• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.2 Gaya Hidup di Perkotaan

Menurut Bagong Suyanto, salah satu kelompok yang rentan untuk ikut terbawa arus perubahan jaman adalah para remaja. Karena remaja memiliki karakteristik tersendiri yang unik yakni labil, sedang pada taraf mencari identitas, mengalami masa transisi dari remaja menuju status dewasa, dan sebagainya.

Secara sosiologis, remaja umumnya amat rentan terhadap pengaruh-pengaruh eksternal. Karena proses pencarian jati diri, mereka mudah sekali terombang-ambing, dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya. Mereka juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat di sekitarnya. Karena kondisi kejiwaan yang labil, remaja mudah terpengaruh dan labil. Mereka cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau memikirkan dampak negatifnya. Di berbagai komunitas dan kota besar yang metropolitan, tidak heran jika hura-hura, seks bebas, menghisap ganja dan zat adiktif lainnya cenderung mudah menggoda para remaja (Bagong Suyanto, 2004).

Remaja adalah suatu fase dalam kehidupan manusia dalam mencari jati dirinya dan biasanya dalam upaya pencarian jati diri tersebut ia mudah untuk terikut dan terimbas hal-hal yang tengah terjadi disekitarnya, sehingga turut membentuk sikap dan pribadi mereka.

Gaya hidup (lifestyle) menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah, 2002). Menurut Chaney (dalam Idi Subandy, 1997) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma

yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya:

a. Gaya Hidup Hedonis

Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.

b. Gaya Hidup Instan

Gaya hidup instan merupakan pola hidup ingin mendapatkan segala sesuatu (prestasi, ketenaran, kekayaan, popularitas, moral, dan sebagainya) secara mudah tanpa proses yang panjang. Dalam hal ini pandangan hidup bisa menyangkut perilaku, kebiasaan, etika, moral, hukum, adat istiadat yang mempengaruhi perilaku atau pandangan seseorang tentang dunia ini. Merebaknya gaya hidup instan di kalangan remaja tidak bisa dilepaskan dari mentalitas sebagian mereka dan juga masyarakat yang ingin meraih segala sesuatu dengan cepat dan mudah. Gaya hidup instan berkembang karena di dalam kehidupan sehari-hari, hampir semua orang terlibat dalam prosedur, metode, atau proses mencapai tujuan dengan jalan paling cepat, tepat namun dengan hasil optimum. Itulah sebabnya manusia berlomba menciptakan “mesin pemercepat proses” untuk menghemat waktu, biaya, daya, dan tujuan kemudahan. Sebagai contoh, mesin kalkulator, telepon genggam, computer dan lainnya. Kemudahan-kemudahan yang diusung alat-alat teknologi ini mempengaruhi perilaku, pola hidup, pandangan, falsafah hidup, tidak saja para

remaja tetapi juga anak-anak, bahkan mungkin sebagian besar orang tua. Hal ini terlihat dari perubahan perilaku masyarakat yang ingin mendapatkan sesuatu dengan mudah tanpa menghiraukan, apakah cara yang di tempuh wajar atau tidak.

c. Gaya Hidup Permisif

Masyarakat permisif merupakan masyarakat yang memaklumi perilaku menyimpang dan menganggap kesalahan sebagai suatu kewajaran. Ungkapan yang muncul adalah “itu kan biasa”, “semua orang juga melakukan” terhadap, misalnya seks bebas, pornografi, perjudian dan korupsi. Masyarakat Permisif terbentuk karena Individualisme Ekspresif dan Individualisme Utilitarianisme. Individualisme Ekspresif menginginkan kebebasan dan bebas dari kontrol kelompok. Sedangkan Individualisme Utilitarianisme mengedepankan untung- rugi dan persaingan. Kedua individualisme tersebut meski tidak saling terkait tetapi membuat anggota Masyarakat Permisif tidak peduli. Ketidakpedulian berakibat permisif. Sebaliknya, kepedulian membuat orang lain terganggu. Padahal sebelumnya mereka tidak mengganggu orang yang peduli dengan ketidakpeduliannya. Akibatnya nilai luhur terkikis dan dosa berkembang dengan cepat.

d. Gaya Hidup Bebas

Banyak generasi muda yang menuntut kebebasan dalam banyak hal. Batas-batas moral dilanggar, nasihat-nasihat bijak tidak mendapatkan tempat. Nilai-nilai luhur yang terasa penuh aturan mereka dobrak, tergantikan dengan nilai-nilai baru dengan semangat liberalisme. Barangsiapa yang menentang semangat

perubahan ini dicap sebagai berpikiran kolot, fanatik serta ketinggalan zaman. Tidak jarang mereka yang menetang mendapat pengasingan diri. Seakan-akan kebebasan menjadi pandangan hidup dalam menyongsong masa depan. Pada akhirnya, tidak sedikit generasi muda yang terjerumus dalam anomaly seperti yang paling nge-trend saat ini pergaulan bebas yang berlanjut pada sex bebas. Banyak diantara mereka yang menjadikan ini semua sebagai gaya hidup masa kini.

Berdasarkan penelitian Lucky Lutvia (dalam Astuti, 2007) mengenai gaya hidup remaja di kota Bandung, disimpulkan bahwa remaja saat ini dipengaruhi oleh hal-hal berikut:

1. Transformasi budaya

Budaya massa atau budaya populer yang berkembang melalui media massa elektronik dan cetak sangat berpengaruh terhadap pilihan gaya hidup seseorang,misalnya gaya berbicara atau bahasa, gaya berbusana, selera hiburan seperti musik dan film. Trend tersebut begitu bebas mengalir mempengaruhi setiap pemirsa maupun pembacanya, ditambah lagi dengan acara musik dari luar negeri yang diolah dalam video klip televisi yang secara visual bisa kita lihat penampilan penyanyi dan pemain musiknya. Cara mereka berdandan dan berbusana sudah pasti sesuai dengan budaya mereka (Lutvia, 2001:34).

2. Mengadopsi dari Gaya Barat

Ini banyak dipengaruhi oleh selebritis dalam negeri melalui iklan-iklan, film dan sinetron yang dilihat dan akhirnya ditiru oleh remaja. Seperti istilah gaya funky, funk rock, metal, hip-hop, sporty, streetwear dan ska beserta penggunaan aksesorisnya

yang mereka tiru sebagai usaha untuk mengaktualisasikan dirinya serta seolah-olah ingin mensejajarkan diri dengan bintang idolanya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dari suatu gaya hidup dapat berupa gaya hidup dari suatu penampilan, melalui media iklan, modeling dari artis yang di idola kan, gaya hidup yang hanya mengejar kenikmatan semata sampai dengan gaya hidup mandiri yang menuntut penalaran dan tanggung jawab dalam pola perilakunya.

Dokumen terkait