• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Habitat

3. Hibrida Hylobates agilis albibarbis x Hylobates mueller

Visualisasi GC hibrida H. agilis albibarbis x H. muelleri dalam bentuk sonagram dan gelombang suara ditampilkan dalam Gambar 36 dan 37, sedangkan hasil kuantifikasi peubah GC disajikan dalam Tabel 21. Pada Gambar 36 dan Gambar 37, terlihat bahwa pola sonagram GC dari dua individu hibrida (Hibrida-1 dan Hibrida-2), berbeda cukup jelas, baik dalam jumlah not maupun fase dan bentuknya, masing-masing cenderung menyerupai pola GC salah satu tetuanya.

Gambar 36 Sonagram great call Hibrida dan tetuanya (H. agilis albibarbis dan H. muelleri)

Pada Gambar 36, terlihat bahwa pola sonagram GC dari Hibrida-1 dan Hibrida-2, berbeda cukup jelas, baik dalam jumlah not maupun fase dan

Pre-trill

Post-trill Coda jntn

Trill Sonagram GC Hibrida-1

Sonagram GC H. a. albibarbis Sonagram GC H.muelleri Sonagram GC Hibrida-2 Pre-trill Trill Coda jntn

bentuknya, masing-masing cenderung menyerupai pola GC salah satu tetuanya. Hibrida-1 lebih cenderung menyerupai pola GC H. agilis albibarbis, dan Hibrida-2 cenderung menyerupai pola GC H. muelleri. Sonagram GC Hibrida-1 terdiri dari tiga fase yaitu pre-trill, trill dan post-trill, sedangkan Hibrida-2 hanya dua fase, pre-trill dan trill, seperti halnya H. muelleri.

Gambar 37 Gelombang suara great call Hibrida dan tetuanya (H. agilis albibarbis dan H. muelleri)

Bentuk sonagram fase pre-trill GC Hibrida-1 hampir sama dengan kalawet, dengan jumlah not yang sedikit lebih tinggi (berkisar 3-4 not) dari pada kalawet (berkisar 1-4 not). Fase GC yang berbeda cukup jelas antara Hibrida-1 dengan kalawet adalah jumlah dan bentuk not trill. Jumlah not trill Hibrida-1 (berkisar

Gelombang suara GC H. a. albibarbis

Gelombang suara GC Hibrida-1

Gelombang suara GC H.muelleri

7-10 not), lebih banyak dari pada kalawet yang hanya berkisar 3-5 not. Bentuk not trill Hibrida-1 sedikit berbeda dengan kalawet, frekuensi tinggi not trill Hibrida-1 berdurasi lebih pendek, sebagai representasi dari kontribusi trill H. muelleri, sedangkan frekuensi tinggi trill H. agilis albibarbis tetuanya berdurasi lebih panjang dan berangsur-angsur menurun sampai dimulainya not trill berikutnya.

Bentuk sonagram not pre-trill Hibrida-2 sama dengan H. muelleri, tetapi jumlah not lebih tinggi (3 not) dari pada jumlah not pre-trill H. muelleri (2 not). Bentuk not trill Hibrida-2 juga hampir sama dengan H. muelleri, tetapi berbeda

dalam jumlah not. Trill Hibrida-2 berkisar antara 30-38 not, sedangkan H. muelleri 43-71 not. Keadaan sebaliknya terjadi pada coda jantan. Coda jantan

Hibrida-1 lebih cenderung menyerupai not coda jantan H. muelleri, sedangkan Hibrida-2 menyerupai coda kalawet.

Tabel 21 Nilai rata-rata peubah great call Hibrida (H. agilis albibarbis x H. muelleri) Hibrida-1 Hibrida-2 Peubah1 N = 24 N = 11 Rata-rata Standar deviasi p DT 14,74 15,06 14,84 0,92 0,348 TNGC 15,25 36,55 21,94 10,20 0,000 KNGC 1,03 2,43 1,47 0,66 0,000 DPrT 4,36 4,64 4,45 0,35 0,028 FMaPrT 897,11 1016,15 934,52 65,66 0,000 FMiPrT 480,65 565,97 507,46 45,11 0,000 JNPrT 3,21 3,00 3,14 0,36 0,108 MFPrT 416,46 450,17 427,06 46,93 0,047 KNPrT 0,73 0,65 0,71 0,06 0,000 DFT 7,95 10,23 8,66 1,31 0,000 FMaT 1539,31 1620,73 1564,90 51,54 0,000 FMiT 589,88 598,83 592,69 33,55 0,472 MFT 949,43 1021,90 972,21 58,32 0,000 JNT 8,08 33,55 16,09 12,11 0,000 KNT 1,02 3,28 1,73 1,07 0,000 DPoT 2,21 . . . . FMaPoT 759,50 . . . . FMiPoT 396,30 . . . . MFPoT 363,46 . . . . JNPoT 3,96 . . . . KNPoT 1,79 . . . .

1) DT = durasi total (detik), TNGC = jumlah not great call, KNGC = kecepatan not great call (not/detik),

DPrT = durasi pre-trill (detik), FMaPrT = frekuensi tertinggi pre-trill (Hz), FMiPrT = frekuensi terendah pre-trill (Hz), MFPrT = modulasi frekuensi pre-trill (Hz), JNPrT = jumlah not pre-trill,

KNPrT = kecepatan not pre-trill (not/detik), DFT = durasi trill (detik), FMaT = frekuensi tertinggi fase trill (Hz), FMiT = frekuensi terendah trill (Hz), MFT = modulasi frekuensi trill (Hz), JNT = jumlah not trill, KNT = kecepatan not trill (not/detik), DPoT = durasi post-trill (detik), FMaPoT = frekuensi tertinggi post-trill (Hz), FMiPoT = frekuensi terendah post-trill (Hz), MFPoT = modulasi frekuensi post-trill (Hz), JNPoT = jumlah not Post-trill, KNPoT = kecepatan not post-trill (not/detik).

Pada Gambar 37, terlihat bahwa bentuk gelombang suara GC dari dua individu hibrida (Hibrida-1 dan Hibrida-2) tersebut, juga berbeda cukup jelas, masing-masing cenderung menyerupai pola GC salah satu tetuanya. Hibrida-1 lebih cenderung menyerupai pola GC H. agilis albibarbis, dan Hibrida-2 cenderung menyerupai pola GC H. muelleri.

Pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa durasi total GC (DT) Hibrida-1 14,74 detik, hampir sama dengan DT Hibrida-2 sebesar 15,06 detik. Hasil analisis ragam menunjukkan keduanya tidak berbeda signifikan (p>0,05). Peubah GC lainnya yang tidak berbeda secara signifikan adalah jumlah not pre-trill (JNPrT) Hibrida-1 rata-rata 3,21 not dan Hibrida-2 3 not; dan frekuensi minimum pre-trill (FMiPrT) Hibrida-1 rata-rata 589,88 Hz dan Hibrida-2 598,83 Hz. Peubah GC yang berbeda signifikan (p<0.05) antara keduanya, adalah jumlah not GC (TNGC), kecepatan not GC (KNGC), durasi pre-trill (DPrT), frekuensi maksimum pre-trill (FMaPrT), frekuensi minimum pre-trill (FMiPrT), modulasi frekuensi pre-trill (MFPrT), kecepatan not pre-trill (KNPrT), durasi fase trill (DFT), frekuensi maksimum trill (FMaT), modulasi frekuensi trill (MFT), jumlah not trill (JNT), dan kecepatan not trill (KNT). Pada GC Hibrida-2 yang cenderung menyerupai pola GC H. muelleri, juga tidak mempunyai fase post-trill.

Pola GC yang berbeda dari kedua individu hibrida tersebut, menunjukkan bahwa hibrida yang terjadi antara H. agilis albibarbis x H. muelleri di kawasan hutan Barito Ulu, sebagai perbatasan daerah penyebaran kedua ‘spesies’ tetuanya, belum stabil sebagai spesies atau sub spesies tersendiri. Pola GC Hibrida-1 yang lebih menyerupai GC H. agilis albibarbis, diduga komposisi darah tetua H. agilis albibarbis lebih tinggi dibanding H. muelleri. Sebaliknya, Hibrida-2 diduga lebih dominan darah tetua H. muelleri dari pada H. agilis albibarbis.

Pada Gambar 34, Gambar 35 dan Gambar 36, terlihat bahwa frase GC H. agilis albibarbis dan Hibrida-1 secara jelas terdiri dari tiga fase yaitu pre-trill, trill, dan post-trill, sedangkan Hibrida-2 dan H. muelleri hanya terdiri dari dua fase yaitu pre-trill, dan trill, tanpa adanya fase post-trill atau terminasi yang jelas. Frase GC dari semua Hylobates Kalimantan tersebut, diawali dengan beberapa not pengantar dengan tipe not yang sama yaitu not wa; dan diakhiri dengan coda jantan dengan pola yang berbeda.

Berdasarkan pola sonagram GC, sesungguhnya sudah menunjukkan perbedaan yang jelas di antara spesies, khususnya antara H. agilis albibarbis dengan H. muelleri. Hal ini menunjukkan bahwa tipe not dan interval antar not dari GC Hylobatidae merupakan pola spesifik spesies (Geissmann 1995, Haimoff 1984). Namun demikian, pola GC hibrida dari kedua spesies tersebut belum stabil, belum mempunyai pola yang tetap, sehingga masih relatif sulit dibedakan dari pola GC tetuanya. Pola GC Hibrida-1 lebih menyerupai pola H. agilis albibarbis, sedangkan Hibrida-2 lebih menyerupai pola H. muelleri.

Hasil kuantifikasi beberapa peubah GC (167 frase) dari 13 individu H. agilis albibarbis, tiga individu H. muelleri, serta Hibrida-1 dan Hibrida-2 masing- masing 1 individu, berupa nilai rata-rata, serta hasil analisis ragamnya, disajikan dalam Tabel 22. Hasil analisis ragam antar spesies menunjukkan hampir semua peubah GC yang dikuantifikasi berbeda sangat signifikan (p<0,01), kecuali frekuensi minimum fase post-trill (FMiPoT) dan jumlah not post-trill (JNPoT) yang tidak signifikan (p>0.05).

Durasi total (DT) GC antar spesies berbeda sangat signifikan (p<0.01). Rata-rata DT GC H. agilis albibarbis 17,19±1,54 detik, secara signifikan (p<0.001) lebih tinggi dibandingkan hibrida-1 14,74±0,88 detik, hibrida-2 15,06±0,99 detik, dan H. muelleri 10,53±1,10 detik. Demikian halnya dengan DT GC antara hibrida-1 dan hibrida-2 lebih tinggi dari pada H. muelleri, sedangkan antara hibrida-1 dengan hibrida-2 tidak signifikan (p>0.05). Tingginya DT GC pada H. agilis albibarbis karena durasi setiap not pre-trill dan not trill yang lebih panjang dibanding yang lainnya.

Spesies Hylobates yang berbeda, menghasilkan durasi pre-trill (DPrT), frekuensi tertinggi pre-trill (FMaPrT), frekuensi terendah pre-trill (FmiPrT), modulasi frekuensi pre-trill (MFPrT), jumlah not pre-trill (JNPrT), dan kecepatan not pre-trill (KNPrT) yang berbeda secara signifikan (p<0.01). Sebagian besar peubah pre-trill dari masing-masing spesies menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0.01); kecuali DPrT hibirida-1 dengan hibrida-2, FMaPrT H. agilis albibarbis dengan Hibrida-1, FMiPrT H. agilis albibarbis dengan Hibrida-2 dan H. muelleri, FMiPrT hibrida-2 dengan H. muelleri, MFPrT H. agilis albibarbis dengan Hibirida-1 dan MFPrT Hibrida-1 dengan Hibrida-2, JNPrT H. agilis albibarbis dengan Hibrida-1 dan Hibrida-2, JNPrT Hibrida-1 dengan Hibrida-2, dan KNPrT antara Hibirida-1 dengan Hibrida-2.

Tabel 22 Nilai rata-rata peubah great call Hylobates di Kalimantan1,2 ‘Spesies’

No Peubah

H. a. albibarbis Hibrida-1 Hibrida-2 H. muelleri

N = 96 N = 24 N = 11 N = 36 1 DT 16,50a 14,74b 15,06b 10,53c 2 TNGC 9,31a 15,25b 36,55c 62,94d 3 KNGC 0,56a 1,03b 2,43c 5,99d 4 DPrT 5,84a 4,36b 4,64b 2,37c 5 FMaPrT 942,23a 897,11a 1016,15ab 1359,87c 6 FMiPrT 555,01a 480,65b 565,97ac 580,07c 7 JNPrT 2,74a 3,21b 3,00ab 2,00c 8 MFPrT 387,22a 416,46ab 450,17ab 779,80c 9 KNPrT 0,47a 0,73b 0,65b 0,89c 10 DFT 7,07a 7,95b 10,23c 7,95b 11 FMaT 1768,85a 1539,31b 1620,73bc 1626,28bc 12 FMiT 634,82a 589,88b 598,83ab 617,73ab 13 MFT 1134,03a 949,43b 1021,90bc 1008,55bc 14 JNT 3,31a 8,08b 33,55c 60,94d 15 KNT 0,47a 1,02b 3,28c 7,69d 16 DPoT 3,15a 2,21b . . 17 FMaPoT 736,72a 759,50a . . 18 FMiPoT 407,90a 396,03a . . 19 MFPoT 328,82a 363,46b . . 20 JNPoT 3,26a 3,96b . . 21 KNPoT 1,08a 1,79b . . 1)

Huruf yang sama pada baris menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05), sebaliknya huruf berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05)

2)

DT = durasi total (detik), TNGC = jumlah not great call, KNGC = kecepatan not great call (not/detik), DPrT = durasi pre-trill (detik), FMaPrT = frekuensi tertinggi pre-trill (Hz), FMiPrT = frekuensi terendah pre-trill (Hz), MFPrT = modulasi frekuensi pre-trill (Hz), JNPrT = jumlah not pre-trill, KNPrT = kecepatan not pre-trill (not/detik), DFT = durasi trill (detik), FMaT = frekuensi tertinggi fase trill (Hz), FMiT = frekuensi terendah trill (Hz), MFT = modulasi frekuensi trill (Hz), JNT = jumlah not trill, KNT = kecepatan not trill (not/detik), DPoT = durasi post-trill (detik), FMaPoT = frekuensi tertinggi post-trill

(Hz), FMiPoT = frekuensi terendah post-trill (Hz), MFPoT = modulasi frekuensi post-trill (Hz), JNPoT = jumlah not Post-trill, KNPoT = kecepatan not post-trill (not/detik).

Berdasarkan uraian di atas, vokalisasi GC ketiga jenis ‘spesies’ Hylobates Kalimantan yang dianalisis, menunjukkan keragaman dengan level yang berbeda- beda. Perbedaan yang sangat tinggi adalah antara H. agilis albibarbis dengan H. muelleri, diikuti H. agilis albibarbis dengan Hibrida-1, H. muelleri dengan Hibrida-1, H. agilis albibarbis dengan Hibrida-2, Hibrida-1 dengan Hibrida-2, dan H. muelleri dengan Hibrida-2. Hampir semua peubah GC H. agilis albibarbis dengan H. muelleri yang dianalisis, berbeda sangat signifikan, kecuali frekuensi minimum trill.

Setiap ‘spesies’ mempunyai karakteristik GC tersendiri sehingga dapat dibedakan dengan jelas antara satu dengan lainnya. Dengan demikian, analisis vokalisasi GC dapat digunakan sebagai acuan dalam mengidentifikasi ‘spesies’ Hylobates Kalimantan, khususnya hibrida dengan kedua tetuanya.

Vokalisasi Jantan

Hylobates menghasilkan suara atau vokalisasi yang kompleks, nyaring, dan durasi yang relatif panjang, baik betina maupun jantan. Pasangan kawin jantan dan betina dewasa menghasilkan serangkaian frase suara berupa nyanyian di pagi hari, selama sekitar 10-30 menit (Geissmann et al. 2005). Selain vokalisasi betina yang terkenal dengan great call–nya, jantan juga berkontribusi dalam rangkaian nyanyian pagi tersebut berupa solo jantan. Solo jantan merupakan serangkaian frase vokalisasi jantan yang berurutan tanpa diantarai oleh frase atau not vokalisasi betina.

Vokalisasi jantan yang dianalisis dalam penelitian ini, merupakan bagian dari rekaman vokalisasi kelompok (pasangan kawin) dari tiga ‘spesies’ Hylobates Kalimantan, yaitu kalawet (Hylobates agilis albibarbis) di LAHG TN Sebangau, H. muelleri di kandang rehabilitasi ‘Kalaweit Program’ di Hampapak, dan hibrida

Hylobates agilis albibarbis x H. muelleri di Barito Ulu, Kalimantan Tengah. Kelompok hibrida dibedakan atas Hibrida-1 dan Hibrida-2, sama seperti pada analisis vokalisasi great call betina.

Contoh kategori solo jantan di atas dari ketiga ‘spesies’ Hylobates Kalimantan, divisualisasikan dalam bentuk sonagram, dan tidak dikuantifikasi seperti halnya GC betina. Hal ini disebabkan frase dan tipe not vokalisasi jantan Hylobates lebih variatif dan kompleks dari pada betina (Geissmann dan Nijman 2006, Geissmann 2006a), sehingga cukup sulit dikuantifikasi dan diperbandingkan antara satu dengan lainnya. Selain itu, analisis vokalisasi jantan tidak dimaksudkan untuk mengetahui keragaman vokalisasi antar individu, melainkan untuk mengetahui perbedaan vokalisasi jantan antar ‘spesies’.

Gambar 38 Sonagram vokalisasi solo jantan Hylobates Kalimantan (garis di bawah fragmen sonagram menunjukkan 1 frase) H. a. albibarbis

Hibrida-1

Hibrida-2

Vokalisasi jantan kategori solo yang dianalisis dan ditampilkan dalam bentuk sonagram (Gambar 38) adalah rekaman vokalisasi kalawet (H. agilis albibarbis) kelompok KC di LAHG, dan H. muelleri kandang K24 di Hampapak; sedangkan rekaman vokalisasi ‘spesies’ hibrida, tidak terdapat rangkaian frase jantan yang tidak diantarai oleh vokalisasi betina, kecuali satu atau dua frase di antara vokalisasi betina. Kedua moyang dari ‘spesies’ hibrida tersebut (H. agilis albibarbis dan H. muelleri) termasuk dalam kelompok Hylobates lar yang menghasilkan solo jantan (Dallman dan Geissmann 2001, Geissmann 2002a). Hal itu berarti, ‘spesies’ hibrida di Barito Ulu kemungkinan besar juga menghasilkan solo jantan. Vokalisasi solo jantan yang tidak ada pada hasil rekaman di Barito Ulu, kemungkinan disebabkan oleh waktu atau frekuensi perekaman yang hanya sekali pada masing-masing kelompok, karena berdasarkan pengamatan di LAHG, solo jantan tidak selalu ada pada setiap vokalisasi.

Setiap frase solo jantan H. agilis albibarbis dan H. muelleri seperti terlihat pada Gambar 38, merupakan rangkaian frase dengan jarak antar frase sekitar 5-25 detik tanpa adanya vokalisasi betina; sedangkan frase vokalisasi jantan pada ‘spesies’ hibrida-1 dan hibrida-2 (Gambar 38), berada di antara frase atau not vokalisasi betina.

Berdasarkan Gambar 38, sonagram solo jantan kalawet terdiri dari beberapa tipe not yang berbeda. Tipe not yang bervariasi pada setiap frase menghasilkan bentuk frase yang bervariasi pula. Setiap frase tersusun atas 3-7 not yang bervariasi dalam tipe, frekuensi dan durasi. Berbeda dengan solo jantan kalawet, frase-frase solo jantan H. muelleri cenderung lebih seragam, dengan durasi dan jumlah not yang lebih banyak (5-14 not).

KONSERVASI

Dokumen terkait