• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Uji Performans

Untuk mengetahui hasil modifikasi mesin, dilakukan uji performansi. Biji hotong dikeringkan sampai mencapai kadar air 6.2%. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan bed dryer. Udara panas ditiup oleh blower menuju rak-rak pengeringan di mana biji hotong berada. Pengeringan dengan menggunakan alat pengeringan memiliki beberapa keuntungan dibandingkan penjemuran (panas matahari) antara lain waktu pengeringan yang dibutuhkan singkat dan susut tercecer yang sedikit. Hasil uji performansi mesin penyosoh pada biji hotong dengan kadar air 6.2% dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil uji performansi

Kriteria KA 6.2%

Kapasitas Penyosohan (Kg/Jam) 18.42

Rendemen (%) 72.95

Efektivitas Kipas (%) 97.65

Biji Tersosoh (%) 93.69

Biji Tidak Tersosoh (%) 5.58

Biji Pecah (%) 0.73

a. Kapasitas penyosohan

Kapasitas penyosohan menunjukan kemampuan mesin untuk melakukan penyosohan pada waktu tertentu. Penyosohan yang baik hanya memerlukan waktu yang singkat. Semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk melakukan penyosohan maka akan semakin besar kapasitas penyosohan. Sebaliknya jika waktu yang diperlukan untuk melakukan penyosohan lama, akan semakin kecil kapasitas penyosohan.

Berdasarkan gambar 15, kapasitas mesin ini sebesar 18.42Kg/Jam. Biji hotong harus ditahan dalam rumah penyosoh dalam jangka waktu yang lama agar memperoleh kualitas penyosohan dan evektifitas pemisahan sekam dan dedak yang maksimal. Kapasitas mesin sebelum dimodifikasi sebesar 32.15 Kg/Jam. Penyosohan yang lama juga dikarenakan roller penyosoh yang terbuat dari karet telah mengalami keausan. Pada dinding-dinding roller penyosoh terdapat sobekan-sobekan. Sobekan terjadi kerena faktor usia roller yang telah tua, gesekan biji hotong dengan roller dan kesalahan dalam membuat bingkai saringan.

15 25 35 KA 6.2% K a p a s it a s pe ny os oh a n ( K g /J a m ) sebelum modifikasi setelah modifikasi

Gambar 15. Grafik kapasitas penyosohan mesin sebelum dan setelah dimodifikasi pada kadar air yang sama

b. Rendemen penyosohan

Rendemen adalah hasil bagi antara berat hasil penyosohan dengan berat awal bahan yang akan disosoh. Soemardi (1975) menyatakan bahwa rendemen sosoh dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor bahan (kadar air, varietas, tingkat kematangan), faktor alat atau mesin (jenis-jenis mesin, umur mesin) dan faktor hasil sosoh (derajat sosoh).

Berdasarkan gambar 16, rendemen penyosohan mesin setelah dimodifikasi sebesar 72.95% sedangkan rendemen penyosohan sebelum dimodifikasi yang hanya sebesar 68.97%. Rendemen penyosoh mesin ini mengalami peningkatan.

68 69 70 71 72 73 74 KA 6.2% Re n d e m e n % sebelum dimodifikasi setelah dimodifikasi

Gambar 16. Grafik rendemen penyosohan mesin sebelum dan setelah dimodifikasi pada kadar air yang sama

c. Kualitas penyosohan

Pada uji penyosohan hotong ada tiga parameter yang digunakan untuk menunjukkan kualitas penyosohan yaitu persentase biji tersosoh, persentase biji tidak tersosoh dan persentase biji pecah. Selain kadar air bahan, cara penyosohan dan mesin penysosoh adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas penyosohan. Sampel seberat 1 gram yang diambil secara acak dari hasil penyosohan, digunakan sebagai contoh untuk mengetahui kualitas penyosohan. Sampel dipisah secara manual menjadi tiga bagian yaitu biji tersosoh, biji taktersosoh dan biji pecah. Tiap bagian kemudian akan ditimbang dan berat per bagain dibagi berat awal sampel.

Persentase biji tersosoh ialah berat biji tersosoh dibagi berat awal biji yang akan disosoh. Semakin besar persentase biji tersosoh berarti semakin banyak biji yang tersosoh. Berdasarkan gambar 18, setelah mesin dimodifikasi persentase biji yang tersosoh mengalami peningkatan yaitu sebesar 93.69%, sedangkan sebelum dimodifikasi sebesar 93.00% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

biji tersosoh biji tidak tersosoh biji pecah

sebelum dimodifikasi setelah dimodifikasi

Gambar 18. Grafik kualitas penyosohan mesin sebelum dan setelah dimodifikasi pada kadar air yang sama

Persentase biji tidak tersosoh ialah berat biji tidak tersosoh dibagi berat awal biji yang akan disosoh. Semakin besar persentase biji tidak tersosoh berarti semakin banyak biji yang tidak tersosoh. Persentase biji tidak tersosoh setelah modifikasi sebesar 5.58% dan sebelum dimodifikasi sebesar 3.03%.

Persentase biji pecah ialah berat biji pecah dibagi berat awal biji yang akan disosoh. Semakin besar persentase biji pecah berarti semakin banyak biji yang pecah. Berdasarkan gambar 18, persentase biji hotong yang pecah setelah dimodifikasi lebih sedikit yaitu sebesar 0.73%, sedangkan sebelum dimodifikasi sebesar 3.97%. Hal ini menunjukkan bahwa mesin dapat mengurangi jumlah biji hotong yang pecah selama penyosohan.

d. Efektivitas pemisahan dedak dan sekam

Hasil penyosohan biji hotong akan menghasilkan kulit ari dan kulit bekatul. Bekatul beras dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, bahan kosmetik,

makanan bayi, insektisida, minyak goreng dan margarin (Ciptadi,1976). Sekam atau kulit ari dapat dimanfaatkan sebagai briket yang dapat menjadi bahan baker alternatif. Efektivitas pemisahan dedak dan sekam didapat dari hasil bagi berat sekam dan dedak di siklon dengan berat total sekam dan dedak hasil penyosohan. Berat total adalah berat sekam dan dedak di siklon dijumlah berat sekam dan dedak yang tertinggal di hotong sosoh. Semakin besar efektivitas pemisahan, hasil penyosohan akan semakin bersih.

0 20 40 60 80 100 KA 6.2% E fekt ivi tas p em isah an d ed ak d an se kam ( % ) sebelum dimodifikasi setelah dimodifikasi

Gambar 19. Grafik efektivitas pemisahan dedak dan sekam sebelum dan setelah dimodifikasi pada kadar air yang sama

Berdasarkan gambar 19, setelah dimodifikasi efektivitas pemisahan dedak dan sekam mengalami peningkatan yaitu sebesar 97.65%, sedangkan efektivitas pemisahan dedak dan sekam sebelum dimodifikasi hanya sebesar 14.56%. Efektivitas pemisahan dedak dan sekam yang besar, menunjukkan bahwa saringan dan kipas penghisap bekerja dengan baik. Pengatur keluaran biji hotong hasil penyosohan menyebabkan kulit dan dedak akan terlebih dahulu jatuh ke saluran pengeluaran biji hotong, sedangkan biji hotong tertahan di dalam ruang penyosoh. Kulit dan dedak biji hotong akan lebih mudah dihisap oleh blower jika tidak bercampur dengan hasil penyosohan. Pencampuran hasil penyosohan dengan kulit akan menyebabkan angin penghisap tidak langsung mengenai kulit dan dedak.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Mesin penyosoh biji hotong menggunakna prinsip gesekan dan tekanan mengikuti mesin penyosoh beras tipe engelberg.

2. Kapasitas mesin ini sebesar 18.42 Kg/Jam. Waktu yang diperlukan untuk penyosohan lama karena biji hotong ditahan dalam rumah penyosoh dalam jangka waktu yang lama agar kualitas penyosohan dan evektifitas pemisahan sekam dan dedak maksimal. Rendemen sosoh lebih besar daripada mesin sebelum dimodifikasi yakni sebesar 72.95%.

3. Efektivitas pemisahan dedak dan sekam mesin ini sebesar 97.65%. Efektivitas kipas hasil modifikasi ini lebih baik dibandingkan efektivitas kipas mesin sebelumnya

4. Kualitas penyosohan mesin hasil modifikasi lebih meningkat daripada mesin sebulum dimodifikasi. Persentase biji tersosoh sebesar 93.69%, persentase biji tidak tersosoh sebesar 5.58%, persentase biji pecah sebesar 0.73%.

B. Saran

1. Dengan menggunakan rancangan dan metode yang sama, sebaiknya mesin penyosoh ini diubah menjadi tipe mesin kontinyu sehingga kapasitas penyosohan meningkat.

2. Hasil sampingan penyosohan biji hotong berupa sekan dan dedak sebaiknya dapat dimanfaatkan sehingga dapat menambah nilai ekonomis biji hotong.

Dokumen terkait