BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
B. Data dan Analisis Data
2. Hasil Wawancara
Hasil wawancara, selanjutnya dikategorisasikan sesuai dengan karakteristik yang muncul.
a. Pengkodean ( Coding )
Proses pemberian kode dalam penelitian ini adalah berdasarkan karakteristik yang sering muncul pada data hasil wawancara. Ada beberapa karakter yang sering muncul dalam hasil wawancara pada
subjek yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar. Pengkodean hanya dilakukan untuk hasil wawancara terhadap subjek yang menggunakan pendekatan mendalam.
Berikut adalah kode-kode untuk pendekatan mendalam.
Tabel 4.6 Kode Hasil Wawancara PM
Konteks Skala pertama Skala kedua
Motivasi Urutan kesukaan mata pelajaran
Urutan kedua Urutan ketiga Alasan menyukai fisika Penasaran
Senang mengerjakan soal Faktor guru
Fisika menyangkut kehidupan sehari-hari
Lain-lain : penalaran, hitung-hitungan, rumus-rumus
Strategi Teman belajar Mandiri kelompok Cara belajar Catat rumus
Menghapal rumus Membaca rumus Mengerjakan soal Les privat
Mengulang kisi-kisi
Membuat soal sendiri dan menjawabnya
Setiap karakteristik yang muncul dalam hasil wawancara diberi skor 1 untuk masing-masing skala kedua. Pemberian skor tidak berdasarkan jumlah subjek yang diwawancarai. Artinya, jika dari satu subjek yang diwawancarai muncul dua karakter atau lebih, maka setiap karakter tersebut mendapat skor 1 sehingga satu subjek yang diwawancari dapat memperoleh skor lebih dari satu kali untuk skala pertama yang sama.
Untuk hasil wawancara terhadap subjek yang menggunakan pendekatan permukaan tidak menunjukkan adanya kemunculan karakter yang berulang, sehingga pengkodean tidak dilakukan dan analisis terhadap hasil wawancara dalam transkrip wawancara langsung dilakukan.
b. Analisis Hasil Wawancara
Setelah melakukan pengkodean terhadap karakteristik yang sering muncul dalam hasil wawancara, maka langkah selanjutnya adalah pengkategorisasian data. Pengkategorisasian data dilakukan pada hasil wawancara dalam transkrip data wawancara. Untuk setiap kategori yang sama kemudian disatukan dalam satu kategori atau karakteristik dan selanjutnya diberi skor sesuai dengan banyaknya kemunculan karakteristik tersebut.
Berikut ditampilkan tabel skor untuk setiap karakteristik berdasarkan kode.
Tabel 4.7 Hasil Slor Karakteristik PM
Kode Skor
Urutan kedua 3
Urutan ketiga 3
Penasaran 3
Senang mengerjakan soal 2
Faktor guru 3
Fisika menyangkut kehidupan sehari-hari 2 Lain-lain : penalaran, hitung-hitungan, rumus-rumus 1
Mandiri 3 kelompok 1 Catat rumus 2 Menghapal rumus 2 Membaca rumus 3 Mengerjakan soal 4 Les privat 1
Kode Skor
Mengulang kisi-kisi 1
Membuat soal sendiri dan menjawabnya 1
Analisis terhadap hasil wawancara dibagi menjadi dua, yaitu untuk pendekatan mendalam dan pendekatan permukaan.
1) Analisis Wawancara Pendekatan Mendalam a) Konteks motivasi
i. Urutan kesukaan mata pelajaran fisika
Setiap siswa diberi pertanyaan tentang urutan mata pelajaran yang mereka sukai, terutama urutan untuk mata pelajaran fisika. Tiga subjek, yaitu S1, S2, dan S4 menjawab fisika berada diurutan ketiga yang paling mereka sukai.
Berikut kutipan wawancara terhadap S4: Kutipan wawancara 1
P : Untuk pelajaran fisika, waktu SMA itu ada diurutan keberapa?
S4 : maksudnya yang keberapa?
P : urutan mata pelajaran yang paling kamu suka. S4 : Oo, nomor 3
P : yang pertama dan kedua?
S4 : satu matematika, kedua bahasa inggris.
Sedangkan tiga subjek lain, yaitu S3, S5, dan S6menjawab fisika berada diurutan kedua yang paling mereka sukai. Persamaan dari ketiga subjek terakhir adalah kenyataan bahwa mereka menempatkan mata pelajaran matematika pada urutan pertama untuk mata pelajaran yang paling mereka sukai, baru setelah itu mata pelajaran fisika pada urutan kedua. Ini tidak mengubah maksud bahwa mereka menyukai fisika.
Berikut kutipan wawancara terhadap S6: Kutipan wawancara 2
P : Waktu SMA pelajaran fisika itu urutan berapa yang paling kamu suka?
S6 : urutan berapa ya, dua setelah matematika.
Peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika cenderung akan menempatkan mata pelajaran fisika pada urutan atas untuk mata pelajaran yang paling mereka sukai. Hal ini dibuktikan dari 6 subjek yang menggunakan pendekatan mendalam pada pelajaran fisika menempatkan mata pelajaran fisika pada urutan atas untuk mata pelajaran yang paling mereka sukai.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan pula bahwa keenam subjek tersebut berminat terhadap fisika. Kesukaan mereka terhadap fisika ditunjukan dari urutan mata pelajaran fisika yang mereka nyatakan dalam wawancara.
ii. Alasan menyukai fisika
Keenam subjek memberikan alasan mengapa mereka menyukai fisika. Alasan yang sering muncul adalah bahwa mereka merasa “penasaran” terhadap persoalan fisika, seperti yang dikemukakan oleh S3, S4, dan S5.
Berikut adalah kutipan wawancara dengan S5: Kutipan wawancara 3
P : Alasannya kenapa (menyukai fisika)?
S5 : karena menurut saya fisika membuat penasaran. Rumus fisika itu lebih sulit daripada rumus-rumus di matematika, fisika itu memiliki penerapan dalam
kehidupan sehari-hari, sebetulnya membuat penasaran.
Sedangkan S4 mengemukakannya dalam kalimat yang berbeda seperti kutipan wawancara dengan S4berikut.
Kutipan wawancara 4
P : Ada alasan khusus gak kenapa kamu senang fisika? S4 : pertama soal tadi (sebelumnya S4 mengemukakan
tentang kesenangannya terhadap matematika dan bahasa inggris), kedua kita tu ingin taunya kayak beda kayak yang lain itu lo. Kalau orang lain kan mikirnya, ngopo si, kok mikir e ora penting banget
sih.. kalau saya itu mikirnya, loh, ada “itu” kan
karena fisika to, ini fisika dulu toh. Ngapain kita belajar yang itu fisikanya belum ngerti.
Pada kutipan hasil wawancara 3 dan 4, keingintahuan subjek akan persoalan fisika ditegaskan pada kalimat yang digarisbawahi. S5 secara tegas menyatakan bahwa alasan dia menyukai fisika adalah karena persoalan fisika membuat penasaran dan menimbulkan rasa ingin tahu untuk memecahkan persoalan tersebut. S4 menyatakan alasannya dengan menggunakan istilah “ingin tahu”. S4 merasa keingintahuannya terhadap persoalan fisika yang berbeda dengan persoalan lain yang membuat dia tertarik terhadap fisika.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan pula bahwa rasa penasaran atau ingin tahu terhadap persoalan fisika membuat subjek yang menggunakan pendekatan belajar mendalam terhadap fisika merasa tertarik terhadap fisika.
Hal lain yang juga muncul sebagai alasan subjek merasa tertarik terhadap fisika adalah karena faktor guru. Tiga subjek yang menyatakan alasan mereka menyukai fisika karena faktor guru adalah S1, S3, dan S6. Untuk mahasiswa, faktor guru yang dimaksud adalah guru ketika yang bersangkutan mulai tertarik terhadap fisika atau dengan kata lain adalah guru SMP/SMA mereka.
Berikut adalah kutipan-kutipan wawancara terhadap S1, S3, dan S6.
Kutipan wawancara 5
P : itu senangnya kenapa? Kenapa fisika urutan ketiga? S1 : ya.. senangnya itu karena gurunya itu apa, kalau
ngajar itu lucu, sering bisa bikin ketawa..
Kutipan wawancara 6
P : kapan kamu mulai tertarik sama fisika?
S3 : sejak masuk kelas 2 ini, ya lumayan dipahami. Kan guru kelas 1 beda, sulit dipahami gurunya itu kalau
ngajar…
Kutipan wawancara 7
P : sejak kapan tertarik sama fisika?
S6 : sejak kelas 1 SMA karena gurunya juga waktu itu ngajarnya enak, materinya ya lumayanlah…
Dari kutipan wawancara 5, 6, dan 7 dapat dikatakan bahwa guru memegang peranan penting dalam menumbuhkan minat atau ketertarikan peserta didik terhadap fisika. S1 menggambarkan sosok seorang guru yang humoris membuat dia tertarik terhadap fisika. S3 lebih menggambarkan sosok guru yang membuat dia tertarik terhadap fisika adalah sosok guru
yang dapat menyampaikan materi kepada siswa sehingga siswa dapat memahami materi fisika tersebut. S6 tidak menjelaskan secara rinci guru seperti apa yang membuat dia tertarik terhadap fisika tetapi ini tetap menunjukkan bahwa faktor guru juga membuat dia tertarik terhadap fisika.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa faktor guru adalah salah satu alasan subjek yang menggungakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika menjadi tertarik terhadap fisika.
Faktor lain yang menjadi alasan subjek tertarik terhadap fisika adalah adanya ketertarikan subjek dalam mengerjakan soal-soal fisika. Hal ini dinyatakan oleh S4 dan S6. Ketertarikan mengerjakan soal seperti yang katakan oleh S6 bahwa model soal yang menggunakan penalaran lebih membuat dia tertarik.
Berikut kutipan wawancara terhadap S6: Kutipan wawancara 8
P : alasan kamu senang fisika?
S6 :ada ketertarikan tersendirilah, lebih senang mengerjakan soal-soalnya itu lo mas.
Sebelumnya S6 juga diajukan pertanyaan mengapa dia tertarik terhadap fisika.
Lanjutan :
P : alasannya kenapa?
S6 : karena ada tantangan tersendiri, kalau matematika kan gak pake penalaran, kalau fisika itu pake penalaran, saya suka yang pake penalaran.
Dari kutipan wawancara 8 pernyataan yang mendukung bahwa salah satu alasan siswa tertarik terhadap fisika adalah ketertarikan dalam mengerjakan soal-soal fisika. Selanjutnya S6
mengerjakan soal-soal fisika, yaitu dia menyukai persoalan-persoalan yang menggunakan penalaran seperti potongan kalimat yang digarisbawahi pada lanjutan kutipan wawancara 8.
Ada 2 subjek yang memberikan alasan ketertarikan mereka terhadap fisika karena berhubungan dengan kehidupan sekitar, kehidupan sehari-hari yang mereka jalani. Mereka adalah S2dan S5.
Berikut kutipan wawancara dengan S2: Kutipan wawancara 9
P : trus fisika kenapa ada pada urutan ke 3? Berarti kan lumayan suka?
S2 : hmmm… fisika itukan terjadi di kehidupan sehari-hari, ya kita bila perlu mempelajarinya agar di kehidupan sehari-hari itu bisa mengerti segala hal.
Dari kutipan wawancara 9 dapat dikatakan bahwa seseorang yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika memiliki alasan terkait ketertarikannya terhadap fisika. S2 melihat fisika sebagai ilmu yang mempelajari segala hal yang ada di sekitarnya dan itu membuatnya tertarik.
Selain alasan-alasan tersebut, ada alasan-alasan khusus yang membuat peserta didik menjadi tertarik terhadap fisika. Alasan khusus maksudnya adalah bahwa alasan tersebut bersifat khusus dan tidak muncul pada subjek lain. S6 menyebutkan bahwa salah satu alasan dia senang terhadap fisika adalah karena berhubungan dengan hobinya, yaitu yang berhubungan dengan otomotif atau lebih khusus lagi adalah“balap motor”.
Berikut kutipan wawancara dengan S6: Kutipan wawancara 10
P : ada motivasi lain selain karena pengen mengajar? S6: kebetulan saya juga sering lihat balapan motor, jadi
teori dalam fisika itu mau saya terapkan besok kalau punya motor balap.
Lanjutan :
P : senang fisika karena gurunya ya?
S6 : pertama karena gurunya, trus materinya juga agak menantang, yang terakhir ini karena suka nonton balap-balapan liar.
Dari kutipan wawancara 10 dapat dikatakan bahwa hobi juga menjadi faktor ketertarikan seseorang terhadap fisika. S6
memiliki hobi yang berhubungan dengan otomotif dan dia melihat bahwa fisika adalah salah satu ilmu yang berhubungan dengan hobinya sehingga dia tertarik terhadap fisika.
Alasan khusus lain yang membuat subjek tertarik terhadap fisika adalah berhubungan dengan pengalaman pertama mereka yang membuat mereka tertarik terhadap fisika. S4dan S5
memiliki alasan masing-masing. S4 bercerita tentang pengalamannya yang membuat dia mulai tertarik terhadap fisika untuk pertama kalinya, yaitu ketika guru fisika sewaktu S4 kelas 2 SMP menunjukkan sebuah kapal otok-otok buatan guru tersebut di depan kelas. Seisi kelas menjadi terheran-heran, dan pengalaman itu membuat S4mulai tertarik pada fisika.
Berikut kutipan wawancara dengan S4: Kutipan wawancara 11
P : kapan kamu mulai tertarik sama fisika? S4 : waktu SMP, kelas 2
P : boleh tahu karena apa?
S4: Dulu itu guru fisika saya asyik orangnya, ngajar apa
ya pemuaian, m.c delta T itu lo… itu ada alatnya,
apasih dulu. Pokoknya bisa pada melongo gitu anak-anak satu kelas ‘alatnya apa..?’ kalau
pemuaian yang anu, kapal otok otok itu, dia buat sendiri, dia buat yang terbuka jadi yang keliatan dalam-dalamnya, jadi kita tau gitu.
S5 menceritakan pengalaman yang membuat dia mulai tertarik terhadap fisika untuk pertama kali. S5 pada awalnya selalu mendapat nilai jelek pada mata pelajaran fisika dan pengalaman itu membuatnya menjadi tertarik pada fisika.
Berikut kutipan wawancara dengan S5: Kutipan wawancara 12
P : kapan kamu mulai tertarik sama fisika?
S5 :Itu mulai kelas 2 SMP karena saya selalu mendapatkan nilai jelek pada saat fisika. Terus saya belajar, dan terus..kenapa fisika itu sulit padahal saya bisa mengerjakan matematika. Terus saya coba dan akhirnya saya bisa mengerjakan fiska dan akhirnya saya diterima di USD di program studi pendidikan fisika.
Kutipan hasil wawancara 10, 11, dan 12 menunjukkan alasan-alasan khusus yang membuat subjek tertarik pada fisika. Alasan-alasan yang dikemukakan adalah yang berhubungan dengan hobi dan pengalaman yang membuat mereka menjadi tertarik pada fisika untuk pertama kali.
iii. Tanggapan terhadap tugas
Hal lain yang berkaitan dengan motivasi belajar fisika adalah tanggapan keenam subjek terkait tugas yang diberikan oleh guru atau dosen. S2 mengatakan bahwa jika diberi tugas oleh guru dia ingin mengerjakannya sendiri agar saat ulangan dapat mengerjakan soal-soal ulangan tersebut. S3 mengatakan bahwa dia tidak langsung mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru pada hari itu juga, tetapi dia mengerjakannya satu hari setelah tugas diberikan. Jika dia mengalami kesulitan maka langkah selanjutnya adalah bertanya dengan guru les privat yang bersangkutan. S4 memandang tugas yang diberikan oleh dosen adalah sebuah tanggung jawab dan bukan sebagai beban. Jika tugas tesebut belum dikerjakan dia merasa tidak tenang dan selalu kepikiran tentang tugas tersebut. S4 juga berpendapat bahwa tugas sebaiknya dikerjakan jauh hari sebelum tugas tersebut dikumpulkan karena menurutnya, tugas yang dikerjakan secara terburu-buru hasilnya tidak akan maksimal.
Berikut kutipan wawancara dengan S4: Kutipan wawancara 13
P : Bagaimana perasaan kamu kalau dikasi tugas sama dosen?
S4 : Lebih ngerasa kalau itu tu tanggung jawab, bukan sebagai beban tapi lebih ke tanggung jawab sing
urung tak kerja ke itu lo… nduwe tugas urung tak
kerjake tar kepikiran terus. Misalnya praktikum, udah dikerjain tinggal sedikit tinggal kesimpulan tapi tak tinggal ke rumah mikirnya ke praktikum
terus….
P :Itu kapan kamu ngerjain tugasnya? Satu hari sebelumnya??
S :Malah kalau kita ngerjain kayak gitu dari pengalamanku hasilnya malah gak maksimal. Misalnya suruh buat makalah, sekarang ngerjain besok kumpulin pasti banyak salahnya, tapi kita
S5 mengatakan bahwa jika dia diberi tugas oleh dosen maka dia biasanya bertanya dulu kepada temannya tentang cara pengerjaan soal fisika tersebut. Namun, jika dia memahami dan mengetahui cara pengerjaannya maka dia mengerjakannya secara mandiri. S6 mengatakan bahwa jika diberi tugas oleh dosen maka dia akan langsung mengerjakan tugas tersebut secara mandiri kemudian hasilnya dia bandingkan dengan pekerjaan teman-temannya.
b) Konteks strategi
i. Cara belajar
Dari cara belajar yang dikemukakan oleh siswa yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika, dapat dilihat beberapa karakter yang sering muncul. Karakter yang paling sering muncul adalah cara belajar dengan mengerjakan soal-soal latihan, sebanyak 4 kali kemunculan kemudian membaca rumus dengan 3 kali kemunculan, mencatat rumus dan menghapal rumus, masing-masing sebanyak 2 kali kemunculan. Les privat, mengulang kisi-kisi yang diberikan guru, dan membuat soal secara mandiri kemudian menjawabnya secara mandiri, masing-masing sebanyak 1 kali kemunculan.
Berikut adalah kutipan hasil wawancara terhadap keenam subjek terkait dengan cara belajar.
Berikut kutipan wawancara dengan S1: Kutipan wawancara 14
P : ceritakan cara kamu belajar fisika dirumah…
S1 : apa, biasanya baca dulu rumus-rumusnya.. habis itu bikin soal sendiri lalu dijawab sendiri
P : bisa ceritakan pas kamu belajar itu ada apa aja di meja kamu?
S1 : ya biasa, kayak buku fisika, pulpen, sama kertas
buram gitu… sambil denger musik.
Berikut kutipan wawancara dengan S2: Kutipan wawancara 15
P : gimana strategi kamu dalam belajar fisika?
S2 : ya kan.. dikasi kisi-kisi sama (guru A) terus saya ulangi lagi jawaban-jawaban itu semua.
Berikut kutipan wawancara dengan S3: Kutipan wawancara 16
P : kamu punya strategi khusus dalam belajar fisika? S3 : Ya kalau belajar biasa ikut les guru privat, biar bisa
nambah pengetahuan fisikanya itu lo…strategi
cuma itu aja, kalau gak, ya luangin waktu belajar fisika hari Minggu
P : Bisa ceritakan pas kamu belajar itu bagaimana? S3 : Biasanya itu ngerjain soal sama nyatat rumus, biar
Lanjutan :
P : Strategi kamu belajar fisika kalau sebelum ulangan itu bagaimana?
S3 : Malamnya belajar, hapalin rumus gitu sama nyoba-nyoba latihan soal…
Berikut kutipan wawancara dengan S4: Kutipan wawancara 17
P : Okey, tadi masalah minat ya… terus strategi, bisa ceritakan cara kamu belajar fisika itu bagaimana? S4 : Pertama setel musik. Musik klasik, yo gak musik
klasik aja, instrumental gitu, Joe Satriani gitu. Kalau dengar itukan langsung istirahat bentar habis kuliah nyetel itu, terus baru buka buku. Trus sediain minum, sedian aqua. Trus kalau masalah
belajarnya pertama itu… susah membaca sih aku,
kalau membaca itu malah mbuyar itu lo, jadi tak tulis dulu rumus-rumusnya terus tak liat gambar-gambar di soalnya itu, kan ada ilustrasi-ilustrasi gitu terus langsung tak kerjain aja. Kalo gak bisa baru aku membaca. Kalau dari awal membaca,
udah lupa, ngerjain baca lagi ya sama aja…
jadi intinya : tulis rumus, cari soal yang ada gambarnya, kerjain, gak bisa baru membaca
P : Kamu lebih senang sama soal yang ada gambarnya? S4 : Ho oh.. lebih mudah dipahami. Terus kalau dikasi soalpun harus tak gambar dulu, misalnya mobil
kecepatan ini…tumbukan, tak gambar dulu
Berikut kutipan wawancara dengan S5: Kutipan wawancara 18
P : Sekarang tentang cara belajar, kamu bisa ceritakan cara kamu belajar fisika sekarang?
S5 : Cara belajar saya itu ya memahami konsep apa yang mau dipelajari, memahami konsep untuk mengerjakan tidak untuk menghapalkan rumus, karena apa, percuma menghapalkan rumus tapi tidak tahu konsepnya percuma saja. Dan saya terus mencoba untuk memahami konsepnya, cara mengerjakan soal-soal fisika.
P : Lebih detailnya cara kamu mempelajari fisika itu bagaimana? Apakah dengan mencatat ulang rumus atau apa..??
S5 : Pertama membaca-baca rumus kemudian mengerjakan soal-soal yg saya anggap tidak bisa, trus saya coba sampai saya bisa mengerjakan.
Berikut kutipan wawancara dengan S6: Kutipan wawancara 19
P : kamu punya strategi khusus dalam belajar fisika? S6 : iya, menghapal rumus-rumusnya sama latihan soal P : kalau sebelum ujian?
S6 : Cuma berdoa sama tanya-tanya teman tentang penyelesaiannya.
Dari kutipan wawancara 14, 15, 16, 17, 18, dan 19 cara belajar yang paling sering muncul adalah mengerjakan soal-soal latihan. Kemunculan karakter cara belajar mengerjakan soal latihan muncul pada S3, S4, S5, dan S6. S4 menceritakan cara belajarnya secara detail dengan mengatakan bahwa dia
mengerjakan soal yang dilengkapi dengan ilustrasi atau gambar karena menurutnya ilustrasi atau gambar lebih mempermudah pengerjaan soal. S5 mengatakan bahwa dia belajar dengan mengerjakan soal yang menurutnya memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi secara terus menerus.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa mengerjakan soal latihan adalah cara yang paling sering dilakukan peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika.
Membaca rumus adalah cara belajar fisika kedua terbanyak setelah mengerjakan soal, yaitu dengan kemunculan sebanyak 3 kali. Kemunculan ini terjadi pada masing-masing tiga subjek, yaitu S1, S4, dan S5. S1 dan S5 mengatakan bahwa mereka belajar fisika dengan membaca rumus-rumus fisika. Sedangkan S4 menyatakan bahwa membaca dia lakukan saat dia menemukan kesulitan saat mengerjakan soal. Membaca, menurut S4 tidak efektif dilakukan pada saat awal-awal belajar karena dia merasa sering melupakan apa yang sudah dia baca sehingga harus membaca ulang ketika menemukan kesulitan. Ini adalah strategi khusus yang dilakukan oleh S4 dalam belajar fisika.
Strategi mencatat rumus dan menghapal rumus masing-masing muncul sebanyak 2 kali. Mencatat rumus dilakukan oleh S3 dan S4, sedangkan menghapal rumus dilakukan oleh S3 dan S6. Sebenarnya mencatat rumus adalah salah satu cara untuk menghapal rumus sehingga S3 memunculkan dua karakter ini secara bersamaan. Maksud dari menghapal rumus adalah berusaha untuk mengingat rumus-rumus atau persamaan-persamaan fisika. Namun, ada juga pengertian mencatat rumus adalah untuk belajar, artinya jika sewaktu-waktu yang bersangkutan lupa dengan rumus, maka dia dapat membuka
kembali catatan-catatan rumus yang dibuat. S3 melakukan pencatatan rumus sebagai cara untuk menghapal rumus fisika, sedangkan S4 mencatat rumus untuk menyelesaikan soal-soal fisika.
Membaca rumus berbeda dengan menghapal rumus. Memang, salah satu cara untuk menghapal rumus adalah membaca rumus-rumus. Namun, S1, S4, dan S5 menggunakan cara membaca rumus dalam belajar fisika adalah untuk mengetahui dan mengerjakan soal-soal fisika tanpa bermaksud untuk menghapalnya. Hal ini dibuktikan dari kutipan wawancara dengan ketiga subjek tersebut. S1 mengatakan caranya belajar fisika adalah dengan membaca rumus kemudian membuat soal dan mencoba menganalisisnya secara mandiri. Tidak terlihat ada keinginan dari S1 untuk menghapal rumus. S4 juga secara tegas mengatakan bahwa membaca, termasuk di dalamnya membaca rumus adalah cara yang dia lakukan ketika mengalami kesulitan, misalnya saat lupa rumus yang digunakan. S5 dengan tegas mengatakan bahwa menghapal adalah salah satu kelemahannya sehingga membaca rumus menjadi salah satu cara dia belajar fisika.
Berikut kutipan wawancara dengan S5: Kutipan wawancara 19
P : Apakah kamu senang menghapal juga?
S5 : wah, kalau menghapal itu kekurangan dalam diri saya karena menghapal itu sulit dari pada menghitung, dan menghapal itu sering lupa.
Cara belajar yang muncul sebanyak 1 kali adalah les privat, membaca kisi-kisi pelajaran yang diberikan oleh guru, dan membuat soal kemudian menganalisisnya secara mandiri. Seperti pada kutipan wawancara 13, S1 mengatakan bahwa cara
dia belajar fisika adalah dengan membuat soal secara mandiri kemudian menganalisisnya secara mandiri pula.
ii. Teman belajar
Tiga dari 6 subjek yang menggunakan pendekatan