• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Hasil uji laboratorium

Hasil pengujian yang dilakukan pada Akademik Analis Kesehatan Banda

Aceh zat pewarna rhodamin-B dalam saus tomat dan cabe kemasan plastik (dena,

captain, ABC , dua ikan tradisional) dan tidak bermerek yang dipasarkan di pasar

di komplek Pasar Bina Usaha Meulaboh secara kromatografi kertas dengan

menggunakan eluen n-butanol dengan hasil yang negatif maka dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel : 4.1 Hasil penelitian zat warna pada saus tomat dan cabe kemasan plastik secara kromatografi kertas

No. Nama Sampel Warna Kromatogram Jarak Rambat (cm) Rf (cm) Ket

1 Sampel 1 Tidak berwarna 3,4 0,28 Negatif 2 Sampel 2 Tidak berwarna 4,5 0,37 Negatif 3 Sampel 3 Tidak berwarna 3,7 0,30 Negatif 4 Sampel 4 Tidak berwarna 2,7 0,22 Negatif 5 Sampel 5 Tidak berwarna 2,8 0,23 Negatif 6 Standar

rhodamin B Merah Muda 10 0,83 Positif

Sumber : AAK Akademik Analis kesehatan Banda Aceh ( Mei 2013 )

4.4 Pembahasan

Zat warna adalah bahan tambahan minuman yang dapat memperbaiki

atau memberi warna pada makanan dan minuman. Pemakaian zat warna pada

minuman diperbolehkan dengan maksud dan tujuan untuk mengembalikan warna

dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan, memperbaiki atau

menambah warna makanan dan minuman yang asalnya tidak berwarna atau

warnanya kurang baik, untuk memberikan warna yang seragam pada produk yang

segar dan menarik, untuk menarik perhatian dan meningkatkan selera konsumen

(Noviana, 2005).

Pewarna makanan harus memiliki syarat aman dikonsumsi, artinya

kandungan bahan pewarna tersebut tidak mengakibatkan gangguan pencernaan

maupun kesehatan, saat dikonsumsi secara terus-menerus. Secara garis besar,

berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk dalam

golongan bahan tambahan pangan, yaitu pewarna alami dan sintetis (Hidayat,

2006).

Zat pewarna sintetis merupakan zat pewarna buatan manusia.

Karakteristik dari zat pewarna sintetis adalah warnanya lebih cerah, lebih

homogen dan memiliki variasi warna yang lebih banyak bila dibandingkan dengan

zat pewarna alami. Disamping itu penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan

bila dihitung berdasarkan harga per unit dan efisiensi produksi akan jauh lebih

murah bila dibandingkan dengan zat pewarna alami. Zat pewarna yang diizinkan

penggunaanya dalam makanan dikenal sebagai permitted color atau certified

color. Untuk penggunaan zat warna tersebut harus menjalani tes dan prosedur

penggunaan yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi

pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna

tersebut (Yuliarti, 2007).

Pemakian bahan pewarna sintetis dalam makanan pangan walupun

mempunyai dampak positif bagi produksen dan konsumen, di antaranya adalah

dapat membuat suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan, dan

mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama

bahkan memberikan dampak negatif bagi kesehatan.

Menurut lembaga pembinaan dan perlindungan konsumen (LP2K),

penggunaan zat pewarna pada makanan secara tidak bertanggung jawab akan

mengakibatkan kemunduran kerja otak, sehingga anak-anak menjadi malas, sering

pusing dan menurunnya konsentrasi belajar (Sastrawijaya, 2000).

Pada saat ini penggunaan pewarna sintetis sudah meluas di masyarakat

tetapi ketidaktahuan masyarakat akan peraturan atau dosis penggunaan zat

warna, tidak jarang menimbulkan penyalahgunaan, sering dijumpai jenis pewarna

non pangan, seperti metanil yellow, auramin dan rhodamin B ternyata banyak

digunakan oleh masyarakat.

Dari beberpa penelitian yang sudah di lakukan di indonesia terhadap

produk pangan yang mengandung zat pewarna textil yaitu rhodamin b, masih

ada ditemukan produk pangan yang positif mengadung zat warna yang

berbahaya bagi kesehatan yaitu rhodamin b,

Dari pengujian yang dilakukan YLKI ( yayasan lembaga komsumen

indonesia ) pada tahun 1979-1990 diberbagai kota besar di Indonesia ternyata

masih banyak saus tomat yang menggunakan bahan bukan dari tomat asli

melainkan ubi jalar dan pepaya selain itu menggunakan bahan pewarna tidak

sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah produk saus tomat yang beredar di Pasar

Johar Kota Semarang mengandung zat warna sintetis yang dilarang menurut

Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1998.

Petugas Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Semarang

zat-zat berbahaya bagi manusia saat melakukan pemeriksaan rutin makanan di SD

Negeri Pendrikan Tengah 01-02 di Jalan Sadewa Semarang dan SD Masehi di

Jalan Imam Bonjol. Dari beberapa jajanan sekolah yang diperiksa ternyata

ditemukan dua produk

jajanan yang mengandung zat berbahaya, yaitu formalin yang ditemukan pada mie

goreng dan Rhodamin B (pewarna tekstil) ditemukan pada kerupuk dan saus isi

ulang kemasan plastik

BBPOM Makasar pada tahun 2009 sampai 2010 juga menemukan 72

sampel makanan yang mengandung zat pewarna berbahaya, salah satunya adalah

Rhodamin B.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Noviana terhadap produk

saus yang beredar di pasar Lambaro Aceh tahun 2005, diketahui dari 20 sampel

saus yang diperiksa, (saus bermerek dan tidak bermerek) maka ditemukan 5

sampel saus yang tidak bermerek positif mengandung zat pewarna yang dilarang

Dari beberapa penelitian di atas maka dapat kita simpulkan bahwa masih

ada makanan dan minuman yang mengandung zat pewarna yang berbahaya bagi

kesehatan

Sedangkan penelitian yang penulis lakukan di Kota Meulaboh terhadap

produk saus isi ulang kemasan plastik dengan jumlah sampel 5 ( lima ) hasilnya

Negatif, karna jumlah sampel yang tidak begitu banyak seperti penelitian yang di

lakukan oleh Noviana di Pasar Lambaro Banda Aceh dengan jumlah sampel 20

sampel saus yang di periksa ditemukan 5 sampel positif mengandung zat pewarna

Pada penelitian ini dilakukan proses kromatografi kertas untuk

mengetahui ada tidaknya kandungan zat pewarna yang dilarang yaitu Rhodamin-B

pada saus dua ikan, dena, captain, ABC, dan saus tidak bermerek, setelah

dilakukan uji Laboratorium di Akademik Analis Kesehatan Banda Aceh maka

hasilnya Negatif bebas dari zat warna Rhodamin-B. Penelitian ini dilakukan

dengan satu kali pengulangan dan menggunakan satu eluen. Maka kelima saus

BAB V

Dokumen terkait