersendiri. Dan, keunikan- keunikan ini muncul dengan melahirkan jiwa- jiwa humoris di antara kita. Hal ini juga, yang di tekankan di dalam konstitusi kita. Salah satu hal yang saya

banggakan dari MSC bruder, tidak ada perbedaan antara tua dan muda. Bahkan yang tua lebih senang bertemu dengan yang muda bahkan bersharing seperti teman seangkatan. Hal ini, yang membuat saya merasa lebih dekat, lebih enjoy dan terasa lebih akrab.

4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC?

Sejauh ini, relasi saya dengan para imam MSC, tidak ada hambatan. Semuanya berjalan lancar. Membangun relasi dengan para imam, rasanya sangat mudah dan tidak ada jarak antara saya dengan mereka. Dalam berelasi, saya selalu menghargai mereka sebagai imam bukan karena malu atau minder tetapi menghargai mereka sebagai saudara saya sendiri. Yang, membuat saya senang dan mudah berelasi dengan para imam adalah bisa bercanda dan bersharing bersama bahkan dari persaudaraan inilah saya bisa belajar banyak hal dari mereka.

5. Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup

doa, hidup komunitas, hidup karya (kerasulan), hidup kaul dalam kehidupan sehari-hari?

Cara saya memahami dan menghayati hidup Doa saya adalah saya mengibaratkan sebagai orang yang haus akan minuman dan lapar akan makanan. Doa bukanlah suatu aturan atau kewajiban tetapi doa merupakan suatu kerinduan saya yang mendalam akan Tuhan. Sampai saat ini, saya menyadari bahwa saya kuat bukan karena saya tetapi karena doa- doa saya kepada Tuhan. Sering saya merasa tidak mampu dalam mengerjakan tugas- tugas yang di

percayakan kepadaku, tapi ternyata itu bisa, sehingga dari pengalaman- pengalaman ini menyadarkan saya bahwa ternyata doa adalah kekuatan dalam hidupku. Sehingga di dalam situasi maupun keadaan apapun itu saya berusaha mengambil waktu untuk berdoa karena dengan melalui doa saya bisa menimbah kekuatan baru. Dengan, melalui hidup doaku yang semakin kuat, membuat hidup berkomunitasku semakin baik dan semakin bertanggung jawab. Didalam hidup berkomunitas saya selalu berusaha untuk ada bersama dengan konfrater yang lain di saat ada kegiatan komunitas maupun saat rekreasi bersama. Mungkin, hal ini kelihatan sangat sederhana tetapi bagi saya sangat bermakna. karena, justru benih- benih persaudaraan dan kekeluargaan serta kepedulian terhadap konfrater yang lain semakin tumbuh melalui kegiatan komunitas maupun rekreasi bersama. Kepedulian inilah yang menghatar saya dalam menjawab hidup panggilan saya sebagai seorang bruder MSC, dengan kelebihan dan kekurangan saya. Hal kongrit yang bisa saya lakukan adalah menjalani tugas- tugas harian saya di dalam komunitas dengan hati yang terbuka dan penuh tanggung jawab. Saya menyadari, bahwa dengan setiapa tugas yang di jalani dengan hati yang terbuka dan penuh tanggung jawab maka terasa semuanya bisa terselesaikan dengan baik. Dampak dari penghayatanku ini mengantar saya pada suatu kesadaran bahwa menjadi bruder MSC berarti berani untuk menerima tugas yang di percayakan tarekat, baik itu di tugas yang kecil maupun tugas yang besar. Semua ini tidak lepas dari kaul ketaatan. Dan cara saya menghayati kaul-kaul saya selama ini adalah dengan mencoba menghayati hidup yang sederhana. Hidup sederhana yang saya maksudkan di sini adalah merawat dan menjaga barang-

barang pribadi dan barang-barang komunitas dengan baik. Tidak banyak menuntut, tetapi lebih banyak melakukan apa yang bisa saya lakukan dan memakai yang bisa dipakai.

Responden 3

1. Apa yang anda ketahui tentang spiritualitas hati?

Yang saya pahami, spiritualitas hati yaitu semangat yang menjiwai kita sebagai Misionaris Hati Kudus. Dengan bersumber pada hati Yesus yang muda tergerak oleh belaskasihan, berbela rasa untuk kaum kecil, dan juga hati yang terbuka untuk kita semua.

2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang

ini?

Saya merasa kita telah berperan banyak dalam hidup menggereja dimasa sekarang ini. Dimana banyak hal telah kita buat baik itu memberdayakan orang (umat), memberikan diri kita menjadi bak sampah untuk orang lain dan,tentunya menjadi pendengar bagi mereka yang ingin di dengarkan. Mungkin dikalangan kita sebagai biarawan bruder belum nampak dikalangan masyarakat pada umumnya namun saya yakin, kita telah berbuat banyak meskipun itu kecil dan tersembunyi dikalangan masyarakat.

3. Apa ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan tarekat lain?

Sejauh ini, saya belum temukan ciri khas kita yang lebih menonjol sebagai bruder MSC, namun ciri kita yang khas sebagai MSC yakni nilai persaudaraan yang akrab satu sama lain dan sence of humor ini menjadi ke khasan kita sebagai MSC. sebagai MSC ini saya rasakan dikalangan kita sebagai MSC. Namun satu kebanggaan bagi saya sebagai bruder MSC, mendengar ungkapan, sharing dari para konfrater bruder tentang pengalaman karya baik itu karya yang diemban atau studi yang dipercayakan, memberikaan wawasan atau cara pandang saya tentang bruder kedepan dan ini memotifasi saya untuk melihat kualitas diri saya yang berguna untuk diri, Tarekat, dan Gereja.

4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC?

Tentunya saya belum lama menjadi seorang biarawan MSC dan belum banyak mengalami perjumpaan dengan para konfrater lainnya, relasi saya dengan para konfrater terlebih para pastor sejauh ini terjalin baik bahkan sangat baik. Prinsip saya saat menjadi biarawan MSC yakni baik bruder maupun Pastor mereka adalah saudara saya. Tentunya bayak perbedaan yang mencolok dikalangan umat dan masyarakat secara luas namun kiranya jangan di kalangan kita sebagai biarawan MSC.

5. Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup

Doa, hidup komunitas, hidup karya (kerasulan),hidup kaul dalam kehidupan sehari- hari?

Saya sadari ketika awal masuk menjadi calon biarawan bruder MSC, saya telah diarakan untuk setia mengikuti doa harian, ekaristi, kunjungan sakramen dan silentium, semua ini wujud doa yang telah saya temukan di tempat pembinaan, yang tentunya menjadi pegangan, bekal saya sebagai biarawan dimanapun saya berada. Tentunya tidak mudah juga untuk mempertahankan yang telah ada terkadang ada alpanya, bolos pun sering, tetapi saya sadari ,bahwa saya masih manusia namun saya butuh pembaharuan yakni penyadaran diri bahwa saya biarawan yang MSC, dan juga ada saudara-saudara saya yang bisa menjadi teman untuk berbagi pengalaman rohani yang membangun/ memotifasi saya untuk melihat kembali motivasi awal saya.

Menghidupi ketiga kaul sebagai gaya hidup yang harus dihidupi, saya sadari setiap hari saya tertantang untuk melihat kualitas diri saya terlebih nilai dari ketiga kaul ini dalam diri, terlebih saat ini,namun tidak menjadi tolak ukur untuk memudarkan panggilan saya, saya kembalikan lagi bahwa saya adalah manusia yang biarawan.

Responden 4

1. Apa yang anda ketahui tentang spiritualitas hati?

Spiritualitas hati adalah gaya hidup menurut Hati berdasarkan cara hidup, cara merasa seperti Yesus Kristus. Gaya hidup menurut hati inilah yang dihidupi dalam menjalani hidup sehari-hari bagi mereka yang membaktikan diri dengan sepenuh hati dalam panggilan khusus entah itu pastor, bruder, suster dan

tak tertutup bagi umat awam yang menggantungkan hidupnya dalam belas kasih Hati Kudus Yesus. Pusat dari spiritualitas hati adalah Hati Yesus sendiri.

2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam menggereja sekarang ini?

Bruder MSC hadir di tengah gereja dengan suatu gaya hidup menurut Hati yang tak lepas dari berbagai macam karya pelayanan. Terlebih dalam bidang kategorial misalnya, sekolah, panti asuhan, perbengkelan, tapi juga dalam pendampingan iman umat dalam medan karya. Namun lebih dari semua itu peran yang paling utama adalah menamplkan gaya hidup menurut Hati dengan sungguh-sungguh sehingga banyak orang yang percaya akan belas Kaish Allah dalam hidup mereka melalui teladan hidup kita.

3. Apakah ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan

tarekat lain?

Bruder MSC dengan gaya hidup menurut Hati itulah yang menghantar kita pada suatu persaudaraan sejati dalam hidup bersama. Kesiapsediaan secara penuh dalam menjalankan tugas perutusan dimanapun kita diutus. Dalam semangat cinta kasih persaudaraan kita hidup bersama dan dalam ketaatan kita menjalankan tugas yang dipercayakan kepada kita.

4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC?

Relasi antara imam dan bruder MSC terjalin sangat harmonis dan seiring sejakan dalam satu spiritualitas. Jabatan dinomorduakan ketika kita hidup dan tinggal bersama. Kita lebih menekankan MSC dan kita adalah satu MSC. Kita

menghayati bahwa pertama-tama saya dipanggil untuk menjadi biarawan MSC dan imam MSC, bruder MSC adalah yang kedua.

5. Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup

doa, hidup komunitas, hidup karya, (kerasulan), hidup kaul dalam kehidupan sehari-hari?

Hidup doa sebagai seorang biarawan bruder MSC menjadi harga mati dalam kehidupan sehari-hari tidak ada tawar menawar. Brevir dan misa setiap hari menjadi bagian yang utama dalam memulai suatu hari baru. Tentu bersama – sama dengan komunitas dimana kita berada. Di dalam komunitas kita hidup dengan menghadirkan kasih Allah sehingga bersama konfrater-konfrater lain kita bisa merasa nyaman tinggal di dalam komunitas. kaul-kaul yang dihadapi menjadi rambu-rambu dalam perjalan hidup sebagai seorang biarawan dalam menanggapi panggilan Tuhan atas diri kita.

H.Pembahasan Refleksi

Dari hasil refleksi tentang pemahaman akan spiritualitas hati yang sudah dijawab oleh para responden yang terdiri dari para bruder yunior dapat disimpulkan bahwa dari pertanyaan nomor 1 tentang pemahaman spiritualitas hati dari ke-empat responden semuanya mengungkapkan pemahaman mereka akan spiritualitas hati dengan berbeda-beda pendapat tetapi mempunyai inti yang sama yaitu Hati Kristus sebagai pusat yang menjiwai seluruh hidup dalam setiap karya. spiritualitas hati dimengerti dan dihayati sebagai kepasrahan kepada Bapa yang

penuh cinta melaui Hati Putera-Nya. Yesus tergerak Hati oleh belaskasihan, berbelarasa terhadap kaum miskin, peduli terhadap sesama. Sikap Hati Yesus inilah yang menjadi contoh dan gaya hidup sebagai seorang bruder MSC. spiritualitas hati hendaknya dipahami juga sebagai Putera Allah yang berbelaskasih mencintai manusia dengan hati manusiawi.

Dalam pertanyaan nomor 2 tentang peran bruder MSC dalam hidup menggereja sekarang ini, dari ke 4 responden. 1 responden menekankan soal kesaksian hidup di tengah umat menjadi peran yang nyata yang dapat dijadikan sebagai kesaksian hidup. Sedangkan 3 responden menekankan bahwa peran bruder sekarang ini sebagai rasul yang menghidupkan artinya mampu memberdayakan umat lewat karya-karya yang telah dibuat misalnya dalam bidang pendidikan, pertanian, katekese, panti asuhan. Semua karya yang dibuat hendaknya menampilkan gaya hidup menurut Hati. Gaya hidup menurut Hati menunjuk pada Hati Kristus. Para bruder MSC hendaknya sungguh-sungguh menjalankan perannya sebagai biarawan dengan menunjukkan kualitas sebagai manusia yang profesional dalam karya-karyanya.

Sedangkan dalam pertanyaan nomor 3 menyangkut ciri khas sebagai bruder MSC dari 4 responden 1 responden mengungkapkan kesetiaan dalam doa dan kehadiran serta tindakan yang nyata merupakan peran yang nyata. Sedangkan 3 responden mengungkapakan bahwa semangat persaudaraan dan rasa humor menjadi ciri khas sebagai MSC. Persaudaraan membuat hubungan lebih dekat sehingga sangat membantu dalam membangun hidup komunitas. Persaudaraan yang kuat menjauhkan rasa senioritas dan yunioritas. Semua merasa sama

disatukan dalam MSC. Semangat persaudaraan dalam MSC memang sangat ditekankan dan diharapkan dapat dilaksanakan oleh semua anggota MSC.

Dalam pertanyaan nomor 4 tentang relasi bruder MSC dan imam MSC, dari keempat responden mengungkapkan bahwa relasi antara bruder dan Imam MSC terjalin dengan baik dan harmonis karena adanya kesadaran bahwa kita adalah MSC dan dalam tarekat MSC tidak ada pembedaan antara bruder dan Imam. Keduanya saling mendukung dan bekerjasama dalam misi menyebarkan cinta Hati Kudus Yesus di seluruh dunia. Pemahaman dan kesadaran akan suatu perutusan yang sama membawa dampak positif bagi pelayanan di tengah-tengah umat.

Dalam pertanyaan refleksi nomor 5 tentang memahami dan menghayati hidup doa, komunitas, karya dan hidup berkaul, para responden tidak menjabarkan satu demi satu tetapi lebih menyimpulkan bahwa hidup doa, komunitas, karya dan hidup berkaul saling kait-mengait, artinya merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Hidup doa menjadi santapan setiap hari dan merupakan sumber kekuatan dalam menjalani hidup dan aktifitas. Doa mampu menjawab semua keraguan dan kecemasan dalam diri. Doa adalah pegangan dalam hidup. Dalam hidup berkomunitas berusaha untuk hadir bersama dengan konfrater. Berusaha memberi diri untuk komunitas karena kehadiran dalam acara-acara kemunitas adalah salah satu cara untuk semakin mengeratkan persaudaraan. Dalam komunitas berusaha untuk menghadirkan kasih Allah sehingga suasana dalam komunitas terasa damai dan saling mendukung. Komunitas adalah tempat menimba kekuatan-kekuatan untuk menjalankan tugas

sehari-hari. Komunitas yang hidup tampak dalam kegembiraan dan keceriaan anggota komunitas karena pasti dalam komunitas itu dilandasi dengan semangat persaudaraan. Hidup karya adalah sarana untuk berbakti kepada Tuhan lewat pelayanan-pelayanan yang dilakukan. Karya yang dibuat atau dilakukan untuk membantu umat untuk semakin memanusiakan manusia dan terlebih untuk semakin mendekatkan umat kepada Tuhan. Karya-karya yang dibuat atau dilakukan bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi tetapi untuk perkembangan umat.

I. Harapan-harapan

Sebagai seorang bruder MSC hendaknya menjadi seorang biarawan yang

mempunyai hati bagi umat. Mempunyai hati dalam hal ini mengikuti kedalaman Hati Yesus. Kedalaman Hati Yesus ditunjukkan dalam :

1. Kelembutan, kesederhanaan dan kerendahan hati.

Yesus menunjukan suatu kedalaman hati yang selalu bersyukur kepada Bapa-Nya. Ia selalu mengundang mereka yang miskin dan tersingkir untuk belajar dari Dia, “yang lemah lembut dan rendah hati.” (Mat 11:25-30). Yesus menempatkan diri-Nya diantara umat-Nya dengan kerendahan hati untuk melayani bukan untuk dilayani. Yesus sungguh-sungguh hadir ditengah-tengah umat-Nya dengan memberikan peneguhan, kekuatan dan motivasi bahwa Allah Bapa mengasihi dan mengampuni yang bersalah. Yesus datang dengan kemuliaan-Nya namun mau menjadi hamba untuk umat manusia. Yesus datang ke dunia tidak mencari kedudukan atau jabatan agar dihormati namun Yesus datang

menjelma menjadi manusia sama dengan manusia lain bahkan Yesus rela menyerahkan hidup-Nya untuk menebus manusia.

2. Berbelaskasih dan berbela rasa

Yesus menunjukan kepedulian Hati-Nya kepada manusia secara konkrit dengan menyembuhkan orang sakit (bdk Mat 14:14), memberi makan (bdk, Mrk 8:2). Semua menunjukan Hati-Nya yang tergerak oleh belaskasihan. Namun belaskasihan ini bukan hanya sebatas perasaan saja tapi sungguh-sungguh diwujudkannya. Dengan demikian Yesus sungguh-sungguh menunjukan sikap Hati-Nya dengan begitu peduli melihat manusia yang terpuruk dan terpinggirkan. Hati-Nya yang terbuka melihat penderitaan orang lain adalah gerakan hati untuk menjangkau semua orang agar mendapat perhatian dan kasih sayang. Kita diundang untuk memberi hati untuk menjadi sumber keselamatan bagi orang lain. Kita diundang untuk mewartakan Hati Kristus yang tertikam dan terbuka sebagai kabar gembira dan sebagai tanda dari kasih Allah yang tidak berkesudahan. Kita menghantar dan menghadirkan Kristus bukan hanya kepada mereka yang menderita tetapi juga kepada mereka yang membuat penderitaan itu sehingga terjadi pertobatan untuk membaharui dan merubah hati.

Kedalaman hati Yesus inilah yang harusnya menjadi contoh dan teladan bagi para bruder yunior MSC dalam mengembangkan kepribadian dan tentunya dalam pengabdiannya ditengah-tengah umat dan masyarakat. Mengikuti Yesus berarti kita harus bersikap sederhana, berbelaskasih, peka, peduli dan rendah hati.

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan

Gereja dewasa ini mengharapkan para pelayan yang sungguh-sunguh mempunyai hati bagi umat-Nya terutama bagi mereka yang miskin dan tersingkir sehingga Kerajaan Allah di dunia tumbuh dan berkembang yaitu penuh cinta

Dokumen terkait