• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Teknik Analisis Data

1. Hasil Tahap Analyze Learner

Tahap Analyze learner merupakan tahap awal penelitian pengembangan LKS yang telah dilakukan. Tahap Analyze learner berfungsi untuk menganalisis kebutuhan-kebutuhan dalam pembelajaran. Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis terhadap berbagai hal untuk dijadikan dasar mendesain dan mengembangkan produk yaitu analisis situasi pembelajaran dan analisis karakteristik siswa. Hasil yang diperoleh pada tahap Analyze learner adalah sebagai berikut.

74

a. Hasil Analisis situasi pembelajaran

Analisis situasi pembelajaran didasarkan hasil pengamatan dan kajian situasi dari permasalahan yang ada di lapangan dan produk apa yang mampu membantu menyelesaikan masalah pendidikan yang ada. Pada tahap analisis situasi pembelajaran, peneliti melakukan observasi kegiatan pembelajaran matematika yang dilakukan di SMA N 1 Pengasih. Hasil observasi yang dilakukan selama dua bulan (saat peneliti praktik mengajar/PPL) diketahui bahwa pembelajaran sudah berlangsung dengan baik dan guru memberikan konsep matematika dari yang paling dasar hingga kompleks dengan baik.

Pembelajaran matematika yang dilakukan hanya dengan diberikan catatan materi yang sedang dipelajari di papan tulis kemudian siswa diberikan waktu untuk mencatat dan diberikan soal latihan. Siswa cenderung mendengarkan dan menerima apa yang disampaikan guru sehingga kurang terlibat aktif dalam menemukan konsep-konsep matematika yang sedang dipelajarinya.

Ada beberapa komponen penting pembelajaran di sekolah yang belum dimiliki. Komponen tersebut diantaranya adalah sumber belajar dan media ajar matematika yang sesuai dengan karakter siswa di sekolah tersebut. Berdasarkan beberapa komponen tersebut, diketahui bahwa sekolah belum memiliki Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sebagaimana seharusnya. Berdasarkan pengamatan pada saat PPL siswa hanya memiliki buku paket matematika kurikulum 2013 revisi

75

2014 dan satu buku tersebut digunakan untuk 2 orang siswa. Buku tersebut digunakan siswa sebagai pegangan pembelajaran di kelas. Pada semester genap ini, siswa tidak memiliki panduan belajar baik buku paket matematika kurikulum 2013 revisi 2016 maupun lembar kegiatan siswa yang dapat digunakan secara individu. Berdasarkan hasil wawancara, guru juga mengaku mengalami kesulitan mendapatkan bahan ajar sebagai media pembelajaran di kelas. Guru juga belum mengembangkan LKS yang dapat memfasilitasi siswa dalam menemukan konsep-konsep matematika secara mandiri sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dikembangkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan yang lebih bervariasi yang mampu mengajak siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian siswa tidak hanya menerima dan menghafal materi yang sampaikan oleh guru, namun juga turut berpartisipasi dalam menemukan konsep-konsep baru dan membangun pengetahuannya sendiri, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih baik. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah guided discovery (penemuan terbimbing). Pendekatan guided discovery dapat

membantu siswa memahami materi yang dipelajari dengan lebih baik dan membuat materi yang dipelajari lebih lama membekas pada memori siswa karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses penemuannya.

76 b. Analisis Karakteristik Siswa

Analisis dilakukan dengan cara melakukan diskusi bersama guru matematika disekolah, wawancara secara langsung kepada siswa dan pengamatan langsung terhadap siswa kelas X MIA 4. Berdasarkan hasil analisis karakteristik siswa diperoleh data yang meliputi:

1) Karakteristik Umum Siswa

Siswa kelas X MIA 4 SMA N 1 Pengasih berjumlah 33 orang dengan siswa laki-laki berjumlah 10 orang dan siswa perempuan berjumlah 23 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diperoleh informasi bahwa rata-rata pekerjaan wali murid siswa kelas X MIA 4 adalah PNS dan wiraswasta. Dari segi sosial ekonomi siswa tergolong sedang atau menengah.

Latar belakang tingkat pendidikan siswa X MIA 4 adalah lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan ada siswa yang juga sekaligus lulusan dari Pondok Pesantren. Mereka berusia antara 15-16 tahun, dapat disebut juga sebagai remaja. Siswa kelas X MIA 4 juga memiliki berbagai bakat atau keahlian, terutama dalam bidang olahraga dan seni.

2) Kemampuan awal siswa

Analisis kemampuan awal siswa diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan keterampilan yang telah atau belum dimiliki siswa dalam kegiatan pembelajaran

77

matematika. Hasil analisis ini diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara kepada siswa.

Pada bulan Juli hingga September 2016, peneliti melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah tempat uji coba dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil observasi selama penelitian didapatkan informasi bahwa kemampuan siswa dalam pelajaran matematika dapat dikatakan sedang. Siswa masih bergantung pada penjelasan guru sehingga siswa masih merasa kesulitan jika ada soal-soal yang lebih kompleks. Rata-rata nilai UAS yang diperoleh siswa kelas X MIA 4 yaitu 74 dengan KKM 65. Nilai tersebut masih cenderung rendah.

Dalam pembelajaran, siswa belum bisa menalar atau memecahkan suatu masalah secara mandiri sehingga sangat membutuhkan bimbingan dari gurunya. Selain itu, siswa membutuhkan panduan belajar secara bertahap langkah demi langkah supaya mudah paham bukan hanya diberikan rumus instan yang harus dihafalkan. Pada dasarnya siswa kelas X sudah mampu menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat abstrak, akan tetapi dalam hal trigonometri siswa masih menemukan banyak kesulitan terutama dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan permasalahan sehari-hari. Siswa juga masih membutuhkan bantuan ataupun bimbingan dari guru untuk memahami materi yang dipelajari.

78

Berdasarkan analisis karakteristik siswa di atas, peneliti mengembangkan LKS dengan pendekatan guided discovery untuk membantu dan memotivasi siswa dalam belajar trigonometri. 3) Gaya-gaya belajar siswa

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas X MIA 4 SMA N 1 Pengasih, gaya belajar siswa dalam belajar matematika senang dengan tipe belajar audio-visual. Dalam belajar matematika, siswa mengaku lebih senang berdiskusi dengan temannya pada saat pembelajaran matematika. Rasa ingin tahu siswa SMA cenderung mencoba dan menemukan hal-hal yang baru terutama inovasi pembelajaran yang baru ia peroleh.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengembangkan LKS dengan pendekatan guided discovery. LKS sebagai media belajar dan pendekatan guided discovery dapat memfasilitasi siswa mendapatkan bimbingan seperlunya dari guru sehingga dapat sesuai dengan gaya belajar siswa yang audio-visual.

Dokumen terkait