• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Tangkapan Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis

DAFTAR LAMPIRAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.2. Hasil Tangkapan Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis

Tingkat eksploitasi atau pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis di wilayah penangkapan Perairan Selat Bali dengan alat tangkap purse seine

memperoleh hasil tangkapan multispesies. Hasil tangkapan multispesies tersebut terdiri dari spesies Lemuru, Tongkol Layang, Kembung dan spesies lainnya. Hasil tangkapan multispesies dilihat dari data produksi Provinsi Jawa Timur dan

Bali tahun 1990-2009 karena Perairan Selat Bali dimanfaatkan oleh dua pemerintah daerah tersebut.

Produksi multispesies sumberdaya perikanan pelagis yang ditangkap dengan menggunakan alat tangkap purse seine di Perairan Selat Bali berturut-turut adalah ikan Lemuru, Tongkol, Layang, Kembung dan spesies lainnya. Spesies lainnya adalah spesies ikan yang ditangkap merupakan gabungan atau penjumlahan dari berbagai macam spesies yang jumlahnya relatif kecil. Hal ini dilakukan karena tidak semua data tersedia untuk satu jenis ikan yang sama karena ikan-ikan tersebut diasumsikan tidak banyak tertangkap atau bahkan tidak sengaja tertangkap. Urutan produksi tersebut diurutkan berdasarkan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap jumlah total produksi. Produksi multispesies sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali berfluktuasi dalam periode tahun 1990-2009. Secara rinci perkembangan produksi multispesies sumberdaya perikanan pelagis berdasarkan spesies di Perairan Selat Bali disajikan pada Gambar 10.

Berdasarkan Gambar 10 terlihat bahwa produksi spesies Lemuru merupakan hasil tangkapan yang terbesar ditangkap dengan menggunakan alat tangkap purse seine di Perairan Selat Bali. Produksi spesies Lemuru tertinggi diperoleh pada tahun 2007 yakni sebesar 79 828.00 ton dan produksi terendah diperoleh tahun 1999 yakni sebesar 7 484.00 ton dan terendah pada tahun 1999 yaitu sebesar 7 484.00 ton. Penurunan jumlah hasil tangkapan spesies Lemuru pada tahun 1999 diduga karena terjadinya penurunan jumlah upaya penangkapan (trip) purse seine mencapai 58 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan meningkatnya hasil tangkapan spesies Lemuru pada tahun 2007 juga terjadi

karena peningkatan jumlah upaya penangkapan sebesar 146.00 persen dari tahun sebelumnya. Dalam jangka pendek kenaikan jumlah upaya penangkapan akan meningkatkan jumlah hasil tangkapan, sebaliknya dalam jangka panjang kenaikan upaya penangkapan tidak diikuti oleh kenaikan jumlah hasil tangkapan.

Sumber : Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Jawa Timur dan Bali, 1990-2009 (diolah).

Gambar 10. Grafik Perkembangan Produksi Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis di Perairan Selat Bali Tahun 1990-2009

Selanjutnya jumlah hasil tangkapan (produksi) spesies Tongkol tertinggi diperoleh pada tahun 1999 yakni sebesar 15 373.00 ton dan produksi terendah diperoleh tahun 2003 yakni sebesar 496.00 ton. Produksi spesies Layang tertinggi diperoleh pada tahun 2001 yaitu sebesar 3 821.00 ton dan produksi terendah tahun 1996 yaitu sebesar 442.00 ton, sedangkan produksi spesies Kembung tertinggi diperoleh pada tahun 1992 yaitu sebesar 1 621.00 ton dan produksi terendah pada tahun 2008 yaitu sebesar 1.00 ton. Peningkatan dan penurunan produksi multispesies sumberdaya perikanan pelagis tentu saja akan

-10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Lemuru Layang Tongkol Kembung Lainnya

Tahun P ro d uks i ( T o n)

berdampak terhadap ekonomi lokal karena ikan pelagis adalah hasil tangkapan nelayan yang dominan. Terlihat pula bahwa pada saat produksi spesies Lemuru jumlah hasil tangkapannya tertinggi maka jumlah hasil tangkapan spesies Tongkol terendah. Terdapat kecendrungan bahwa kenaikan produksi spesies Lemuru menyebabkan menurunnya produksi spesies pelagis lainnya. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh musim ikan. Berdasarkan informasi dari lapangan, musim puncak spesies Lemuru terjadi pada bulan Agustus sampai dengn November, musim paceklik atau kurangnya produksi Lemuru terjadi pada bulan Desember dan pada bulan Januari biasanya produksi ikan Lemuru sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Spesies Tongkol, musim puncaknya terjadi pada bulan Januari sampai dengan Maret, sedangkan spesies Layang musimnya hampir mengikuti musimnya spesies Lemuru. Spesies Kembung lebih cenderung menjadi ikan yang terbawa atau tidak sengaja tertangkap. Akan tetapi karena musim ikan ini sangat tergantung pada kondisi alam seperti cuaca, angin dan lain-lain maka tingkat ketidakpastiannya (uncertainty) tinggi.

Produksi multispesies sumberdaya perikanan pelagis Perairan Selat Bali rata-rata tahun 1990-2009 didaratkan sebesar 45.50 persen di Jawa Timur dan 54.50 persen didaratkan di Bali. Pendaratan ikan dilakukan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) masing-masing wilayah sehingga dicatat sebagai produksi pada masing-masing wilayah tersebut. Produksi multispesies sumberdaya perikanan pelagis yang didaratkan di Provinsi Jawa Timur dan Bali Tahun 1990-2009 secara grafik disajikan pada Gambar 11 dan 12.

Berdasarkan Gambar 11 terlihat bahwa spesies Lemuru juga merupakan spesies dominan yang didaratkan di Jawa Timur yaitu sebesar 74.24 persen,

selanjutnya spesies Layang sebesar 7.46 persen, Tongkol 7.32 persen, Kembung 0.80 persen dan sisanya 10.18 persen adalah spesies lainnya. Berdasarkan Gambar 12 terlihat pula bahwa spesies Lemuru merupakan spesies dominan yang didaratkan di Bali yaitu sebesar 80.01 persen, kemudian spesies Tongkol 9.88 persen, Layang 2.72 persen, Kembung 0.46 persen, dan spesies lainnya 6.92 persen. Dari hasil tangkapan total spesies Lemuru di Perairan Selat Bali yang didaratkan di Jawa Timur 42.19 persen dan Bali 57.81 persen, dari total spesies Tongkol yang didaratkan di Jawa Timur adalah sebesar 40.25 persen dan Bali 59.75 persen, dari total spesies Layang yang didaratkan di Jawa Timur adalah sebesar 75.26 persen dan Bali 24.74 persen.

Sumber : Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Jawa Timur, 1990-2009 (diolah). Gambar 11. Produksi Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis yang

Didaratkan di Provinsi Jawa Timur Tahun 1990-2009.

Sementara itu, dari total hasil tangkapan atau produksi kembung didaratkan sebesar 65.69 persen di Jawa Timur dan 34.31 persen di Bali, dan dari total spesies lainnya didaratkan 38.59 persen di Jawa Timur dan 61.41 persen di

Bali. Secara rinci produksi multispesies sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali disajikan pada Lampiran 3.

Sumber : Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali, 1990-2009 (diolah).

Gambar 12. Produksi Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis yang Didaratkan di Provinsi Bali Tahun 1990-2009.

6.3. Hasil Tangkapan Per Unit Upaya Penangkapan Multispesies

Dokumen terkait