Pengamanan Sosial dan Lingkungan Kegiatan Sarana
A. Hibah Tanah, Ijin Pakai dan Ijin Dilewati
Pembangunan sarana prasarana berskala desa seringkali membutuhkan lahan baik itu berasal dari tanah kas desa maupun sumber-sumber lainnya seperti perolehan tanah dari hibah individu. Tanah yang dihibahkan atau dipinjamkan, serta bangunan dan/atau fasilitas yang dibangun untuk kepentingan Desa merupakan aset desa sehingga dalam pelaksaanan pembangunan saraana prasarana yang bersumber dari Dana Desa (DD) maupun Alokasi Dana Desa (ADD), pelaksanaan hibah tanah perlu mengacu ke
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa1.
Berdasarkan Permen tersebut, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan hibah tanah individu antara lain:
1. Setiap kegiatan pembangunan sarana prasarana yang didanai Dana Desa harus
memiliki alternatif lokasi untuk memastikan bahwa hibah, ijin pakai dan ijin dilewati yang diberikan oleh pemilik tanah benar-benar dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dan tanpa tekanan dari pihak manapun. Kegiatan/lokasi pembangunan perlu dipindahkan ketika pemilik lahan/tanah tidak rela secara penuh atau berada dalam paksaan.
2. Jika lahan yang dibutuhkan tidak bisa didapatkan secara hibah/hak pakai /ijin
dilewati, maka masyarakat perlu memilih alternatif lokasi atau bentuk sarana prasarana lain. Sebagaimana disyaratkan dalam Permendesa No. 21/2015 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa tahun 2016, Dana Desa tidak dapat dipergunakan untuk membeli tanah untuk menambah tanah kas desa.
3. Penyediaan lahan dapat meliputi: (a) hibah tanah, (b) ijin pakai, dan (c) ijin
dilewati:
a. Hibah hak milik atas tanah (hibah tanah) merupakan pelepasan hak
kepemilikan tanah kepada pihak lain atas persetujuan pihak Penghibah dengan sukarela dan cuma-cuma serta tidak dapat ditarik kembali kepada pihak penerima hibah. Syarat hibah adalah sukarela, nyata (riil) dan adanya
1Menurut Pasal 4 Ayat 3 Permendagri No. 1/2016, aset Desa yang bersifat strategis dapat berupa tanah kas desa, tanah ulayat, pasar desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan desa, pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian, hutan milik desa, mata air milik Desa, pemandian umum, dan aset lainnya milik Desa
secara jelas kepada pemberi hibah bahwa bila mereka setuju meghibahkan berarti hak individu atas tanah tersebut secara penuh diserahkan kepada desa. Area yang dipakai sejak dihibahkan akan menjadi milik desa. Hibah bersifat final dan dinyatakan secara tertulis dalam Surat Kesepakatan Hibah.
b. Ijin pakai adalah pemberian hak pinjam pakai kepada pihak lain secara tidak
permanen atau atas dasar waktu tertentu yang disepakati bersama. Selama masa ijin pakai, pemilik tanah tidak dapat menggunakan tanah tersebut untuk kepentingannya. Ijin pakai harus diketahui dan dibuktikan dengan perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh pemilik tanah dan pihak Desa yaitu Kepala Desa atau Sekretaris Desa.
c. Ijin dilewatiadalah pemberian ijin menggunakan tanah untuk dilalui/dilewat
sarana prasarana yang didanai program demi kepentingan masyarakat (contoh: pemasangan pipa, lampujalan, kabel listrik dll.). Pemilik tanah masih tetap dapat menggunakan bagian atas dari tanah yang dilewati. Ijin dilewati harus dinyatakan secara tertulis dalam Surat Kesepakatan Ijin Dilewati yang ditandatangan oleh semua pihak yang memberikan ijin.
4. Pemberi hibah/hak pakai/ijin dilewati atas tanah harus memahami terlebih dahulu
pengertian dan konsekuensi keputusannya atas pengalihan hak atas tanah/hak pakai/ijin dilewati. Khusus hibah tanah, konsekuensinya adalah berkurangnya hak atas luas tanah secara permanen sebesar tanah yang dihibahkan;
5. Pemberi hibah/hak pakai /ijin dilewati atas tanah telah mendapatkan informasi
yang jelas mengenai kegiatan pembangunan desa, sehingga mau menghibahkan dan mengijinkan dipakai/dilewati tanahnya dengan sukarela dan tanpa paksaan;
6. Pemberi hibah/hak pakai/ijin dilewati atas tanah harus menerima kejelasan dan
kelengkapan informasi dari isi surat perjanjian atas penggunaan tanahnya untuk kepentingan pembangunan desa;
7. Pihak desa harus memastikan status tanah (sudah dilengkapi sertifikat atau belum
serta jenis sertifikat) dan memastikan bahwa tanah tidak sedang dipersengketakan. Salinan bukti kepemilikan tanah dilampirkan dalam surat hibah tanah/Ijin Pakai/Ijin dilewati;
8. Hibah atas tanah secara sukarela diperbolehkan dengan pertimbangan bahwa
pemberi hibah (pemilik tanah) memperoleh manfaat dari pembangunan dan tidak akan menjadi lebih buruk kehidupannya setelah tanahnya dihibahkan;
9. Hal yang harus diperhatikan untuk pengamanan hibah/hak pakai/ijin dilewati
adalah sebagai berikut:
a. Hibah Tanah
(1) Hibah tanah harus diketahui dan dibuktikan dengan perjanjian tertulis
yaitu Kepala Desa atau Sekretaris Desa dengan dilengkapi dengan materai (Lihat Lampiran 1). Surat hibah tersebut harus diketahui dan dicatatkan oleh Camat sebagai pejabat PPAT sementara;
(2) Setiap hibah tanah harus diinventarisasikan dalam Buku Inventarisasi
Aset Desa oleh Sekretaris Desa (Pasal 5, Ayat 1, huruf d). Contoh format Buku Inventarisasi Aset Desa dapat dilihat di Lampiran 4;
(3) Satu salinan asli bermaterai surat hibah harus diarsipkan di Kantor Desa
sebagai dokumen milik desa dan satu salinan asli bermaterai lainnya disimpan oleh pemberi hibah;
(4) Bila tanah yang dihibahkan sebagian tersebut sudah bersertifikat maka
tanah yang dihibahkan perlu diterbitkan Akta Hibah oleh Camat untuk kemudian dilakukan revisi sertifikat/pemisahan dan sertifikasi tanah yang dihibahkan melalui Kantor Pertanahan setempat. Hal ini untuk mencegah klaim untuk pemilikan kembali dimasa depan.Aset desa yang berupa tanah diserfikatkan atas nama Pemerintah Desa (Pasal 6, ayat 1);
(5) Dalam hal tanah yang dihibahkan belum memiliki sertifikat tanah resmi
yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan, apabila memungkinkan dan dinilai diperlukan untuk menghindari konflik, untuk tanah yang
hibahkan tetapi belum bersertifikat resmi2 (Letter C, girik, pethuk, Surat
Keterangan Kepala Desa atau istilah lain yang setara) perlu dilengkapi dengan sertifikat tanah atau dokumen yang setara yang diterbitkan Kantor Pertanahan kemudian dilakukan pemisahan sesuai poin d;
(6) Pengurusan administrasi pemisahan dan sertifikasi didanai melalui
sumber pembiayaan Dana Desa (APBDesa) atau sumber lain (swadaya, APBD, dll.)
b. Ijin Pakai
(1) Seperti hibah tanah, Ijin pakai harus diketahui dan dibuktikan dengan
perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh pemilik tanah serta ahli waris dengan pihak Desa yaitu Kepala Desa atau Sekretaris Desa dengan dilengkapi dengan materai (Lihat Lampiran 2);
(2) Satu salinan asli bermaterai surat ijin pakai harus diarsipkan di Kantor
Desa sebagai dokumen milik desa dan satu salinan asli bermaterai lainnya disimpan oleh pemberi ijin pakai;
(3) Ijin pakai harus secara jelas mencantumkan jangka waktu ijin pakai
tanah atau fasilitas. Ketika masa ijin habis dan apabila fasilitas/tanah masih dinilai diperlukan untuk kepentingan masyarakat desa, maka ijin
2 Sertifikat resmi dalam panduan ini didefinisikan sebagai sertifikat tanah yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan/BPN.
kepemilikan tanah/fasilitas induk, maka ijin pakai harus diperbaharui sesuai kesepakatan;
(4) Fasilitas yang didirikan diatas lahan yang diberikan ijin pakai harus
diinventarisasikan dalam Buku Inventarisasi Aset Desa oleh Sekretaris Desa.
c. Ijin Dilewati Tanah
(1) Ijin dilewati harus diketahui dan dibuktikan dengan perjanjian tertulis
yang ditandatangani oleh perwakilan pemilik tanah yang dilewati untuk pembangunan sarana dengan pihak Desa yaitu Kepala Desa atau Sekretaris Desa dengan dilengkapi dengan materai (Lihat Lampiran 3). Surat kesanggupan harus mencantumkan tanda tangan setiap warga dimana sarana tersebut dibangun;
(2) Satu salinan asli bermaterai surat ijin pakai harus diarsipkan di Kantor
Desa sebagai dokumen milik desa dan satu salinan asli bermaterai lainnya disimpan oleh perwakilan pemberi ijin dilewati;
(3) Surat ijin dilewati harus mencantumkan secara jelas apakah ijin tersebut
bersifat sementara atau permanen. Apabila sementara, surat harus mencantumkan jangka waktu ijin tersebut berlaku. Ijin dilewati dapat diperbaharui sesuai kesepakatan dengan para pemilik lahan. Apabila ada perubaan status kepemilikan tanah/fasilitas induk, maka ijin pakai harus diperbaharui sesuai kesepakatan;
(4) Apabila pembangunan sarana melintasi dan/atau memanfaatkan bahu
jalan (right of way), ijin dilewati harus dibuktikan dengan persetujuan dan di tandatangani oleh perwakilan dari pemilik dan/atau dinas pengelola jalan yang dilalui;
(5) Fasilitas yang didirikan diatas lahan yang diberikan ijin dilewati harus
diinventarisasikan dalam Buku Inventarisasi Aset Desa oleh Sekretaris Desa.