• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepada Tuhan Sign Gambar 4.8

01:24:36 Dialog 4.6 Herman Koto :

“Febby harus ingat saja kepada Tuhan, doa-doakan ayah biarpun gimana ceritanya. Ya Febby lah yang mengganti generasi ayah. Febby harus berani, berkeinginan kek mana-kek mana, nantinya. Hidup ini harus berani Febby, harus

berani menerima tantangan. Dan harus berani menghadapi kenyataan.”

Object Intepretant

Dari gambar diatas Herman Koto bersama anaknya berbaring diatas sebuah tempat tidur. Setelah Herman kalah dalam pemilihan umum, Herman menasehati anaknya Febby agar selalu ingat kepada Tuhan.

Dari dialog diatas Herman Koto berkata kepada anaknya bawasannya “Febby harus ingat saja kepada Tuhan”. “Ya Febby lah yang mengganti generasi ayah. Febby harus berani, berkeinginan kek mana-kek mana, nantinya”. “Hidup ini harus berani Febby, harus berani menerima tantangan. Dan harus berani menghadapi kenyataan.” Tanda diatas menunjukan Simbol, dimana Herman Koto berada diatas sebuah tempat tidur bersama anaknya.

Qualisign  Angle :

Sudut pengambilan gambar diatas menggunakan tekhnik High Angle dengan komposisi Medium Shoot, penggambaran dengan metode High Angel menghasilkan gambar yang luas sehingga objek terlihat lebih detail.

Sinsign

Terlihat di gambar bahwa sinsignnya adalah Herman Koto berada diatas sebuah tempat tidur bersama anaknya.

Legisign

Dengan nada pelan Herman Koto menasehati anaknya untuk selalu ingat kepada Tuhan dengan berkata, “Febby harus ingat saja kepada Tuhan, doa-doakan ayah biarpun gimana ceritanya. Ya Febby lah yang mengganti generasi ayah. Febby harus berani, berkeinginan kek mana-kek mana, nantinya. Hidup ini harus berani Febby, harus berani menerima tantangan. Dan harus berani menghadapi kenyataan”. Analisa:

Sikap Herman dalam memotivasi anaknya agar selalu ingat kepada Tuhan, menunjukkan moral baik dalam menjalani kehidupan. Herman memotivasi anaknya dengan berkata, “Febby harus ingat saja kepada Tuhan, doa-doakan ayah biarpun gimana ceritanya. Ya Febby lah yang mengganti generasi ayah. Febby harus berani, berkeinginan kek mana-kek mana, nantinya. Hidup ini harus berani Febby, harus berani menerima tantangan. Dan harus berani menghadapi kenyataan”.

Penggambaran dalam sebuah scene diatas menggunakan tekhnik High Angle dengan komposisi Medium Shoot, ditambah juga dengan tekhnik High Angel untuk menghasilkan gambar yang luas, sehingga objek terlihat lebih detail dan sempurna. Kemudian Herman memberikan nasihat bahwa hidup ini harus berani menerima tantangan. Karena putrinyalah yang nantinya akan menggantikan generasi Herman selanjutnya. Walaupun Herman Koto merupakan penjagal sekalipun, sikap Herman sebagai orang tua yang baik selalu mengingatkan putrinya agar selalu ingat kepada tuhan.

4.4 Pembahasan

Penelitian dalam film berjudul Jagal, The Act of Killing memfokuskan pada nilai Moral Sosial yang terkandung dalam film tersebut, baik secara audio maupun visual.

Berdasarkan Penelitian ini dilakukan dengan semiotika Charles Sanders Peirce, dimana semiotika tersebut memiliki Sign, Object dan Interpretant. Merupakan sebuah teori yang mengupas tentang bagaimana makna yang dapat muncul dari sebuah tanda. Tanda atau sign adalah sesuatu yang dapat ditangkap panca indera manusia yang menjadi rujukan diluar tanda itu sendiri. Sedangkan, object atau obyek adalah konteks yang dirujuk oleh tanda, atau sebagai referensi dari tanda tersebut.

Interpretant atau penafsiran adalah suatu pemikiran seseorang yang menggunakan

Menjelaskan nilai Moral Sosial dalam film Jagal, The Act of Killing dapat digambarkan melalui serangkaian kegiatan yang dimunculkan dalam film. Nilai Moral Sosial dalam film Jagal The Act of Killing ditunjukan dengan audio atau dialog yang mencerminkan sikap Moral tertuang pada Tabel 4.1, Scene 4.3.1. Perlakuan Anwar mengatasi masalah ketika kedua cucunya memukul Itik peliharaanya hingga pincang. Kemudian dengan lemah lembut Anwar menasehati cucunya agar meminta maaf kepada Itik peliharaannya. Dalam scene ini, sudut pengambilan gambarnya menggunakan tekhnik Low Angle dengan komposisi Medium Shoot. Gambar diatas menunjukan bahwa posisi objek berada ditengah sehingga dengan jelas kita dapat melihat objek secara keseluruhan. Tak lama kemudian cucunya meminta maaf kepada Itik peliharaannya dengan mengelus Itik tersebut dengan kata-kata, “Minta maaf ya itik, Ami gak sengaja”. Senyum lebar terlihat dari raut wajah Anwar Congo sehabis memberikan perlajaran akan lemah lembut terhadap binatang peliharaan. Sikap Anwar merupakan nilai moral kasih sayang terhadap binatang, dimana nilai kasih sayang bukan semata-mata hanya dengan manusia. Ikon Dimana Ami cucu Anwar Congo, meminta maaf kepada itik peliharaannya, dengan kata-kata “Minta maaf ya itik, Ami gak sengaja”

Pada Tabel 4.2, Scene 4.3.2 Sudut pengambilan gambar dalam scene ini menggunakan tekhnik Medium Angle dengan komposisi rule of third agar objek terlihat lebih kuat dalam point of interest. Gambar yang dibuat “still” seakan memberikan perhatian penuh terhadap objek yang digambarkan. Dalam scene ini

Yapto Soerjosoemarno berdiri diatas sebuah mimbar dan memberikan pidato politik didepan ribuan anggota Pemuda Pancasila yang hadir disebuah lapangan terbuka. Dalam pidatonya Yapto meyakinkan setiap anggota Pemuda Pancasila adalah seorang pahlawan yang terlah berjuang menumpas komunisme. Kemudian diakhir pidatonya Yapto berkata dengan penuh semangat membara mengatakan “Kalau Pemuda Pancasila organisasi preman. Saya! Lebih preman, dari pada orang yang ngomong itu! Sikap Yapto memberikan penegasan bahwa bangsa ini dapat merdeka karena bantuan Pemuda Pancasila yang telah berjasa membantu tentara dan elite militer. Dalam Hal ini termasuk dari lahirnya moral sosial bahwa Pemuda Pancasila adalah organisasi yang turut berjasa membela bangsa dan negara dalam menumpas komunisme. Simbol dimana diatas sebuah mimbar Yapto berpidato politik didepan ribuan kader-kader Pemuda Pancasila.

Pada Table 4,3, Scene 4.3.3 Sudut pengambilan gambar diatas menggunakan tekhnik Medium Angle dengan komposisi Medium Shoot, pengambilan gambar diatas menunjukan posisi objek berada ditengah dan terlihat jelas objek sedang berinteraksi disebuah toko kain untuk meminta uang kepada sang pemilik toko. Safit Pardede berkata, berkata “Aku tidak mau segitu tuh! Acik terus gitu nampaknya”. Ditambah dengan ucapan Herman Koto “Orang bapak, udah kami anggap bapak pak Cik, Acik tambah aja udah kami terima oke lah Cik. Karena ini bukan untuk siapa-siapa Cik ya!”. Bentuk premanisme seperti pemerasan adalah contoh moral yang tidak baik, karena hal tersebut sangat merugikan orang yang ditindasnya. Dengan

alasan pengamanan. Jatah mingguan anggota Pemuda Pancasila adalah berkeliling pasar untuk meminta-minta uang kepada pemilik toko. Hal ini adalah bentuk premanisme yang dilakukan Pemuda Pancasila untuk tetap hadir dikalangan masyarakat pada umumnya. Simbol Pengusaha kain tersebut mengambil uang dalam laci dan dimasukkan kedalam amplop.

Pada Tabel 4.4, Scene 4.3.4 Didepan ratusan anggota Pemuda Pancasila Jusuf Kalla memberikan pemahaman Arti preman yang sesungguhnya. Menurutnya Preman berasal dari bahasa Inggris yang berarti Freeman. Orang Bebas, orang swasta yang mampu bekerja diluar kepemerintahan. Dalam Pengambilan gambar saat Jusuf Kalla berpidato diatas sebuah mimbar. Pengunaan tekhnik Medium Angle dengan komposisi rule of third menghasilkan gambar yang baik, dan objek terlihat lebih kuat dalam point of interest. Dalam pidatonya yang singkat, Jusuf Kalla mengatakan “Karena itu Freeman dibutuhkan bangsa ini untuk membangun bangsa ini”. Sebuah opini wakil presiden Jusuf Kalla, bahwa bangsa ini dapat terbangun dari bantuan para preman-preman yang membantu para tentara untuk membasmi komunis. Pandangan moral sosial yang terbangun dalam scene ini merupakan pidato Jusuf Kalla yang merekonstruksikan akan akan pengertian preman itu sendiri. Ikon Riuh tepuk tangan meriah dari seluruh audiens yang hadir.

Pada Tabel 4.5, Scene 4.3.5 Sudut pengambilan gambar pada scene diatas menggunakan tekhnik Medium Angle dengan tekhik Follow Shoot. Sehingga menghasilkan gambar yang bergerak dan menimbulkan efek yang dramatis. Seketika

Anwar berada diatas pelana kuda bersama kawannya. Terdapat narasi “Pada masa muda aku. Aku suka menonton film-film Amerika yang saya selalu meniru. Saya selalu mengikuti dengan cermat, teliti, seperti saya telah mengikuti dalam film. Dan saya selalu menonton film gangster, film kasar ya. Dimana saya menonton, asik cara membunuh. Dan saya selalu meniru sistim pembunuhan itu dimana gangster selalu menggunakan dengan kawat”. Pengaruh film-film Gangster Amerika sangat menginspirasi Anwar dalam membunuh korban-korbannya. Sebagai penjagal komunis, Anwar lebih senang menjerat korban-korbanya dengan kawat. Yaitu sebuah sistem yang lebih manusiawi, kurang sadis dan juga tidak menggunakan kekerasan. Akan tetapi, perbuatan Anwar merupakan moral yang tidak baik untuk dicontoh, karena sudah memutus hak untuk hidup seseorang. Index Dari narasi gambar tersebut, Anwar berkata “Pada masa muda aku. Aku suka menonton film-film Amerika. Dan saya selalu meniru sistim pembunuhan itu dimana gangster selalu menggunakan dengan kawat”.

Pada Tabel 4.7, Scene 4.3.7 Sikap Herman dalam memotivasi anaknya agar selalu ingat kepada Tuhan, menunjukkan moral baik dalam menjalani kehidupan. Herman memotivasi anaknya dengan berkata, “Febby harus ingat saja kepada Tuhan, doa-doakan ayah biarpun gimana ceritanya. Ya Febby lah yang mengganti generasi ayah. Febby harus berani, berkeinginan kek mana-kek mana, nantinya. Hidup ini harus berani Febby, harus berani menerima tantangan. Dan harus berani menghadapi kenyataan”. Penggambaran dalam sebuah scene diatas menggunakan tekhnik High Angle dengan komposisi Medium Shoot, ditambah juga dengan tekhnik High Angel

untuk menghasilkan gambar yang luas, sehingga objek terlihat lebih detail dan sempurna. Kemudian Herman memberikan nasihat bahwa hidup ini harus berani menerima tantangan. Karena putrinyalah yang nantinya akan menggantikan generasi Herman selanjutnya. Walaupun Herman Koto merupakan penjagal sekalipun, sikap Herman sebagai orang tua yang baik selalu mengingatkan putrinya agar selalu ingat kepada tuhan. Simbol, dimana Herman Koto berada diatas sebuah tempat tidur bersama anaknya.

Selain Pesan Moral Sosial secara audio atau dialog, terdapat juga nilai Moral dengan visual atau gambar yang tercermin pada potongan-potongan gambar atau adegan-adegan menunjukan nilai Moral dalam film Jagal, The Act of Killing.

Nilai Moral secara visual atau gambar yang menunjukan tindakan dari Moral tertuang pada Tabel 4.6, Scene 4.3.6 Dalam film Jagal The Act of Killing, kurang lebihnya 30% berisi proses rekonstruksi adegan-adegan para penjagal dalam merekonstruksikan setiap kejadian dimasa lampau. Melalui cara ini sutradara mencoba menggambarkan ulang setiap kejadian kepada audiens sehingga audiens dapat masuk kedalam lorong waktu, dari keseharian para preman. sampai pidato politik para pejabat-pejabat negara. Dalam proses penggambaran rekonstruksi setiap adegan diatas menggunakan tekhnik Medium Angle dengan tekhik Follow Shoot. Sehingga menghasilkan gambar yang bergerak dan menimbulkan efek yang dramatis. Selain itu pengambilan juga menggunakan tekhnik Medium Angle dengan komposisi

Long Shoot. Sehingga menghasilkan gambar yang luas dari keseluruhan objek. Ikon dimana ditunjukan dengan gambar rumah yang terbakar.

Dokumen terkait