• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Uji Coba Produk

3. Hasil Uji Coba Lapangan

Uji coba Lapangan dilaksanakan dengan metode eksperimen yang melibatkan peserta didik kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan Perangkat Pembelajaran IPA bagi peningkatan sikap ilmiah dan berpikir kritis peserta didik.

Kelas VII A sebagai kelas eksperimen melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran IPA yang telah dikembangkan sedangkan kelas VII B sebagai kelas kontrol melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan perangkat yang dibuat oleh guru mengacu pada hasil MGMP IPA Kurikulum 2013 edisi revisi tahun 2016. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen diberikan soal pretest sedangkan soal postest diberikan setelah pembelajaran. Soal pretest dan postest digunakan untuk mengukur

128

pencapaian pemahaman sikap ilmiah dan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Hasil yang diperoleh pada uji coba Lapangan meliputi hasil observasi keterlaksanaan RPP, hasil penilaian kemampuan berpikir kritis, hasil penilaian sikap ilmiah, dan hasil uji beda kemampuan berpikir kritis dan sikap Ilmiah pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

a. Hasil observasi keterlaksanaan RPP

Observasi keterlaksanaan RPP dilakukan oleh dua orang observer pada kelas eksperimen (kelas VII A) yang diberi perlakuan berupa draft 3 berupa perangkat pembelajaran IPA berbasis karakter dengan pendekatan Salingtemas. Pembelajaran dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3x40 menit untuk pertemuan pertama dan ketiga sedangkan untuk pertemuan kedua adalah 2x40 menit.

Keterlaksanaan RPP ini digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan rencana yang telah dibuat sesuai dengan sintaks pendekatan Salingtemas yang meliputi invitasi, eksplorasi, penemuan, kreasi, pengajuan penjelasan dan solusi, serta pengambilan tindakan. Adapun data keterlaksanaan RPP pada uji coba Lapangan dapat dilihat pada Tabel 19 dan secara Lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 9a.

Tabel 19. Data Keterlaksanaan RPP pada Uji Coba Lapangan Persentase Keterlaksanaan RPP Pertemuan l (%) Persentase Keterlaksanaan RPP Pertemuan 2 (%) Persentase Keterlaksanaan RPP Pertemuan 3 (%) Rerata Persentase Keterlaksanaan RPP (%) 100 100 100 100

129

Objek pengamatan keterlaksanaan RPP adalah tahapan-tahapan guru dalam proses pembelajaran yang menggunakan sintaks Salingtemas. Adapun persentase keterlaksanaan RPP pada pertemuan I, ll, dan III mencapai persentase maksimal yaitu sebesar 100%. Hal ini terjadi karena guru model memperhatikan pendekatan yang digunakan, sehingga langkah pembelajaran yang digunakan memperhatikan urutan langkah sesuai dengan sintaks pendekatan Salingtemas. Selain itu, pemahaman guru model terhadap pendekatan Salingtemas dan manajemen waktu yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana. Hal tersebut dibuktikan dengan terlaksananya semua sintaks pendekatan Salingtemas. Adapun penjelasan keterlaksanaan RPP secara lebih rinci dipaparkan sebagai berikut.

1) Penilaian Keterlaksanaan RPP Pertemuan 1

Pada kegiatan pendahuluan guru mengondisikan peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran dan membuka pembelajaran dengan berdoa bersama. Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan cakupan materi pembelajaran.

Guru memberikan pertanyaan pancingan “Diantara kalian, adakah yang mampu menyebutkan contoh benda hidup dan benda tak hidup di sekitar kita? Apa yang membuat kalian mampu menggolongkan sebuah benda termasuk dalam golongan benda hidup dan tak hidup?” sebagai apersepsi dengan tujuan untuk menggiring pengetahuan peserta didik tentang perbedaan benda hidup dan tak hidup. Guru menanggapi jawaban dari peserta didik. Setelah itu guru membagi peserta didik menjadi 6

130

kelompok. Kemudian guru membagikan LKPD dan menjelaskan petunjuk di LKPD. Lalu guru menginstruksikan peserta didik untuk mengamati gambar di dalam LKPD.

Sebelum melakukan eksperimen pada kegiatan inti, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengamati gambar di LKPD tentang contoh gambar di sekitar lingkungannya. Kemudian peserta didik diminta mengelompokkan gambar tersebut menjadi dua kelompok, dengan kriteria bebas sesuai keinginan masing-masing peserta didik. Dari berbagai jawaban tentang kriteria pengelompokan, peserta didik kemudian berdiskusi untuk memilih rumusan masalah di dalam LKPD dan menuliskannya pada kolom yang telah tersedia.

Tahap selanjutnya adalah menginstruksikan peserta didik untuk mengamati objek di tempat yang telah ditentukan. Guru membimbing peserta didik untuk mengikuti langkah-langkah pengamatan Lapangan sesuai petunjuk yang tertera di LKPD. Setelah peserta didik mengisi semua tabel di LKPD, guru mengarahkan peserta didik untuk masuk ke dalam kelas. Kemudian guru meminta peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKPD.

Guru meminta peserta didik untuk kembali membaca rumusan masalah yang mereka susun. Lalu menanyakan apakah peserta didik menemukan jawaban atas rumusan masalah setelah melakukan kegiatan pengmatan Lapangan? Kemudian guru meminta perwakilan tiap kelompok bergantian maju ke depan untuk membahas semua kolom kerja

131

di LKPD. Bersama peserta didik, guru menyimpulkan hasil pembelajaran.

Guru membagikan sebuah mikroskop beserta preparatnya kepada tiap-tiap kelompok. Guru menayangkan 1video tentang bagian-bagian mikroskop beserta penggunaannya di depan kelas. Guru meminta peserta didik pada tiap-tiap kelompok untuk mencoba menggunakan mikroskop sesuai tayangan video. Bersama peserta didik, guru mengulang menyebutkan bagian-bagian mikroskop dan cara penggunaannya.

Kemudian guru memberikan penugasan kepada peserta didik secara kelompok untuk membuat alat pembesar sederhana menggunakan barang-barang bekas di sekitar lingkungan rumah. Serta mencari 10 jenis daun untuk dibawa saat pertemuan selanjutnya.

2) Penilaian Keterlaksanaan RPP Pertemuan |I

Pada kegiatan pendahuluan guru membuka dengan salam dan melakukan absensi. Peserta didik dikondisikan untuk duduk sesuai dengan kelompoknya. Guru kemudian memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan, “Perhatikan daun-daun yang kalian bawa. Apakah kalian dapat melihat bahwa dari 10jenis daun tersebut terdapat perbedaan? Selain adanya perbedaan, bisakah kalian melihat adanya persamaan?”. Setelah menanggapi jawaban dari peserta didik, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain memberikan apersepsi, guru juga memotivasi peserta didik agar selalu

132

menanamkan sikap ilmiah dan berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari

Pada kegiatan inti, guru membagi dan menjelaskan petunjuk LKPD. Kemudian meminta peserta didik untuk mengisi rumusan masalah tentang persoalan 10 daun tadi. Kemudian, guru membimbing peserta didik untuk membuat bagan dikotom pengklasifikasian sederhana 10 daun masing-masing kelompok. Kemudian guru membimbing peserta didik untuk membuat kunci determinasi dari bagan dikotom masing-masing kelompok. Setelah kunci determinasinya jadi, maka guru melatih peserta didik untuk membaca ciri daun per daun menggunakan kunci determinasi tersebut.

Bersama peserta didik, guru menyimpulkan cara pembuatan kunci determinasi. Guru mengajak peserta didik untuk belajar lagi menyusun kunci determinasi dengan menjawab soal-soal yang ada di LKPD. Guru menugaskan kepada peserta didik untuk membawa tumbuhan kecil atau serangga kecil beserta gelas plastik bekas air mineral untuk percobaan di pertemuan selanjutnya.

3) Penilaian Keterlaksanaan RPP Pertemuan III

Pada kegiatan pendahuluan guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa, kemudian mengondisikan peserta didik untuk duduk sesuai dengan kelompoknya. Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan, “Adakah yang tahu cerita tentang Mummy? Mummy adalah jasad manusia yang diawetkan. Adapun bahan pengawet yang digunakan

133

diantaranya balsam dan kapur barus. Dalam IPA juga dikenal cara pengawetan makhluk hidup, diantaranya adalah herbarium dan awetan kaca. Tahukah kalian apa tujuan adanya pengawetan?”. Setelah mendengarkan jawaban peserta didik, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Kemudian guru membagikan menjelaskan petunjuk LKPD. Kemudian meminta peserta didik untuk menuliskan rumusan masalah masing-masing kelompok. Setelah itu, guru menjelaskan sifat resin dan KOH serta keamanan penggunaannya. Guru menginstruksikan peserta didik untuk membuat awetan daun/hewan kecil sesuai petunjuk. Kemudian membimbing peserta didik untuk belajar mencari posisi hewan/tumbuhan yang diawetkan sesuai urutan klasifikasinya mulai dari spesies hingga kingdom. Guru membimbing peserta didik cara memahami dan menghafalkan tingkatan taksonomi dan nama-nama kingdom menggunakan jembatan keledai.

Bersama peserta didik, guru menyimpulkan hasil percobaan. Kemudian memberikan penugasan kepada peserta didik untuk mengerjakan latihan di buku paket bab Klasifikasi Makhluk Hidup. Guru menginformasikan bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan harian tentang Bab Klasifikasi Makhluk Hidup.

b. Hasil Respon Peserta Didik terhadap Perangkat Pembelajaran Respon peserta didik terhadap perangkat pembelajaran diukur dengan menggunakan angket. Angket respon yang diberikan kepada peserta didik

134

meliputi angket respon terhadap LKPD dan respon terhadap proses pembelajaran. Angket respon yang diberikan kepada peserta didik uji coba Lapangan ini memiliki konten yang sama dengan angket respon yang diberikan pada peserta didik dalam kelas uji coba terbatas, skor yang diberikan oleh peserta didik kemudian direrata dan dikonversi ke dalam nilai skala empat.

1) Respon terhadap LKPD

Penilaian respon terhadap LKPD meliputi 4 aspek yaitu: kelayakan materi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan. Adapun hasil rerata skor respon peserta didik untuk masing-masing aspek disajikan dalam Gambar 13 dan secara Lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 9b.

Gambar 13. Histogram Rerata Skor Respon Peserta Didik Terhadap LKPD Tahap Uji Coba Lapangan

Berdasarkan masukan pada saat uji coba terbatas, bahwa peserta didik merasa bingung dengan pemilihan diksi pada kalimat LKPD, maka pada uji coba lapangan peserta didik diberikan LKPD dengan bahasa yang Lebih sederhana sehingga memudahkan pemahaman peserta didik. dengan

Aspek Skor

135

produk yang telah direvisi dari aspek bahasa, terdapat kenaikan skor dibandingkan pada saat uji coba terbatas yakni dari 3,20 menjadi 3,45.

Begitu pula dengan saran pada uji terbatas pada aspek grafik, yang menyarankan agar gambar diperbesar ukurannya agar Lebih jelas. Setelah dilakukan revisi, aspek grafik juga mengalami kenaikan dari 3.51 menjadi 3.57. Rerata secara keseluruhan respon peserta didik terhadap LKPD mengalami kenaikan, yaitu dari 3.42 menjadi 3.53. Dari skala 0-4, skala tersebut sudah mendekati nilai tertinggi. Respon peserta didik terhadap LKPD adalah meningkat dan Lebih baik.

2) Respon terhadap proses pembelajaran

Terdapat tiga aspek proses pembelajaran yang dinilai oleh peserta didik yaitu aspek penerapan RPP, Kemampuan Berpikir Kritis, dan Pengembangan Sikap llmiah. Berdasarkan respon yang diberikan oleh peserta didik, diperoleh data seperti disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14. Histogram Rerata Skor Respon Peserta Didik terhadap Proses Pembelajaran Tahap Uji Coba Lapangan

Berdasarkan histogram pada Gambar 14, dapat diketahui bahwa ketiga aspek yang dinilai memiliki rerata skor yang berada dalam

Aspek Skor

136

kategori sangat baik. Skor rerata yang diperoleh aspek penerapan RPP adalah sebesar 3,74. Skor ini adalah skor tertinggi di banding dengan skor rerata aspek lainnya. Aspek Kemampuan Berpikir Kritis dan Pengembangan Sikap Ilmiah mendapatkan skor rerata sebesar 3,70 dan 3,56. Hasil tersebut menunjukkan bahwa peserta didik kelas eksperimen menanggapi sangat positif terhadap proses pembelajaran yang menerapkan perangkat pembelajaran IPA dengan pendekatan Salingtemas.

c. Hasil penilaian kemampuan berpikir kritis

Data kemampuan berpikir kritis didapatkan dari hasil pretest dan postest menggunakan soal-soal yang menguji kemampuan berpikir kritis peserta didik. Soal pretest dan postest berpikir kritis terdiri dari 9 pertanyaan dengan bentuk soal uraian. Soal tersebut diberikan baik kepada peserta didik di kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Nilai pretest dan postest kemudian dihitung rerata dan gain skornya. Adapun hasil perhitungan rerata nilai pretes, nilai postest , dan gain standar kemampuan berpikir kritis peserta didik pada uji coba Lapangan dapat dilihat pada Tabel 20. Data Lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9e dan 9f.

Tabel 20. Rerata nilai Pretest, nilai Postest, dan Gain Standar Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Uji Coba Lapangan

Kelas Rerata Nilai Pre-test Rerata Nilai Post-test Rerata Gain Standar Kategori Gain Eksperimen 19.86 75.56 0.83 Tinggi Kontrol 19.72 62.92 0.69 Sedang

137

Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat perolehan rerata nilai pretest dan postest baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Rerata nilai pretest pada kelas eksperimen adalah sebesar 19.86 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 19.72. Pada kelas eksperimen, nilai rerata berpikir kritis meningkat sebesar 55.70 dengan nilai akhir postest sebesar 75.56. Peningkatan tersebut Lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan nilai rerata pada kelas kontrol yang hanya sebesar 43.20 dengan rerata akhir nilai postest sebesar 62.92. Selain nilai rata-rata pretest dan postest , dari Tabel 21 juga dapat dibandingkan perolehan rerata gain peserta didik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Rerata gain berpikir kritis untuk kelas eksperimen adalah sebesar 0,83 sedangkan untuk kelas kontrol adalah sebesar 0,69. Perbedaan kategori gain kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen dan kontrol tersaji pada Gambar berikut.

Gambar 15. Histogram Perbandingan Nilai Standar Gain Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kondisi pada kelas eksperimen, jumlah peserta didik yang memiliki kategori gain tinggi adalah sebanyak 27 orang. Hal tersebut berbeda dengan kelas kontrol yang terdapat 11 peserta didik memiliki gain skor dalam kategori tinggi. Pada kelas eksperimen, terdapat 3 peserta didik dengan gain

S kor

138

berpikir kritis sedang. Jumlah ini jauh Lebih kecil jika dibandingkan dengan kelas kontrol yang memiliki 19 peserta didik dengan gain sedang. Kedua kelas sama-sama memiliki rerata gain skor dalam kategori sedang dan tinggi, akan tetapi rerata gain berpikir kritis kelas eksperimen Lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan perangkat pembelajaran IPA dengan pendekatan Salingtemas mampu meningkatkan berpikir kritis peserta didik.

d. Hasil penilaian sikap ilmiah peserta didik

Penilaian sikap ilmiah peserta didik pada kelas eksperimen dilakukan dengan metode angket. Penilaian dilakukan di awal dan akhir pembelajaran materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Nilai yang diberikan berkisar pada rentang 1 hingga 4, dengan nilai 1 sebagai nilai minimum dan nilai 4 sebagai nilai maksimum. Hasil penilaian angket sikap ilmiah peserta didik kemudian direrata seperti yang tersaji dalam Tabel 21.

Tabel 21. Hasil Angket Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen dan Kontrol Peserta Didik Uji Lapangan

Kelas Rerata Nilai Pre-test Rerata Nilai Post-test Rerata Gain Standar Kategori Gain Eksperimen 3.44 3.66 0.52 Sedang Kontrol 3.51 3.61 0.27 Sedang

Pada nilai rerata pretest, kelas kontrol memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Namun di rerata postest, justru sebaliknya. Kelas eksperimen yang lebih tinggi nilainya. Hal ini karena sikap ilmiah peserta didik butuh waktu dan perlu pembiasaan. Guru harus senantiasa mengingatkan dan menanamkan sikap ilmiah tersebut pada diri

139

peserta didik. Salah satu cara yang digunakan adalah memberikan motivasi di awal pembelajaran.

Kelas eksperimen mempunyai nilai peningkatan hasil sikap ilmiah yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas kontrol. Kategori gain standard antara kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama. Sama-sama berada di kategori sedang. Namun kelas eksperimen lebih tinggi nilai standar gain-nya. Hal ini menunjukkan perangkat pembelajaran IPA berbasis Salingtemas lebih membiasakan peserta didik menanamkan sikap ilmiah selama pembelajaran.

e. Perbedaan Sikap Ilmiah dan Berpikir kritis Peserta Didik pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Meskipun perbedaan rerata gain skor kemampuan berpikir kritis dan sIkap ilmiah kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah cukup menunjukkan keefektifan perangkat pembelajaran IPA berbasis pendekatan Salingtemas, akan tetapi perlu dilakukan pengujian untuk melihat signifikansi perbedaan tersebut. Dengan demikian, dapat diketahui apakah perangkat IPA yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap Ilmiah peserta didik secara signifikan atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji Muitfvan'at (Manova) dengan menggunakan gain skor kemampuan berpikir kritis dan sikap Ilmiah peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai datanya. Uji Ini dilakukan untuk menguji hipotesis sehingga terlihat perbedaan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik yang dikenai perlakuan (kelas eksperimen) berupa pembelajaran

140

menggunakan Perangkat Pembelajaran IPA berbasis pendekatan Salingtemas dengan peserta didik kelas kontrol yang menggunakan perangkat guru dengan pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 edisi revisi tahun 2016.

Sebelum dilakukan uji Manova, maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat berupa Uji Normalitas dan Uji Homogenitas. Hal ini dilakukan mengingat syarat uji Multivariat dapat dilakukan apabila data yang dianalisis merupakan data yang berdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen. Penentuan data dapat memenuhi uji normalitas dan homogenitas apabila taraf signifikansi 5% jika nilai probabilitasnya (Sig) Lebih besar dari 0,05. Apabila nilai probabilitasnya (Sig) kurang dari 0,05 maka dapat dinyatakan data tidak normal atau tidak homogen. Adapun hasil uji normalitas terhadap data sikap ilmiah sains dan berpikir kritis dengan menggunakan program SPSS 22.0 tersaji pada Tabel 23 berikut.

Tabel 22. Hasil Uji Normalitas

Data Kelas Probabilitas

(signifikansi) Keterangan Kemampuan

Berpikir Kritis

Kontrol 0,147 Normal

Eksperimen 0,059 Normal

Sikap Ilmiah Kontrol 0,285 Normal

Eksperimen 0,521 Normal

Berdasarkan hasil uji normalitas didapatkan bahwa semua data berdistribusi normal sehingga dapat dilakukan uji homogenitas. Adapun hasil uji homogenitas terhadap data kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah dengan menggunakan program SPSS 22.0 tersaji pada Tabel 23 berikut.

141 Tabel 23. Hasil Uji Homogenitas

Data Kelas Probabilitas

(signifikansi) Keterangan Kemampuan

Berpikir Kritis

Kontrol 0,371 Homogen

Eksperimen 0,666 Homogen

Sikap Ilmiah Kontrol 0,733 Homogen

Eksperimen 0,522 Homogen

Tabel 22 dan 23 menunjukkan bahwa data sikap ilmiah sains dan berpikir kritis peserta didik pada kelas kontrol maupun eksperimen berdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen karena memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05. Berdasarkan uji Normalitas dan Homogenitas tersebut, maka dapat dilakukan uji lanjut yaitu uji Manova. Uji Manova ini dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis dan Sikap ilmiah peserta didik kelas kontrol (pembelajaran konvensional) dan kelas eksperimen (menggunakan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Pendekatan Salingtemas). Adapun hasil uji Manova untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah antara kelas kontrol dan eksperimen tersaji pada Tabel 24 berikut.

Tabel 24. Hasil Uji Statistik Perbedaan Sikap ilmiah dan Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

T a b e l MultivariateTestsb

Effect Value Sig.

Kelas

Pillai's Trace 0,290 0,000

Wilks' Lambda 0,710 0,000

Hotelling's Trace 0,409 0,000 Roy's Largest Root 0,409 0,000

142

Tabel 24 menunjukkan hasil uji statistik perbedaan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik kelas kontrol dan kelas eksperimen. Nilai hasil uji Pillai's Trace sebesar 0,290; nilai uji Wilks' Lambda sebesar 0,710; nilai uji Hotelling's Trace sebesar 0,409; dan nilai uji Roy's Largest Root sebesar 0,409. Selanjutnya taraf signifikansi dari keempat uji tersebut sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa nilai signifikansi dari keempat uji tersebut kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak pada taraf signifikansi 5%. Kesimpulan yang dapat diambil adalah kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik yang menggunakan perangkat pembelajaran IPA berbasis pendekatan Salingtemas (kelas eksperimen) tidak sama dengan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik yang menggunakan perangkat pembelajaran IPA kurikulum 2013 edisi revisi 2016 (kelas kontrol).

Dokumen terkait