• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

4.2.3 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika

Hasil tes kemampuan komunikasi matematika siswa pada kelas eksperimen mempunyai rata-rata 79,91 dan untuk kelas kontrol 68,78. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematika siswa yang mendapat pembelajaran dengan model konstruktivisme dalam setting tutor sebaya lebih tinggi dari pada rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematika siswa yang mendapat pembelajaran dengan model ekspositori.

Rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematika siswa pada kelompok eksperimen selanjutnya diuji ketuntasan hasil belajar. Secara Individual, uji t satu pihak menunjukkan bahwa siswa telah mencapai ketuntasan belajar individual. Secara klasikal, uji proporsi menunjukkan bahwa persentase siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar telah melampaui 75%. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Konstruktivisme dalam setting tutor sebaya dapat membantu siswa mencapai ketuntasan belajar.

Berdasarkan hasil uji kesamaan dua rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematika siswa masing-masing kelas diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran konstruktivisme dalam setting tutor sebaya berbeda secara signifikan bila dibandingkan dengan rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematika siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran ekspositori. Hasil tes kemampuan komunikasi matematika siswa yang dikenai model pembelajaran konstruktivisme dalam setting tutor sebaya lebih baik daripada hasil tes kemampuan komunikasi matematika siswa yang dikenai model pembelajaran ekspositori.

Berdasarkan hasil analisis data terlihat bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini sesuai dengan teori belajar Vygotsky yang menyatakan bahwa suatu pengetahuan tidak diperoleh anak secara sendiri melainkan mendapat bantuan dari lingkungannya. Ini sesuai dengan perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu pembelajaran dengan model konstruktivisme dalam setting tutor sebaya di mana siswa memperoleh pengetahuan baru dengan berinteraksi dengan

teman sebayanya di dalam kelas. Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab adanya perbedaan kemampuan komunikasi matematika antara siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran konstruktivisme dalam setting tutor sebaya dengan siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran ekspositori adalah sebagai berikut.

(1) Pada model pembelajaran konstruktivisme dalam setting tutor sebaya, guru merancang pembelajaran dalam bentuk kelompok yang membantu siswa dalam memahami materi dan membangun pengetahuannya sendiri dengan bantuan tutor sebaya dan bimbingan guru. Akibatnya, siswa lebih mudah mengingat materi yang telah dipelajari. Pada pembelajaran ekspositori, siswa cenderung pasif dalam menerima materi, sehingga kemampuan siswa dalam memahami materi tergantung pada kemampuan individu.

(2) Melalui model pembelajaran konstruktivisme dalam setting tutor sebaya, pembelajaran lebih menarik sehingga siswa menjadi semangat belajar. Indikator meningkatnya semangat siswa tersebut adalah keaktifan siswa dalam menyampaikan pendapat, hasil diskusi, dan menangggapi pendapat temannya. Pada pembelajaran ekspositori, guru yang hanya menerangkan dan membahas soal secara klasikal sehingga siswa kurang aktif dalam menyampaikan gagasan. Kegiatan pembelajaran hanya didominasi oleh beberapa siswa yang memiliki keberanian cukup besar untuk menyampaikan pertanyaan atau menjawab pertanyaan guru.

(3) Penerapan model pembelajaran konstruktivisme dalam setting tutor sebaya dapat membuat siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-

konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi dalam kelompok, akan terjalin komunikasi dimana siswa saling berbagi ide atau pendapat.

80

BAB 5

PENUTUP

5.1

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa pembelajaran model konstruktivisme dalam setting tutor sebaya terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VII pada materi segi empat efektif karena beberapa hal berikut.

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dalam setting tutor sebaya dapat mengantarkan siswa mencapai ketuntasan belajar.

2. Kemampuan komunikasi matematika siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme dalam setting tutor sebaya lebih baik dibandingkan kemampuan komunikasi siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran ekspositori.

5.2

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut.

1. Guru matematika SMP N 24 Semarang dalam menyampaikan materi segi empat dapat menerapkan model pembelajaran pembelajaran konstruktivisme dalam setting tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Pada awal pembelajaran siswa masih memerlukan penyesuaian dengan model pembelajaran konstruktivisme dalam setting tutor sebaya sehingga sebelum pembelajaran guru sebaiknya memberikan penjelasan tentang model pembelajaran yang diterapkan.

3. Guru matematika SMP N 24 Semarang dapat menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam setting tutor sebaya pada materi pokok pelajaran matematika lainnya dengan adanya variasi pembelajaran dan inovasi baru dalam pembelajaran.

4. Perlunya pengembangan media pembelajaran yang lain untuk dapat dikombinasikan dengan model pembelajaran konstruktivisme dalam setting tutor sebaya maupun pembelajaran ekspositori sehingga media tersebut mampu membantu guru dalam mengajarkan materi yang akan diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustyaningrum, Nina. 2010. Implementasi Pembelajaran Model Learning Cycle 5e untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa IX B SMP Negeri 2 Sleman. Yogyakarta : Skripsi UNY. Tersedia di http://eprints.uny.ac.id/2070/1/skripsi_nina.pdf [Diakses 20 Agustus 2013]. Anni, C.T. dkk. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES. Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT REMAJA

ROSDAKARYA.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Posedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).

Jakarta: Bumi Aksara.

Asikin, Mohammad. 2011. Daspros Pembelajaran Matematika I. Semarang :UNNES.

Brenner, Marry E. 1998. “Development Mathematical Comunication in Problem Solving Groups by Language Minority Students”. Bilingual Reseach Journal. 22:2,3 & 4 Spring, Summer, & Fall 1998. Tersedia di http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.119.5920&rep=re p1&type=pdf [Diakses 15 Januari 2103].

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Dimiyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung :

PT Remaja Rosdakarya.

Irmansyah. 2006. “Efek Model Pembelajaran Konstruktivisme melalui Pembelajaran Matematika di SMP”. Jurnal Pendidikan, Volume 7, Nomor 2, September 2006, 89 - 101. Tersedia di http://blog.uad.ac.id/sitinuraini/files/2011/12/PEMBLJR.pdf [Diakses 10 Februari 2013].

Jones, M.Gail & Brader-Araje, Laura. 2002. “The Impact of Constructivism on Education: Language, Discourse, and Meaning”. American Communication

http://www.aeroinstructor.com/2006/04/does-social-constructivism-have-a- place-in-flight-training/ [Diakses 10 Februari 2013].

Kusni. 2003. GEOMETRI. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Larasati, Dwi. 2007. “Penerapan Pendekatan Konstruktivisme pada pembelajaran Teorema Phytagoras di Kelas 8 SMP.” Jurnal Pendidikan Inovatif. Volume 3, Nomor 1, September 2007.

Latifah, Lutviarini. 2012. Keefektifan Metode Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi segi empat. Semarang: Skripsi UNNES.

Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES PRESS. Nair, Subadrah. 2005. “Penggunaan Model Konstruktivisme Lima Fasa

Needham dalam Pembelajaran Sejarah.” Jurnal Pendidik dan

Pendidikan. Jil.20, 21-41, 2005. Tersedia di

http://web.usm.my/education/publication/JPPSubradah%20%2821.42%2 9B.pdf

National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Prinsiples and Standards for School Mathematics. Reston: NCTM.

Nuharini, D. & T.Wahyuni. 2008. MATEMATIKA KONSEP DAN APLIKASINYA. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Pradini, Atiek Noor. 2012. Keefektifan model pembelajaran inquiri dengan alat peraga dan LKPD berbasis GQM terhadap pemahaman segi empat.

Semarang : Skripsi UNNES.

Puspendik Balibatang Kemendiknas. 2012. Laporan Hasil Ujian Nasional.

Jakarta : Puspendik Balibatang Kemendiknas.

Saad, N.S & S.A.Ghani. 2008. Teaching Mathematics in Secondary Schools : Theories and Practices. Perak: Universiti Pendidikan Sultan Idris.

Setiawan, Rahman. 2011. Keefektifan model pembelajaran kooperatif NHT berbantuan alat peraga dan LKS terhadap hasil belajar siswa SMP Al- Islam Gunungpati Semarang kelas VII semester 2 pada materi pokok segitiga tahun ajaran 2009/2010. Semarang: Skripsi UNNES.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiarto. 2009. Bahan Ajar Workshop Pendidikan Matematika I. Semarang: Jurusan Matematika UNNES

Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung : UPI.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Suyitno, Amin. 2011. Dasar-dasar Proses Pembelajaran Matematika 1. Semarang : FMIPA UNNES.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka.

Uno, Hamzah B. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wintarti, Atik dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Dokumen terkait